BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Surat Al-Fatihah yang merupakan
surat pertama dalam Al Qur’an dan terdiri dari 7 ayat adalah masuk kelompok
surat Makkiyyah, yakni surat yang diturunkan saat Nabi Muhammad di kota Mekah.
Dinamakan Al-Fatihah, lantaran letaknya berada pada urutan pertama dari 114
surat dalam Al Qur’an. Para ulama bersepakat bahwa surat yang diturunkan
lengkap ini merupakan intisari dari seluruh kandungan Al-Qur’an yang kemudian
dirinci oleh surat-surat sesudahnya. Surat Al-Fatihah adalah surat
Makkiyyah, yaitu surat yang diturunkan di Mekkah sebelum Rasulullah SAW hijrah
ke Madinah. Surat ini berada di urutan pertama dari surat-surat dalam Al-Qur’an
dan terdiri dari tujuh ayat. Tema-tema besar Al Qur’an seperti masalah tauhid, keimanan,
janji dan kabar gembira bagi orang beriman, ancaman dan peringatan bagi
orang-orang kafir serta pelaku kejahatan, tentang ibadah, kisah orang-orang
yang beruntung karena taat kepada Allah dan sengsara karena mengingkariNya,
semua itu tercermin dalam surat Al Fatihah.
Hal ini
menunjukan keagungan dan kehebatan kandungan isi dari surat Al- Fatihah. Dan
sangat mengherankan sekali bila surat yang dibaca beribu-ribu kali bahkan
berjuta-juta kali dalam hidup, tidak dipahami isi kandungannya.
(Bey Arifin, 2005:xi).
Surat
Al-Fatihah memiliki kandungan nilai pendidikan yang sangat luas, seperti pada
ayat-ayatnya yaitu sabagai berikut:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم “saya berlindung kepada Allah dari godaan
syaithan yang terkutuk”
بسم الله الرحمن
الرحيم Arti dari ayat tersebut “dengan menyebut
nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Pada ayat ini memberikan
pendidikan agar setiap manusia memulai segala perbuatan dengan menyebut nama
Allah SWT yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang, bukan menyebut nama yang
lainya
الحمد لله رب العالمين Segala puji bagi Allah, pemelihara seluruh
alam.” Ibnu abbas berkata, “ الحمدلله itu kalimat syukur, maka jika seseorang
mengucapkan Alhamdulillah, Allah menjawab : Hambaku bersyukur kepadaKu
الرحمن الرحيم Yang maha pemurah
lagi maha pengasih. Pada ayat ini memberikan pelajaran atau pendidikan kepada
para penguasa dan pemegang wewenang agar dapat menjalankan tugasnya senantiasa
bertindak berdasakan rasa kasih sayang
ملك يوم الدين Yang memiliki hari pembalasan. Allah
SWT sebagai penguasa raja memiliki kekuasaan penuh untuk memerintah, melarang,
dan memberi balasan paling adil kepada manusia
اياك نعبد
واياك نستعين Hanya kepadamu aku beribadah, dan hanya kepadamu kami
memohon pertolongan. Pada ayat ini memberikan pelajaran kepada manusia agar
dengan sepenuhnya selalu menyembah dan memintak pertolongan kepada Allah bukan
dengan selainya Allah dan menumbuhkan keyakinan yang kuat.
اهد ناالصراط
المستقيم “Tunjukanlah kami jalan yang lurus. Disini
dapat diambil pendidikanya mengenai hidayah atau petunjuk.
صراط الذين
انعمت عليهم غيرالمغضوب عليهم ولاالضالين Yaitu
jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepadanya; Bukan jalan mereka yang
dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
Tafsir Jalalain memiliki nama asli adalah Tafsil Al-Qur’anil Adzim
sebagaimana yang tertera pada cover depan, dibawahnya disertakan dua
pengarangnya, yakni Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi.
Karena ada dua nama jalaludin pada pengarang tafsir ini, maka kata jalal di
tatsniyahkan sehingga menjadi Jalalain, yang kemudian dijadikan nama populer
untuk tafsir ini Tafsir Jalalain. Kitab ini dikarang oleh dua orang Imam yang
agung, yakni Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin Al-Suyuthi.
Jalaluddin Al-Mahalli bernama lengkap Muhammad bin
Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad Al-Imam Al-Alamah Jalaluddin Al-Mahalli.
Lahir pada tahun 791 H/1389 M diKairo Mesir. Ia lebih dikenal dengan sebutan Al-Mahally yang
dinisbahkan pada kampong kelahirannya. Sedangkan Al-Suyuthi bernama lengkap Abu
Al-Fadhl Abdurrahman bin Abi Bakr bin Muhammad Al-Suyuthi. Beliau di lahirkan
pada bulan rajab tahun 849 H dan ayahnya meninggal saat beliau berumur lima
tahun tujuh bulan. Beliau sudah hafal Al-Qur’an di luar kepala pada usia
delapan tahun dan mampu menghafal banyak hadist. Beliau juga mempunyai guru
yang sangat banyak.Dimana menurut perhitungan muridnya, Al-Dawudi, mencapai 51
orang. Demikian
juga karangan beliau yang mencapai 500 karangan.Beliau meninggal pada malam Jum’at
19 Jumadil Awal 911 H dirumahnya.
Setiap pengkaji tafsir Al-Quran pasti mengenal kitab
tafsir ringkas yang disusun dua maestro ilmu tafsir, Jalaluddin Al-Mahalli dan
Jalaluddin As-Suyuti. Jalaluddin,
yang berarti orang yang mengagungkan agama, adalah gelar yang diberikan kepada
seorang ulama yang dianggap sangat ahli dalam bebarapa ranah ilmu. Dalam
khazanah tasawuf, misalnya, nama Jalaluddin dinisbatkan kepada sufi besar
Maulana Muhammad bin Muhammad Al-Qunuwi Al-Balkhi Ar-Rumi alias Jalaluddin
Rumi.Karena disusun oleh dua Jalaluddin itulah kitab
tafsir berusia empat abad yang menjadi rujukan wajib di banyak pesantren ini
dinamakan Tafsir Jalalain, Tafsir Dua Jalal.
Dalam lembaga pendidikan Islam kajian kitab tafsir
jalalain masih aktif dilaksanakan terutama pondok pesantren, penyusun tertarik
untuk mengkaji kitab tersebut karena dinilai kitab tersebut sangat popular dan
memiliki informasi-informasi penting yang menjadikan kitab ini terus menjadi
rujukan ulama’.
Disinilah penyusun mencoba mengkaji
dan membedah isi kandungan surat al fatihah dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Al-Fatihah
(Kajian Tafsir Jalalain Karangan Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin
As-Suyuthi). ”Walaupun terdiri dari tujuh ayat, namun
isi kadungannya bagaikan samudera luas tiada batas, semakin diselami semakin tampak
muatiara-mutiara yang terkandung di dalamnya.
1.2 . Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
1.
Apa
metode pendidikan yang terdapat dalam surat Al-Fatihah?
2.
Bagaimanakah
konsep pendidikan dalam surat Al-Fatihah?
3.
Apakah
nilai-nilai pendidikan dalam surat Al-Fatihah ( kajian Tafsir Jalalain karangan Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam
Jalaluddin As-Suyuthi ).
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum
dalam penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Islam ( S.Pd.I ). Tujuan khusus dalam
penelitian ini adalah:
a.
Untuk
mengetahui metode pendidikan yang terdapat dalam surat Al-Fatihah.
b.
Untuk
mengetahui konsep pendidikan dalam surat Al-Fatihah.
c.
Untuk
mengetahui nilai-nilai pendidikan dalam surat Al-Fatihah ( kajian Tafsir Jalalain karangan Imam Jalaluddin
Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi ).
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun
penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memiliki manfaat, yaitu sebagai
berikut:
a.
Bagi
peneliti, untuk menambah keilmuan atau wawasan penulis tentang nilai-nilai pendidikan.
b.
Bagi
STKIP Nurul Huda, dapat dijadikan bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang
mempunyai bidang kajian yang sama
c.
Bagi
masyarakat umum, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan
tentang nilai-nilai pendidikan.
1.5. Definisi Operasional Istilah
Sebagai
pedoman untuk pembahasan selanjutnya dan agar tidak terjadi kesalahan pahaman
terhadap pengertian judul penelitian ini maka ada beberapa kata yang perlu didefinisikan:
a. Nilai
Nilai
adalah harga, angka kepandaian, banyak sedikitnya isi, kadar, mutu, sifat-sifat
(Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1987:690). Nilai disini berarti sifat-sifat yang
terkandung dalam surat Al-Fatihah.
b. PendidikanAgama Islam
Pendidikan
agama Islam adalah "Usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik/murid agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai way of
life (jalan kehidupan)". (Abdurahman Shaleh, 1999:19). Berhubungan
dengan Agama Islam dapat dikatakan bahwa ada beberapa pokok ajaran dalam agama
Islam yaitu yang berkenaan dengan I'tikad atau keimanan, syariah amalilah atau
perbuatan manusia dan tentang akhlak.
c. Surat Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah yang merupakan
surat pertama dalam Al Qur’an dan terdiri dari 7 ayat adalah masuk kelompok
surat Makkiyyah, yakni surat yang diturunkan saat Nabi Muhammad dikota Mekah.
1.6. Tinjauan Pustaka
Terdapat
banyak pembahasan yang terkait dengan surat Al-Fatihah baik berupa makalah,
penelitian, skripsi dan kajian-kajian dalam bentuk yang lain. Merujuk kepada
penelitian-penelitian yang telah terdahulu peneliti mencoba mengkaji penelitian
tentang nilai-nilai pendidikan dalam surat Al-Fatihah, dengan tetap merujuk
kepada peneliti-peneliti terdahulu.
Setelah mencari hasil-hasil penelitian yang berkaitan tentang nilai-nilai
pendidikan dalam surat Al-Fatihah, maka penulis menemukan beberapa kepustakaan
yang terkait dengan penelitian yang akanpenulis angkat. Skripsi ini membahas
nilai-nilai pendidikan dalam Surat Al-Fatihah (Kajian Tafsir Jalalain Karangan
Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi).
Dalam
Al-Qur’an, surat Al-Fatihah tercatat sebagai surat ke 1, yang terdiri dari 7
ayat. Secara umum, ayat demi ayat serta surat demi surat yang ada dalam al-Qur’an
memanglah penting. Ia tetap menjadi landasan spiritual yang urgen bagi setiap
muslim. Keseluruhan huruf demi huruf yang ada dalam Al-Qur’an menjadi pegangan
teologis kaum muslimin yang tidak bisa ditawar lagi. Namun, secara spesifik,
surat Al-Fatihah memiliki banyak “kelebihan” dibanding dengan surat-surat lain.
Atau, setidaknya, ia memiliki keistimewaan berbeda dibandingkan dengan
keistimewaan surat lain.
Kedudukan surat Al-Fatihah di dalam Al-Qur’an adalah sebagai sumber ajaran
Islam yang mencakup semua isi Al-Qur’an.
عن ابى هريرة رضى الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الحمدلله
اوالفاتحة ام القرأن ام الكتب السبع المثانى والقرأن العظيم. روه ترمذى بسند صحيح
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata : Telah
bersabda Rasulullah SAW: “Al-Hamdulillah (Al-Fatihah) adalah Ummul Qur’an,
Ummul Kitab, As-Sab’ul Matsaani dan Al-Qur’anul Adhim.”
(HR.
At-Tirmidzi dengan sanad shahih).
Dinamakan dengan Ummul Kitab atau Ummul Qur’an, yaitu induk Al-Qur’an,
karena di dalamnya mencakup inti ajaran Al-Quran.Surah Al Fatihah adalah
'Mahkota Tuntunan Ilahi.'Dia adalah 'Ummul Qur'an' atau 'Induk Al Qur'an."
Banyak nama yang disandangkan kepada awal surah Al Qur'an itu. Tidak kurang
dari dua puluh sekian nama. Dari nama-nama itu dapat diketahui betapa besar
dampak yang dapat diperoleh bagi pembacanya. Tidak heran jika doa dianjurkan
agar ditutup dengan الحمدلله رب العالمين atau
bahkan ditutup dengan surah ini. (Qurais Sihab, 2000: 23).
Menurut Qurais Sihab kandungan Tematik Surah Al-Fatihah terdapat uraian tentang:
1.
Tauhid,
yang dikandung oleh ayat-ayatnya yang pertama dan kedua.
الحمدلله رب العالمين. الرحمن الرحيم.
2.
Keniscayaan
Hari Kemudian, yang dikandung oleh ayatnya yang keempat.
ملك يوم الدين.
3.
Ibadah
yang seharusnya hanya tertuju kepada Allah dikandung oleh ayat:
اياك نعبد.
4.
Pengakuan
tentang kelemahan manusia dan keharusan meminta pertolongan hanya kepada-Nya
dalam ayat: واياك نستعين,
dan اهدناالصراط المستقيم.
5.
Keanekaragaman
manusia sepanjang sejarah menghadapi tuntunan Ilahi; Ada yang menerima, ada
yang menolak setelah mengetahui, dan ada juga yang sesat jalan, yaitu yang
dikandung oleh ayat:
صراط الذين انعمت
عليهم غيرالمغضوب عليهم ولاالضالين.
Kelima
hal pokok tersebut, Tauhid, keniscayaan Hari Kemudian, dan keikhlasan beribadah
adalah dasar-dasar pokok ajaran Al-Qur'an. Sedang uraian yang terdapat dalam
surah-surah lain tentang alam, manusia, dan sejarah merupakan cara-cara yang
ditempuh oleh Al-Qur'an untuk mengantar manusia meraih, menghayati, dan
mengamalkan persoalan-persoalan pokok itu.
Dalam menanamkan nilai-nilai luhur agama Islam sesuai
dengan yang terkandung dalam Al-Qur’an
yang diajarkan bukan untuk dihafal menjadi ilmu pengetahuan kognitif, tetapi
adalah untuk dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Islam adalah
agama yang menuntut kepada pemeluknya untuk mengerjakannya sehingga menjadi
umat yang beramal saleh.
(M. Arifin,
dkk, 1991:299). Sedangkan dalam
penyampai nilai-nilai pendidikan terdapat alat yang sangat efektif berupa Suri tauladan.
(Oemar Hamalik, 1999:176).
Terdapat banyak tulisan yang memuat tentang nilai
pendidikan dalam Islam berikut metode dan cara penyampaiannya, akan tetapi
skripsi ini secara khusus lebih memfokuskan pada metode pendidikan, konsep
pendidikan, dan nilai-nilai pendidikan dalam surat Al-Fatihah (kajian Tafsir Jalalain karangan Imam
Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi).
1.7. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka
(library reaserch) (Lexy J. Maleong, 2001:2-3). Dimana datanya diperoleh dari sumber kepustakaan berupa
buku-buku yang berkaitan dengan pokok penelitian, maka data penelitian
dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Kajian pustaka dilakukan untuk menggali konsep-konsep,
teori, data-data dari berbagai sumber literature yang ada dan kemudian
dipergunakan sebagai kerangka dalam melihat dan menilai terhadap kondisi
obyektif berbagai persoalan yang terjadi dilapangan.
2. Pendekatan Penelitian
Metode yang dipakai dalam proses
penelitian ini adalah filosofis konseptual. Filosofis adalah prosedur pemegahan
masalah melalui proses berfikir rasional atau perenungan dalam bentuk pemikiran
yang mendalam, mendasar, dan terarah pada penemuan hakikat (konsep) tenang
sesuatu yang ada dan mungkin ada (Hadari Nawawi dan Mimi Martini, 1966:211).
Dalam penelitian ini, pendekatan tersebut adalah untuk menggali pemikiran atau
gagasan Imam Jalaluddin Al-Mahally dan
Imam Jalaluddin As-Suyuthi tentang metode pendidikan, konsep pendidikan,
nilai-nilai pendidikan dalam surat Al-Fatihah.
3. Sumber Data
a. Data
Primer
Data Primer
adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan
mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek
sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer ini disebut juga dengan Data Tangan Pertama. (Saifuddin Azwar,
2004:91). Sumber data primer dalam penelitian ini adalah karya dan tulisan karangan Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam
Jalaluddin As-Suyuthi tentang pada nilai-nilai pendidikan dalam surat
Al-Fatihah.
b. Data
Sekunder
Data
Sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder ini
disebut juga dengan Data Tangan Kedua (Saifuddin
Azwar, 2004:91). Data Sekunder biasanya berwujud data
dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Data sekunder ini
dimaksudkan untuk membantu bahan penelitian, pembahasan dan analisis yang lebih
komprehensif dalam penyusunan skripsi ini tentang metode pendidikan, konsep
pendidikan, dan nilai-nilai pendidikan
dalam Surat Al-Fatihah (Kajian Tafsir Jalalain Karangan Imam Jalaluddin
Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi). Data sekunder ini diantaranya; Terjemahan
Al-Qur’an Departemen Agama, Samudera Al-Fatihah dan buku-buku pendukung
lainnya.
4.
Tekhnik
Pengumpulan Data
Di dalam
pengumpulan data, penulis menggunakan metode dokumentasi. Dari asal katanya
dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen-dokumen dan sebagainya.(Suharsimi Arikunto,
1997:149). Adapun dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dalam
Terjemahan Al-Qur’an Departemen Agama, Samudera Al-Fatihah dan buku-buku
pendukung lainnya.
5.
Tehnik
Analisa Data
Setelah didapat data melalui pengumpulan data, maka
dalam penganalisaannya penulis menggunakan kajian pustaka, maka kajian yang
dimulai dengan pelaksanaan kepustakaan. Mengenal pustaka dan pengalaman orang
lain berarti mencari teori-teori, konsep-konsep yang dapat dijadikan landasan
teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan, agar penelitian mempunyai dasar
yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). (Suharsimi
Arikunto, 1997:78). Sedangkan tahapan analisis data dalam kajian ini dapat
diuraikan antara lain:
a.
Deskriptif yaitu, penelitian non hipotesis
artinya dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.
b.
Komparasi, yaitu menemukan permasalahan
melalui persamaan-persamaan dan perbedaan tentang ide-ide, tentang orang,
kelompok, kritik terhadap orang terhadap suatu ide atau prosedur kerja. (Suharsimi
Arikunto, 1997:245-248).
1.8 . Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pemahaman dalam penulisan penelitian ini, penulis
membuat sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab yaitu:
Dalam Bab I Pendahuluan ini meliputi: Tentang
latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Definisi operasional istilah, Tinjauan
pustaka dan Metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
Bab II Metode
Pendidikan dalam Surat Al-Fatihah. Mencakup: Pengertian Surat
Al-Fatihah dan Keutamaannya, Asbabun nuzul
Surat Al-Fatihah, Biografi Pengarang Kitab Tafsir Jalalain,
Tafsir Surat Al-Fatihah,
Metode Pendidikan dalam Surat Al-Fatihah.
Bab III
Konsep Pendidikan dalam Surat Al-Fatihah. Mencakup: Konsep dasar pendidikan, Perencanaan pendidikan dalam surah Al-Fatihah, Konsep pendidikan dalam surat Al
– Fatihah (Konsep pendidikan silaturahmi, Konsep pendidikan pembebasan, Konsep
pendidikan kasih sayang, Konsep pendidikan edutaiment, Konsep pendidikan murah
dan santun, Konsep pendidikan keadilan, Konsep pendidikan kejujuran, Konsep
pendidikan tanggung jawab, Konsep pendidikan ibadah, Konsep pendidikan
taukhid, Konsep pendidikan kebersamaan,
Konsep pendidikan umat satu, Konsep pendidikan persaudaraan, Konsep pendidikan
cooperative learning, Konsep pendidikan ( pendekatan proses kegiatan belajar
mengajar ), Konsep pendidikan kreatif, Konsep pendidikan demokratis, dan Konsep
pendidikan tawakal. Tujuan pendidikan, Materi pendidikan, dan Evaluasi pendidikan.
Bab IV Nilai-nilai Pendidikan
dalam Surat Al-Fatihah. Mencakup: Tafsir surat Al-Fatihah dalam kitab tafsir jalalain, Tafsir Mufrodat, Nilai Tarbawi, Makna Ijmali, Kandungan umum
surat Al-Fatihah, Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat
Al – Fatihah.
Bab V Penutup
terdiri dari: Kesimpulan dan Saran-saran.
BAB II
METODE PENDIDIKAN DALAM
SURAT AL-FATIHAH
2.1. Pengertian Surat Al-Fatihah dan
Keutamaannya
2.1.1. Pengertian Surat Al-Fatihah
Al-Fatihah berasal dari kata (فتح) fataha, (يفتح)
yaftahu, (فتحا) fathan yang berarti pembukaan yang dapat pula
berarti kemenangan. Sedangkan fatihah dalam arti kemenangan dapat dijumpai pada
nama surat yang ke-48 yang berjudul Al-Fath yang berarti kemenangan. (Qurais
Sihab, 2000 )
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa surat Al-Fatihah:
a. Dilihat dari segi ajarannya yang memuat
pokok-pokok ajaran yang terkandung dalam surat-surat lainnya dalam Al-Qur’an
sering pula disebut sebagai Ummu Al-Qur’an dan Ummu Al-kitab. Nama lainnya yang
diberikan kepada surat Al-Fatihah adalah Sab’u Min Al-Matsani ( tujuh yang
diulang ).
b. Kandungan Surat Al-Fatihah
Pokok-pokok ajaran yang terkandung dalam surat
Al-Fatihah sebagai berikut:
1.Berisi pokok-pokok ajaran tentang keimanan,
yaitu beriman kepada Allah dan hari akhir.
2.Berisi pokok-pokok ajaran tentang ibadah,
kata ibadah yang pada intinya ketundukkan untuk melaksanakan segala perintah
Allah.
3. Berisi pokok-pokok ajaran tentang hukum
agama atau syari’ah.
4. Berisi pokok-pokok ajaran tentang kisah.
( Syihab, 1997)
Surah Al-Fatihah terdiri dari 7
ayat. Dinamakan surah Al Fatihah, yang berarti 'Permulaan'. Surah Al Fatihah
adalah ‘Mahkota’ Tuntunan Ilahi. Dia adalah 'Ummul Qur'an' atau “Induk Al
Qur'an”. Banyak nama yang disandangkan kepada awal surah Al Qur'an itu. Tidak
kurang dari dua puluh sekian nama. Dari nama-nama itu dapat diketahui betapa
besar dampak yang dapat diperoleh bagi pembacanya. Tidak heran jika doa
dianjurkan agar ditutup dengan الحمدلله رب العالمين atau bahkan ditutup dengan
surah ini. Dari sekian banyak nama yang disandangnya, hanya tiga atau empat
nama yang diperkenalkan oleh Rasul SAW atau dikenal pada masa beliau, yakni Al
Fatihah, Ummul Kitab (Induk Kitab) atau Ummul Qur'an (Induk Al Qur'an) dan As-Sab'
Al-Matsani (tujuh ayatnya diulang-ulang) (Syihab, 1997:6). Kata fath yang
merupakan akar kata nama ini berarti menyingkirkan sesuatu yang terdapat pada suatu
tempat yang akan dimasuki. Tentu saja bukan makna harfiah itu yang dimaksud.
Penamaannya dengan Al-Fatihah karena ia terletak pada awal Al-Qur'an dan karena
biasanya yang pertama memasuki sesuatu adalah yang membukanya, kata Fatihah di
sini berarti awal Al Qur'an. (Syihab, 1997:7).
Surah ini awal dari segi penempatannya pada susunan Al- Qur'an, bukan seperti
dugaan segelintir kecil ulama bahwa ia dinamai demikian karena surah ini adalah
awal surah Al-Qur'an yang turun. Dapat dikatakan juga bahwa bahwa Al-Fatihah
adalah Pembuka yang sangat agung bagi segala macam kebajikan. (Aziz, 2008:156).
Dapat disimpulkan bahwa, surat Al-Fatihah adalah surat awal pada kitab suci
Al-Qur’an atau induk Al-Qur’an sehingga dinamakan pembuka yang sangat agung,
serta mengandung pokok-pokok
ajaran tentang keimanan, yaitu beriman kepada Allah dan hari akhir, ibadah, hukum
agama atau syari’ah dan kisah-kisah.
2.1.2.
Keutamaan Al-Fatihah
Terdapat beberapa
keutamaan dalam surat Al-Fatihah diantaranya: Surat yang
Paling Agung, Surat Terbaik
dalam Al-Qur’an, Al-Fatihah adalah
Al-Qur’an Al-Azhim, Surat Ruqyah, Cahaya Untuk Ummat Islam, Penentu Sholat. ( Darussalam ).
Orang yang
membaca Al-Fatihah akan mendapatkan balasan pahala yang besar di sisi Allah.
Terlebih lagi jika membacanya dengan ikhlash, dan mentadabburi maknanya. Abu
Sa’id bin Al-Mu’allaa ra, berkata:
كُنْتُ أُصَلِّيْ فَدَعَانِيَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ أُجِبْهُ,
قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنِّيْ كُنْتُ أُصَلِّيْ, قَالَ سُوْرَةٍ مِنْ الْقُرْآنِ. قَالَ:: أَلَمْ يَقُلِ
اللهُ: (اسْتَجِيْبُوْا
لِلّهِ وَلِلرَّسُوْلِ إِذَا دَعَاكُمْ), ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُعَلِّمُكَ
أَعْظَمَ سُوْرَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ؟. فَأَخَذَ بِيَدِيْ, فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ, قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, إِنَّكَ قُلْتَ:
لأُعَلِّمَنَّكَ
أَعْظَمَ (الْحَمْدُ للهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ), هِيَ السَّبعُ
الْمَثَانِيْ وَاْلقُرْآنُ الْعَظِيْمُ الَّذِيْ أُوْتِيْتَه
Artinya:“Dulu aku pernah sholat.
Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam- memanggilku. Namun aku tak memenuhi
panggilan beliau. Aku
katakan, “Wahai Rasulullah, tadi aku sholat“. Beliau bersabda, “Bukankah Allah
berfirman,“Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu“. (QS. Al-Anfaal: 24).
Kemudian beliau
bersabda, “Maukah engkau kuajarkan
surat yang paling agung dalam Al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid”?. Beliau
pun memegang tanganku. Tatkala kami hendak keluar, maka aku katakan, “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya tadi Anda bersabda, “Aku akan ajarkan kepadamu Surat
yang paling agung dalam Al-Qur’an”. Beliau bersabda, “Alhamdulillahi Robbil
alamin”.
Dia ( Surat Al-Fatihah) adalah tujuh ayat yang
berulang-ulang, dan Al-Qur’an Al-Azhim yang diberikan kepadaku”. (HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4720), Abu
Dawud dalam Sunannya (1458), dan An-Nasa’iy dalam Sunannya (913)).
Al-Imam Ibnu At-Tiin
Rahimahullah berkata saat menjelaskan makna hadits di atas, “Maknanya, bahwa pahalanya lebih agung (lebih
besar) dibandingkan surat lainnya”. (Lihat Fathul Bari(8/158) karya Ibnu
Hajar Al-Asqolaniy).
Dari pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa, Surat Al-Fatihah adalah surat yang paling agung, karena
surat Al-Fatihah mempunyai pahala yang paling besar dibanding dengan surat yang
lain bagi pembacanya bila membacana dengan ikhlas.
Surat Al-Fatihah
merupakan surat terbaik, karena mengandung tauhid, ittiba’ (mengikuti) Sunnah,
adab berdo’a, al-wala’ wal baro’, keimanan terhadap perkara gaib, dan lainnya. Ibnu
Jabir radhiyallahu ‘anhu- berkata:
اِنْتَهَيْتُ إِلَى رَسُوْلِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ إِهْرَاقَ الْمَاءَ فَقُلْتُ
السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ فَقُلْتُ: السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ فَقُلْتُ
السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ فَانْطَلَقَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْشِيْ وَأَنَا خَلْفَهُ حَتَّى
دَخَلَ عَلَى رَحْلِهِ وَدَخَلْتُ أَنَا الْمَسْجِدَ فَجَلَسْتُ كَئِيْبًا
حَزِيْنًا فَخَرَجَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ
تَطَهَّرَ فَقَالَ : عَلَيْكَ
السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَ عَلَيْكَ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ و عَلَيْكَ
السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ ثُمَّ قَالَ اَلاَ أُخْبِرُكَ يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ
جَابِرٍ بِخَيْرِ سُوْرَةٍ فِيْ الْقُرْآنِ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ
: اِقْرَأْ الْحَمْدُ
للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَتَّى تَخْتِمَهَا
Artinya:“Aku
tiba kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, sedang beliau mengalirkan air. Aku berkata, “Assalamu alaika, wahai
Rasulullah”. Maka
beliau tak menjawab salamku (sebanyak 3 X). Kemudian Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam- berjalan, sedang aku berada di belakangnya sampai beliau
masuk ke kemahnya, dan aku masuk ke masjid sambil duduk dalam keadaan bersedih.
Maka keluarlah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuiku, sedang beliau telah bersuci seraya
bersabda, “Alaikas salam wa rahmatullah (3 kali)”. Kemudian beliau
bersabda, “Wahai Abdullah bin Jabir, maukah kukabarkan kepadamu tentang
sebaik-baik surat di dalam Al-Qur’an”. Aku katakan, “Mau ya Rasulullah”. Beliau bersabda, “Bacalah surat Alhamdulillahi
Robbil alamin (yakni, Surat Al-Fatihah) sampai engkau menyelesaikannya“. (HR.Ahmad
dalam Al-Musnad (4/177).
Hadits ini dihasankan oleh Al-Arna’uth dalam
Takhrij Al-Musnad (no. 17633)).
Mengenai surah
Al-Fatihah dari pembahasan diatas yakni, karena surah Fatihah mencakup seluruh
kandungan dari surah yang lainya sehingga menjadi sebaik-baik surat dalam
Al-Qur’an yakni, tauhid, ittiba’ mengkut sunah, adab berdoa, Al-Wala’ Wal
Baro’, keimanan terhadap perkara ghoib, akhlak, sejarah, hukum, nasehat, dan
lain sebagainya.
3.
Al-Fatihah
adalah Al-Qur’an Al-Azhim
Surat Al-Fatihah dinamai oleh Allah dengan “Al-Qur’an Al-Azhim”, padahal
Al-Qur’an Al-Azim bukan hanya Al-Fatihah, masih ada surat-surat lainnya yang
berjumlah 113. Namun Allah azza wa Jalla menamainya demikian karena kandungan
Al-Fatihah meliputi segala perkara yang dikandung oleh Al-Qur’an Al-Azhim
secara global. Wallahu A’lam bish showab. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
أُمُّ الْقُرْآنِ هِيَ
السَّبْعُ الْمَثَانِيْ وَالْقُرْآنُ الْعَظِيْمُ
Artinya:“Ummul Qur’an (yakni, Al-Fatihah) adalah
tujuh ayat yang berulang-ulang, dan Al-Qur’an Al-Azhim“. (HR. Al-Bukhoriy dalam
Shohihnya (4427), Abu Dawud dalam Sunan-nya (1457), dan At-Tirmidziy dalam
Sunan-nya (3124)).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa didalam
surat Al-Fatihah yang terdiri dari tujuh ayat itu terdapat kandungan seluruh isi
Al-Qur’an yang didalamnya terdapat berbagai macam perkara yang dapat dijadikan
pedoman bagi umat islam salah satunya keagungan Allah SWT(pencipta, penguasa
seluruh alam, segala puja dan puj milkNya).
4. Surat
Ruqyah
Al-Qur’an
seluruhnya bisa digunakan dalam meruqyah. Namun secara khusus Al-Fatihah pernah
dipergunakan oleh para sahabat dalam meruqyah sebagian orang yang tergigit
kalajengking. Dengan berkat pertolongan Allah, orang yang digigit kalajengking tersebut
sembuh kala itu juga. Kisahnya dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu
‘anhu, ketika beliau berkata:
انْطَلَقَ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فِيْ سَفْرَةٍ سَافَرُوْهَا حَتَّى نَزَلُوْا عَلَى حَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ
الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوْهُمْ فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوْهُمْ فَلُدِغَ سَيِّدُ
ذَلِكَ الْحَيِّ فَسَعَوْا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ شَيْءٌ فَقَالَ
بَعْضُهُمْ: لَوْ أَتَيْتُمْ هَؤُلاَءِ الرَّهْطَ
الَّذِيْنَ نَزَلُوْا لَعَلَّهُ أَنْ يَكُوْنَ عِنْدَ بَعْضِهِمْ شَيْءٌ
فَأَتَوْهُمْ فَقَالُوْا: يَا أَيُّهَا الرَّهْطُ إِنَّ
سَيِّدَنَا لُدِغَ وَسَعْيُنَا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ فَهَلْ عَنْدَ
أَحَدٍ مِنْكُمْ مِنْ شَيْءٍ ؟ فَقَالَ بَعْضُهُمْ:
نَعَمْ وَاللهِ
إِنِّيْ لأَُرْقِي وَلَكِنْ وَاللهِ لَقَدْ اسْتَضَفْنَاكُمْ فَلَمْ
تُضَيِّفُوْنَا فَمَا أَنَا بِرَاقٍ لَكُمْ حَتَّى تَجْعَلُوْا لَنَا جُعْلاً
فَصَالَحُوْهُمْ عَلَى قَطِيْعٍ مِنَ الْغَنَمِ فَانْطَلَقَ يَتْفُلُ عَلَيْهِ
وَيَقْرَأُ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . فَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ فَانْطَلَقَ يَمْشِي وَمَا بِهِ قَلَبَةٌ . قَالَ: فَأَوْفَوْهُمْ جُعْلَهُمُ الَّذِيْ
صَالَحُوْهُمْ عَلَيْهِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ:
اقْسِمُوْا
فَقَالَ الَّذِيْ رَقِيَ: لاَ تَفْعَلُوْا حَتَّى
نَأْتِيّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَذْكُرَ لَهُ الَّذِيْ
كَانَ فَنَنْظُرَ مَا يَأْمُرُنَا فَقَدِمُوْا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ فَذَكَرُوْا
لَهُ فَقَالَ: وَمَا يُدْرِيْكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ . ثُمَّ قَالَ: قَدْ أَصَبْتُمْ اقْسِمُوْا وَاضْرِبُوْا
لِيْ مَعَكُمْ سَهْمًا . فَضَحِكَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
Artinya:”Ada beberapa orang dari kalangan sahabat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam-pernah berangkat dalam suatu perjalanan yang
mereka lakukan sampai mereka singgah pada suatu perkampungan Arab. Mereka pun meminta jamuan kepada mereka. Tapi mereka enggan untuk menjamu mereka (para
sahabat). Akhirnya, pemimpin suku itu digigit kalajengking. Mereka (orang-orang kampung itu) telah mengusahakan
segala sesuatu untuknya. Namun semua itu tidak bermanfaat baginya. Sebagian
diantara mereka berkata, “Bagaimana kalau kalian mendatangi rombongan (para
sahabat) yang telah singgah.
Barangkali ada sesuatu (yakni, obat) diantara mereka”. Orang-orang itu pun mendatangi para
sahabat seraya berkata, “Wahai para rombongan, sesungguhnya pemimpin kami
tersengat, dan kami telah melakukan segala usaha, tapi tidak memberikan manfaat
kepadanya. Apakah
ada sesuatu (obat) pada seorang diantara kalian?”Sebagian sahabat berkata, “Ya,
ada. Demi Allah, sesungguhnya aku bisa meruqyah. Tapi demi Allah, kami telah
meminta jamuan kepada kalian, namun kalian tak mau menjamu kami. Maka aku pun tak mau me-ruqyah
kalian sampai kalian mau memberikan gaji kepada kami”. Merekapun menyetujui para sahabat dengan gaji
berupa beberapa ekor kambing.
Lalu seorang sahabat pergi (untuk meruqyah mereka) sambil memercikkan
ludahnya kepada pimpinan suku tersebut, dan membaca, “Alhamdulillah Robbil
alamin (yakni, Al-Fatihah)”.
Seakan-akan orang itu terlepas dari ikatan. Maka mulailah ia berjalan,
dan sama sekali tak ada lagi penyakit padanya. Dia (Abu Sa’id) berkata, “Mereka pun
memberikan kepada para sahabat gaji yang telah mereka sepakati. Sebagian sahabat berkata, “Silakan bagi
(kambingnya)”. Yang
me-ruqyah berkata, “Janganlah kalian lakukan hal itu sampai kita mendatangi
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu kita sebutkan kepada beliau tentang
sesuatu yang terjadi.Kemudian kita lihat, apa yang beliau perintahkan kepada
kita”. Mereka
pun datang kepada Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi wa sallam-seraya menyebutkan
hal itu kepada beliau. Maka
beliau bersabda, “Apa yang memberitahukanmu bahwa Al-Fatihah adalah
ruqyah?”Kemudian beliau bersabda lagi, “Kalian telah benar, silakan
(kambingnya) dibagi. Berikan aku bagian
bersama kalian”. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa“.
(HR. Al-Bukhoriy (2156), Muslim (2201))
Al-Imam Ibnu Abi Jamroh-rahimahullah berkata, “Tempat memercikkan ludah
ketika meruqyah adalah usai membaca Al-Qur’an pada anggota badan yang dilalui
oleh ludah”. (Tuhfah Al-Ahwadziy (9/206))
Dari uraian diatas bahwa, fadlilatul surah Al-Fatihah bisa menjadi obat
untuk meruqyah dari gigitan kala
jengking.
5. Cahaya
untuk Ummat Islam
Satu lagi
diantara fadhilah Al-Fatihah, disebut dengan cahaya, karena didalamnya terdapat
petunjuk bagi seorang muslim dalam semua urusannya. Jika kita mengkaji
Al-Fatihah secara mendalam, maka kita akan mendapat banyak faedah dan petunjuk.
Oleh karena itu, sebagian ulama’ telah menulis kitab khusus menafsirkan
Al-Fatihah dan mengeluarkan mutiara hikmahnya yang berisi pelita yang menerangi
kehidupan kita. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata:
بَيْنَمَا
جِبْرِيْلُ قَاعِدٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ
نَقِيْضًا مِنْ فَوْقِهِ فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: هَذَا بَابٌ مِنَ السَّمَاءِ فُتِحَ الْيَوْمَ لَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إِلاَّ
الْيَوْمَ فَنَزَلَ مِنْهُ مَلَكٌ فَقَالَ: هَذَا مَلَكٌ نَزَلَ إِلَى اْلأَرْضِ
لَمْ يَنْزِلُ قَطُّ إِلاَّ الْيَوْمَ فَسَلَّمَ وَقَالَ: أَبْشِرْ بِنُوْرَيْنِ أُوْتِيْتَهُمَا
لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ:
فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيْمَ سُوْرَةِ
الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلاَّ أُعْطِيْتَهُ
Artinya:“Tatkala Jibril duduk di
sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka ia mendengarkan suara (seperti
suara pintu saat terbuka) dari atasnya. Maka ia (Jibril) mengangkat kepalanya
seraya berkata, “Ini adalah pintu dilangit yang baru dibuka pada hari ini;
belum pernah terbuka sama sekali, kecuali pada hari ini”. Lalu turunlah dari
pintu itu seorang malaikat seraya Jibril berkata, “Ini adalah malaikat yang
turun kebumi; ia sama sekali belum pernah turun, kecuali pada hari ini”.
Malaikat itu pun memberi salam seraya berkata, “Bergembiralah dengan dua cahaya
yang diberikan kepadamu; belum pernah diberikan kepada seorang nabi sebelummu,
yaitu Fatihatul Kitab, dan ayat-ayat penutup Surat Al-Baqoroh. Tidaklah engkau
membaca sebuah huruf dari keduanya, kecuali engkau akan diberi“.(HR. Muslim dalam Shahihnya (806), dan
An-Nasa’iy (912)).
Uraian dari
hadist diatas mengenai surat fadlilah surah Al-Fatihah adalah menjadi sutu
cahaya atau disebut dengan sebagai
petunjuk ( hidayah ) bagi pembacanya.
6. Penentu
Sholat
Al-Fatihah adalah kewajiban bagi setiap orang yang
mengerjakan sholat, baik ia imam, makmum, atau pun munfarid (sholat sendiri).
Barangsiapa yang tak membacanya, maka sholatnya tak sah. Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَلَّى
صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيْهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ ثَلاَثًا غَيْرُ
تَمَامٍ فَقِيْلَ لِأَبِيْ هُرَيْرَةَ: إِنَّا نَكُوْنُ وَرَاءَ اْلإِمَامِ فَقَالَ: اِقْرَأْ بِهَا فِيْ نَفْسِكَ
فَإِنِّيْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: قَالَ اللهُ
تَعَالَى: قَسَّمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِيْ وَبَيْنَ عَبْدِيْ نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِيْ
مَا سَأَلَ
Artinya:“Barangsiapa yang
melakukan sholat, sedang ia tak membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah) di dalamnya,
maka sholatnya kurang (3X), tidak sempurna”. Abu Hurairah ditanya, “Bagaimana kalau kami di belakang
imam”. Beliau
berkata, “Bacalah pada dirimu (yakni, secara sirr/pelan), karena sungguh aku
telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Allah
Ta’ala berfirman, “Aku telah membagi Sholat (yakni, Al-Fatihah) antara Aku
dengan hamba-Ku setengah, dan hamba-Ku akan mendapatkan sesuatu yang ia minta”.
(HR. Muslim (395), Abu Dawud
(821), At-Tirmidziy (2953), An-Nasa’iy (909), dan Ibnu Majah (838))
Abu Zakariya An-Nawawiy
rahimahullah berkata, “Al-Fatihah dinamai sholat, karena sholat tak sah,
kecuali bersama Al-Fatihah“. (Syarh Shohih Muslim (2/127))
Uraian di atas
diantara keutamaan Al-Fatihah, diutamakan bagi para khotib, da’i, penuntut
ilmu, dan seluruh kaum muslimin agar mereka tahu dan mengamalkan hadits-hadits
shohih ini, dan menyebarkannya, tanpa berpegang lagi dengan hadits-hadits lemah
dan palsu tentang fadhilah Al-Fatihah.
2.2. Asbabunnuzul Surat Al-Fatihah
Adapun tempat surat Al-Fatihah diturunkan berdasarkan pendapat yang lebih kuat ialah
yang menyatakan bahwa surat ini diturunkan diMekkah. Al-Wahidi menulis didalam
kitabnya Asbabun Nuzul dan As-Tsa'labi didalam tafsirnya riwayat dari Ali bin
Abu Thalib , dia berkata bahwa kitab ini diturunkan diMekkah, dari dalam suatu
perbendaharaan di bawah 'Arsy.
(Bey Arifin 1974:23).
Menurut suatu riwayat lagi dari Abu Syaibah didalam Al-Mushannaf
dan Abu Nu'aim dan Al-Baihaqi di dalam Dalailun Nubuwwah, dan As-Tsa'labi dan Al-Wahidi
dari hadits Amer bin Syurahail, bahwa setelah Rasulullah SAW mengeluhkan
pengalamannya di dalam gua itu setelah menerima wahyu pertama, kepada Khadijah,
lalu beliau dibawa oleh Khadijah kepada Waraqah, maka beliau ceritakan
kepadanya, bahwa apabila dia telah memencil seorang diri didengarnya suara dari
belakangnya: "Ya Muhammad, ya Muhammad, ya Muhamad! Mendengar suara itu
akupun lari." Maka berkatalah Waraqah : "Jangan engkau berbuat
begitu, tetapi jika engkau dengar suara itu, tetap tenanglah engkau, sehingga
dapat engkau dengar apa lanjutan perkataannya itu ".
Selanjutnya Rasulullah SAW berkata:
"Maka datang lagi dia dan terdengar lagi suara itu : "Ya Muhammad!
Katakanlah : Bismillahir RahmanirRahim, Alhamdulillahirabbil`Alamin, sehingga
sampai kepada Waladh Dhaalin". Demikian Hadits itu (Bey Arifin 1974:24).
Abu Nu'aim di dalam Ad-Dalaail meriwayatkan pula
tentang seorang laki-laki dari Bani Salamah, dia berkata : "Tatkala pemuda
pemuda Bani Salamah masuk Islam , dan Islam pula anak dari Amer Jumawwah,
berkatalah istri Amer itu kepadanya : "Sukakah engkau mendengarkan dari
ayah engkau sesuatu yang telah diriwayatkan dari padanya ? "Anak itu lalu
bertanya kepada ayahnya apakah agaknya riwayat tersebut lalu dibacanya :
"Alhamdulillahi Rabbil `Alamin" (sampai ke akhir).
Sedang kejadian itu ialah di Mekkah. Ibnu
Al-Anbari pun meriwayatkan bahwa dia menerirna riwayat dari Ubadah bin As-Shamit
bahwa surat Fatihatul Kitab ini memang diturunkan di Mekkah. Sungguhpun
demikian ada juga satu riwayat yang diterima oleh perawi-perawinya dari Mujahid,
bahwa beliau ini berpendapat bahwa surat ini diturunkan di Madinah (Bey Arifin
1974:24).
Dari hadis diatas dapat disimpulkan
bahwa surat Al-Fatihah turun di Mekah di bawah ‘arsy dan sebab diturukannya
adalah merupakan tujuh kalimat pujian (as-sab’ul
matsani) yang diberikan kepada nabi Muhammad. Terdapat pula segolongan yang
menyatakan bahwa Surat diturunkan dua kali, pertama di Mekkah, kemudian
diturunkan sekali lagi di Madinah.
2.3. Biografi Pengarang Tafsir Jalalain
2.3.1.
Biografi Singkat Al-Mahally
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim bin Ahmad bin
Hashim al-Jalal, Abu Abdillah bin Al-Syihab, Abi Al-’Abbas bin Al-Kamal Al-Ansari,
Al-Mahalli, Al-Qahiri, Al-Syafii. Gelaran Al-Mahalli ini merupakan nisbahnya
kepada sebuah bandar Mesir terkenal yang disebut Al-Mahallah Al-Kubra Al-Gharbiyah.
Beliau dilahirkan dilahirkan di mesir pada bulan Syawal tahun 791 H, dan wafat
pada tahun 864 H di mesir, dan dimakamkan disana juga (Tafsir Jalalain bi
Hamisy Al-Qur’an Al-Karim, Muassasah Ar-Royyan). Jalaluddin Al-Mahalli adalah
seorang mufasir (ahli tafsir) berkebangsaan Mesir. Ia lebih dikenal dengan
julukan Jalaluddin Al-Mahalli yang berarti orang yang mempunyai keagungan dalam
masalah agama. Sedangkan sebutan Al-Mahalli dinisbahkan pada kampung
kelahirannya, Mahalla al-Kubra, yang terletak di sebelah barat Kairo, tidak
jauh dari Sungai Nil.
Sejak kecil tanda-tanda kecerdasan sudah menonjol pada diri Mahalli. Ia ulet
menyerap berbagai ilmu, mulai dari tafsir, ushul fikih, teologi, fikih,
matematika, nahwu dan logika. Mayoritas ilmu tersebut dipelajarinya secara
otodidak, hanya sebagian kecil yang diserap dari ulama-ulama salaf pada
masanya, seperti Al-Badri Muhammad bin Al-Aqsari, Burhan Al-Baijuri, A’la Al-Bukhari
dan Syamsuddin bin Al-Bisati.
Dalam kitab Mu’jam Al-Mufassirin, As-Sakhawi menuturkan bahwa
Al-Mahalli adalah sosok imam yang sangat pandai dan berfikiran jernih.
Kecerdasannya di atas rata-rata. (Amin, Ghofur Saiful, 2008:28).
Sebagaimana As-Suyuthi, Al-Mahally
juga merupakan penulis aktif, banyak sekali karya-karyanya. Diantaranya adalah :
1.
Kanzur
Roghibin
2.
Syarh al
Minhaj
3.
Al badrut
tholi’ fi hilli jam’il jawami’
4.
Syarh
Waroqot
5.
Al anwar
al mudli’ah
6.
Al
qoulul mufid fi an Nailis sa’id
7.
At Thib
an-nabawi
8.
Tafsir
Jalalain
9. Dan masih banyak
yang lainnya.
2.3.2. Biografi Singkat As-Suyuthi
Nama lengkap beliau adalah Jalaluddin Abdur Rahman bin Abu Bakar bin
Muhammad bin Sabiq Ad-Din Al-Khudlairy As-Suyuthi. Beliau dilahirhan pada bulan
rojab tahun 849 H. Dan meninggal pada malam jum’at, tanggal 19 Jumadil Ula
tahun 911 H. Ketika As-Suyuthi masih berumur 5 tahun, ayahnya meninggal dunia.
Walaupun begitu ia tetap memiliki semangat tinggi dan kecerdasan yang luar
biasa dalam menuntut ilmu. Maka tidaklah mengherankan jika ia mampu menhafal
Al-Qur’an ketika usianya belum genap 8 tahun, kemudian ia juga mampu menghafal
kitab Al-Umdah, Minhaj Al-Fiqih, dan Alfiyah Ibnu Malik.
Selain tekun belajar, ia juga rajin beribadah dan berdo’a. Tak sekalipun
As-Suyuthi membuang waktu ketika menuntut ilmu. Suatu ketika, ia menunaikan
ibadah haji dan meminum air zam-zam, lalu berdo’a agar ilmunya dalam bidang
fiqih setingkat Al-Baqillani dan dalam bidang hadits sekali berdua dengan Ibnu
Hajar Al-Asqalani. Dalam pengembaraannya mencari ilmu, As-Suyuthi singgah ke
beberapa negeri seperti Syam, Hijaz, Yaman, India dan Maroko. (Sirojuddin
Abbas, 2010 231). Ia berguru kepada sejumlah ulama besar, bahkan seorang
muridnya pernah menghitung guru beliau hingga mencapai 51 guru (Adz Dzahabi,
Dr. Muhammad Husain At Tafsir Wa al Mufassirun, Maktabah Syamilah juz
4:39) diantaranya:
1.
Jalaluddin
Al-Mahalli
2.
Ahmad bin
Ali Ayamsahi (ulama fara’id)
3.
Al-Bulqaini
(ulama fiqih)
4.
As-Syamani
(ulama hadits, ushul fiqih, teologi dan nahwu)
5.
Al-Izzu
Hanbali (ulama hadits, bahasa Arab, sejarah)
Selain guru
laki-laki, As-Suyuthi juga meresap ilmu dari sejumlah ilmuwan perempuan,
diantaranya:
1.
‘Aisyah
binti Jarullah
2.
Ummu Hani
binti Abul Hasan
3.
Shalihah
binti Ali
4.
Niswan
binti Abdullah Al-Kanani
5.
Hajar
binti Muhammad Al-Mishriyyah
As-Suyuthi
mulai menulis ketika masih berusia 17 tahun. Namun ia baru memusatkan diri
dalam berkarya ketika usianya menginjak 40 tahun. Ia beruzlah di tempat
tinggalnya, Raudlatul Miqyas, di tepian Sungai Nil. Ia termasuk ulama yang
sangat produktif dalam berkarya. Ia memiliki ratusan kitab dalam berbagai
bidang keilmuan, mulai dari tafsir, hadits, fiqih, bahasa Arab, sastra, tasawuf,
hingga ilmu sejarah. Ad-Dawudy, salah seorang murid As-Suyuthi, mengatakan
bahwa jumlah karya As-Suyuthi mencapai 500 buah. Karya As-Suyuti diantaranya:
1. Al-Itqan fi Ulum
Al-Qur’an
2.
Ad-Durr
Al-Manshur fi At-Tafsir bil-Ma’tsur
3. Tarjuman Al-Qur’an
fi At-Tafsir Al-Musnad
4.
Asrar
At-Tanzil
5.
Lubab
An-Nuqul fi Asbab An-Nuzul
6.
At-Takhbirfi
Ulum At-Tafsir
7.
Mufhamat
Al-Qur’an fi Mubhamat Al-Qur’an
8.
Al-Iklil
fi Istinbat At-Tanzil
9. Al-Hasyisyah fi
Tafsir Al-Baidhawi
10. Takmilah Tafsir
As-Syaikh Jalaluddin Al-Mahalli
11.
Dan masih banyak lagi lainnya, yang tidak mungkin bila
disebutkan disini. (Syeikh Muhammad Ali As-Shabuni Terjemah At-Tibyan Fi- ‘Ulumil Qur’an,
2001).
2.4. Tafsir Surat Al-Fatihah
Dalam
kajian tafsir surat al-Fatihah penyusun menguraikan satu persatu ayat dalam
surat Al-Fatihah beserta tafsirnya. Diantaranya mencakup: Tafsir بسم الله ,
Tafsirالحمد لله , Tafsir الرحمن الرحيم , Tafsir ملك يوم الدين , Tafsir اياك نعبد واياك نستعين , Tafsir اهدناالصراط المستقيم , Tafsir الصراط الذين انعمت عليهم غيرالمغضوب عليهم ولاالضالين
.
2.4.1
. Tafsir
Basmalah
بسم الله الرحمن الرحيم
Artinya: Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang .
(1) Maksudnya: Saya memulai membaca Al-Fatihah ini
dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai
dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan
sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan
sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhlukNya, tapi makhluk yang
membutuhkanNya. الرحمن (Maha Pemurah): Salah
satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karuniaNya
kepada makhlukNya, sedang الرحيم (Maha Penyayang)
memberi pengertian bahwa Allah Senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia
selalu melimpahkan rahmatNya kepada makhluk-Nya (Bey Arifin 1976: 56).
Menurut
Bey Arifin (1976: 57) Keutamaan
Basmalah (بسم الله الرحمن الرحيم) adalah di dalamnya terdapat 3 Nama
yang terbesar dari nama-nama Allah yaitu: Allah, Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim,
karena itu Rasulullah SAW menamakan Al-Ismul A’zham yaitu nama teragung dari
Allah SWT. Dalam buku ini banyak sekali riwayat Nabi yang membahas keutamaan
membaca basmalah, diataranya: Diriwayatkan oleh Imam Abdur Rahman bin Abu
Hatim, berasal dari Ibnu Abbas, bahwa Usman bin Affan bertanya kepada
Rasullullah tentang kalimah basmalah, lalu Rasulullah SAW menjawab: ”Ia adalah
salah satu dari nama-nama Allah. Begitu dekatnya bismillah ini dengan nama Allah
yang teragung seperti dekatnya biji mata hitam dengan biji mata yang putih.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang berasal dari Abu Buraidah bahwa
Rasulullah SAW bersabda: ”Diturunkan kepadaku satu ayat yang tak pernah
diturunkan kepada salah seorang Nabi, selain Nabi Sulaiman bin Dawud dan saya
sendiri, yaitu ayat Bismillahir Rahmaanir Rahiim”. Dirawayatkan oleh Ibnu
Hibbaan, sabda Rasulullah SAW: ”Setiap pekerjaan (urusan) yang penting yang
tidak dimulai dengan menyebut: Bismillaahir Rahmaanir-Rahiim, maka pekerjaan
(urusan) itu akan pincang”.
Menurut Quraish Shihab penafsiran surat Al-Fatihah ayat 1 adalah sebagai
berikut: Allah memulai kitabNya dengan basmalah, dan memerintahkan Nabi-Nya
sejak dini pada wahyu pertama untuk melakukan pembacaan dan semua aktivitas
dengan nama Allah. اقراء بسم ربك الذى خلق, maka tidak keliru jika dikatakan basmalah
merupakan pesan pertama Allah kepada manusia; pesan agar manusia memulai setiap
aktivitasnya dengan nama Allah.
Memulai dengan nama Allah adalah adab dan
bimbingan pertama yang diwahyukan Allah kepada NabiNya: Iqra bismirabbika.
Permulaan itu sesuai dengan kaidah utama ajaran Islam yang menyatakan bahwa
adalah (الاول والاخرواالظهروالبطن) "Dia
yang pertama dan Dia pula yang terakhir",
Dia yang nampak dengan jelas
(bukti-bukti wujud-Nya) dan Dia pula yang Tersembunyi (tehadap siapapun
hakikatNya). Dia yang maha suci itu merupakan wujud yang haq, yang dariNya
semua wujud memperoleh wujudnya, dan dariNya bermula semua yang memilikim
permulaan. Karena
itu dengan namaNya segala sesuatu harus dimulai dan dengan namaNya terlaksana
setiap gerak dan arah.
Terdapat makna dalam setiap huruf dalam kata basmalah, diantaranya: Makna ب yang dibaca ب pada بسم
الله Makna kata Allah, Ar-Rahman ar-Rahim.
a. Makna ب (ba’)
yang dibaca ب(bi) pada بسم الله (bismilah)
Ba’ atau (dibaca bi) yang diterjemahkan
dengan kata dengan mengandung satu kata atau kalimat yang tidak
terucapkan tetapi harus terlintas didalam benak ketika mengucapkan Basmalah,
yaitu kata “memulai”, sehingga Bismilah berarti “saya atau kami memulai
apa yang kami kerjakan ini dalam konteks surah ini adalah membaca ayat-ayat Al-Qur’an
dengan nama Allah”. Dengan demikian, kalimat tersebut menjadi semacam do’a atau
pernyataan dari pengucap, bahwa ia memulai pekerjaannya atas nama Allah. Atau
dapat juga diartikan sebagai perintah dari Allah (walaupun kalimat tersebut
tidak berbentuk perintah yang menyatakan “Mulailah pekerjaanmu dengan nama
Allah”. (Bey Arifin, 1976: 60).
Apabila
seseorang memulai suatu pekerjaan dengan nama Allah atau atas namaNya, maka
pekerjaan tersebut akan menjadi baik, atau paling tidak, pengucapnya akan
terhindar dari godaan nafsu, dorongan ambisi atau kepentingan pribadi, sehingga
apa yang dilakukannya tidak akan mengakibatkan kerugian bagi orang lain, bahkan
akan membawa manfaat bagi diri pengucapnya, masyarakat, lingkungan, serta
kemanusiaan seluruhnya.
Ada juga yang mengaitkan kata bi, dengan memunculkan dalam benaknya
”kekuasaan”. Pengucap “Basmalah” seakan-akan berkata: “Dengan kekuasaan Allah
dan pertolonganNya pekerjaan yang saya lakukan ini dapat terlaksana”.
Pengucapnya ketika itu (seharusnya) sadar bahwa tanpa kekuasaan Allah dan
pertolonganNya apa yang sedang dikerjakannya itu tidak akan berhasil. Dengan
demikian, ia menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya tetapi pada saat yang
sama pula (Setelah menghayati arti Basmalah ini), ia memiliki kekuatan dan rasa
pecaya diri karena ketika itu dia telah menyandarkan dirinya kepada Allah dan
memohon bantuan Yang Maha Kuasa itu.
Ketika membaca Basmalah dan memulai suatu pekerjaan,
apapun jenis pekerjaan itu, misalnya makan, minum, belajar, berperang bahkan
bergerak dan diam sekalipun, kesemuanya harus disadari bahwa titik tolaknya adalah
Allah SWT. Dan bahwa ia dilakukan demi karena Allah. Ia tidak mungkin dapat
terlaksana kecuali atas bantuan dan kekuasaan Allah SWT.
Kata Isim terambil dari kata As-Summun yang
berarti tinggi atau As-Simah yang berarti tanda. Memang
nama menjadi tanda bagi sesuatu serta harus dijunjung tinggi. Kini timbul
pertanyaan: “kalau kata isim demikian itu maknanya dan kata bismi seperti
yang diuraikan diatas maksudnya, maka apa gunanya kata isim disebut
disini. Tidak cukupkah bila langsung saja dikata Dengan Allah? Sementara
Ulama secara filosofis menjawab bahwa nama menggambarkan substansi sesuatu,
sehingga kalau disini dikatakan Dengan Nama Allah maksudnya adalah Dengan
Allah. Kata isim menurut mereka digunakan disini sebagai penguat.
Dengan demikian, makna harfiah dari kata tersebut tidak dimaksudkan disini.
Memang dikenal dalam syair-syair lama penyisipan kata Isim untuk tujuan
tersebut.
Az-Zamakhsyari dan banyak ulama tafsir mengemukakan
bahwa orang-orang Arab, sebelum kehadiran Islam, memulai pekerjaan-pekerjaan
mereka dengan menyebut nama Tuhan mereka, misalnya Bismi Al-Lata atau Bismi
Al-‘Uzza’, sementara bangsa-bangsa lain memulainya dengan menyebut nama
raja atau penguasa mereka. Kalau demikian, memulai pekerjaan dengan nama Allah,
berarti pekerjaan itu dilakukan atas perintah dan demi karena Allah, bukan atas
dorongan hawa nafsu.
Kesimpulannya adalah, setiap hal yang diharapkan
darinya keberkatan Allah atau dimaksudkan demi karena Allah, maka disisipkan
kata Isim, sedang bila dimaksudkan demi permohonan kemudahan dan bantuan
Allah maka kata yang digunakan langsung menyebut Allah atau Tuhan tanpa
menyisipkan kata Isim. Dalam hadist Nabi SAW pun demikian itu halnya.
Salah satu do’a beliau adalah Ya Allah
dengan Engkau kami memasuki waktu pagi dan petang) yakni dengan kekuasaan dan
iradat-Mu, kami memasukinya. Sebelum tidur beliau berdo’a (بسمك
اللهم احياواموت ). Artinya : “Dengan nama-Mu
Ya Allah aku tidur dan bangun”. Yakni demi karena Engkau aku hidup dan
mati.
Penulisan kata “Bismi” dalam basmalah tidak
menggunakan huruf “Alif”, berbeda dengan kata yang sama pada suroh Iqra’, yang
tertulis dengan tata cara penulisan baku yakni menggunakan huruf alif. Persoalan
ini menjadi bahasan para pakar dan Ulama. Pakar tafsir Al-Qurthubi berpendapat
bahwa penulisan tanpa huruf Alif pada Basmalah adalah karena
pertimbangan praktis semata-mata. Kalimat ini sering ditulis dan diucapkan,
sehingga untuk mempersingkat tulisan ia ditulis tanpa Alif.
Rasyad Khalifah berpendapat bahwa ditanggalkannya
huruf “Alif” pada Basmalah, agar jumlah huruf-huruf ayat ini menjadi sembilan
belas huruf, tidak dua puluh. Ini karena 19 mempunyai rahasia yang berkaitan
dengan Al-Qur’an.
b. Makna kataالله
Allah
Kata Allah merupakan nama Tuhan yang paling
populer. Apabila kita berkata ”Allah” maka apa yang kita ucapkan itu, telah
mencakup semua nama-nama Nya yang lain. Disisi lain tidak satupun dapat dinamai
Allah, baik secara hakikat maupun mazaz, sedang sifat-sifat Nya yang lain,
secara umum dapat dikatakan bisa disandang oleh makhluk-makhluk Nya.
Dari segi makna dapat dikemukakan bahwa kata Allah
mencakup segala sifat-sifatnya, bakhan Dia lah yang menyandang sifat-sifat
tersebut.
c. الرحمن
الرحيم ( Ar-Rahman Ar-Rahim )
Kata Ar-Rahman dan الرحيم (Ar-Rahim) berakar dari kata رحيم(Rahim) yang berarti rahmat. Ar-rahman digambarkan bahwa
Tuhan mencurahkan rahmatNya, sedang dengan ar-Rahim dinyatakan bahwa Dia
memiliki sifat rahmat yang melekat pada diriNya.
Ada juga Ulama yang mehami kata Ar-Rahman sebagai
sifat Allah SWT yang mencurahkan rahmat yang sementara di dunia, sedang Ar-Rahim
adalah rahmatNya yang bersifat kekal.
Sementara Ulama menjelaskan makna penggabungan kata
Allah, Ar-Rahman dan Ar-Rahim dalam Basmalah. Menurutnya, seseorang yang kalau
bermaksud memohon pertolongan kepada Dia yang berhak disembah serta Dia yang
mencurahkan aneka nikmat, kecil dan besar, maka yang bersangkutan menyebut nama
teragung dari Dzat yang wajib wujudnya itu sebagai pertanda kewajaranNya untuk
dimintai. Selanjutnya menyebut sifat rahmatNya (Rahman) untuk menunjukan bahwa
Dia wajar melimpahkan rahmat sekaligus wajar dimintai pertolongan dalam
amal-amal kebajikan karena yang demikian itu nikmat rahmat.
Ketika seseorang membaca Basmalah, seharusnya
menghayati kekuatan dan kekuasaan Allah, serta rahmat dan kasih sayang-Nya yang
tercurah bagi seluruh makhluk. Kalau demikian itu yang tertanam didalam jiwa,
maka pasti nilai-nilai luhur terjelma keluar dalam bentuk perbuatan, karena
perbuatan merupakan cerminan dari suasana kejiwaan.
2.4.2
. Tafsir الحمد لله(Alhamdulilllah)
الحمدلله
رب العالمين
Artinya:
segala puji (2) bagi Allah, Tuhan semesta alam (3).
(2) الحمدAlhamdu (segala puji). Memuji
orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan
sendiri. Maka memuji Allah berarti: menyanjungNya karena perbuatannya yang
baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti: Mengakui keutamaan seseorang
terhadap nikmat yang diberikannya. Kita menghadapkan segala puji bagi Allah
ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.
(3) رب Rabb (Tuhan)
berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki, mendidik dan Memelihara. Lafal رب (Rabb) tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali
kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (Tuan rumah).العالمين 'Alamiin (semesta alam): Semua yang diciptakan
Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: Alam manusia, alam
hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu.
Dalam bukunya Bey Arifin (1976: 57) tafsir الحمدلله رب العالمين
Alhamdulillahir Rabbil ‘Aalamiin (ayat ke 2 dalam surah Al Fatihah)
adalah sebagai berikut: Al’aalamiin (Alam Semesta), Rabbil’Aalamiin,
Alhamdulillah.
1. Al-’Aalamiin العالمين
(Alam Semesta)
Sehebat apapun
ilmu pengetahuan yang telah dicapai manusia saat ini, namun masih sedikit
sekali dibandingkan dengan besar dan luasnya alam semesta raya. Firman Allah : ”Dan tidaklah diberikan pengetahuan
kepada kamu kecuali sedikit.” (Al-Isra: 85). ”Katakanlah (hai Muhammad), bahwa
sesungguhnya pengetahuan (yang sempurna) hanya pada Allah, sedang aku ini hanya
pemberi peringatan yang nyata.”
(Al Mulk:26).
Begitu sedikit pengetahuan manusia tentang alam
semesta ini, lebih sedikit lagi pengetahuan manusia tentang akhira. Nabi
Muhammad SAW berkata kepada salah seorang sahabat: ”Bila engkau masukkan
sebelah tanganmu kedalam laut, lalu engkau angkatlah tangan itu kembali, maka
ari yang melekat pada tangan itulah pengetahuan dunia, dan air laut yang
tertinggal di samudera ialah pengetahuan tentang akhirat”.
Didalam buku Samudera Al-Fatihah banyak
diceritakan bagaimana indah dan luasnya alam semesta alam raya ini, terlebih
keindahan alam dimalam yang terang dan cerah. Dijelaskan dalam surat Al Quran
mengenai hal ini, seperti Al- Mulk:1-5, Al-Waqi’ah:75-76, Al-Mu’min:57 dan
masih banyak lagi. Kekaguman kita terhadap kehebatan dan kebesaran alam
semesta, dan kemudian akan lebih kagum lagi terhadap kehebatan dan kebesaran
Allah yang menciptakannya. Dalam surat Al-Kahfi: 109: ”Sekiranya laut dijadikan
tinta untuk menuliskan kalimah-kalimah Allah, sungguh akan keringlah lautan
sebelum habis kalimah-kalimah Allah, sekalipun ditambah sebanyak itu lagi.”
2. Rabbil’Aalamiin رب العالمين
Firman
Allah: ”Sesungguhnya di dalam pergiliran malam dan siang, dan kapal-kapal yang
berlayar di atas samudera membawa apa-apa yang berguna bagi manusia dan apa-apa
yang diturunkan Allah dari langit berupa air, sehingga dengan air itu menjadi
hiduplah bumi yang mulanya mati, lalu hidup berkeliaran di atasnya segala macam
binatang, berhembusnya angin dan awan antara langit dan bumi, semua itu adalah
menjadi ayat-ayat atau tanda-tanda bagi orang yang berakal (berfikir).” (Al-Baqarah:164).
Jadi seluruh
kejadian dibumi ini, disamping diambil manfaatnya untuk hidup, dapat pula
dijadikan bukti dan tanda tentang wujud kekuasaan dan kemurahan Allah, untuk
pendorong agar kita selamanya hidup di dalam mengingat Allah, mensyukuri nikmat
Allah dan mentaati segala perintah Allah.
3. Alhamdulillah الحمد لله
Ucapan atau kalimah yang menunjukkan rasa syukur
terima kasih, kasih sayang, cinta, hormat,
khidmat, lega dan bangga terhadap Allah. Dari segala macam bentuk susunan
kalimah yang berisi pujaan dan pujian yang dihadapkan manusia kepada Allah,
Allah memilih satu yang paling Allah senangi, yaitu Alhamdulillahi Rabbil ’aalamiin.
Sabda Rasulullah SAW: ” Zikir paling utama ialah kalimah laa Ilaaha Illallaah,
dan doa paling utama ialah kalimah Alhamdulillaahi”. Kalimah hamdalah berarti
berdoa. Syaratnya ialah agar hati setiap orang yang menyebutnya harus ingat dan
yakin bahwa Allah akan mengabulkan dan mendengarkannya.
Diriwayatkan oleh Imam Al-Qurthuby didalam
tafsiran dan didalam kitab Nawadirul Ushul, dari Anas r.a. bahwa Rasulullah SAW
pernah bersabda: ”Sekiranya dunia dan seluruh harta kekayaan yang berada di
atasnya diserahkan ketangan seorang dari umatku, lalu orang itu berkata:
”Alhamdulillah”, sungguh ucapan ”Alhamdulillah” itu lebih berharga dari seluruh
harta kekayaan itu.”
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan الحمدلله رب العالمين suatu ayat yang menjadi tanda rasa syukur seorang
hamba Allah atas segala apa yang telah diberikan kepadanya dan menyadari tiada
yang patut dipuji maupun dipuja selain Allah SWT didunia ini.
2.4.3
.
Tafsir Ar-Rahmanir Rahiim
الرحمن الرحيم
Artinya: Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang.
Yaitu, yang mempunyai rahmat,
rahmat ialah menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya. Pada ayat dua diatas Allah SWT. Menerangkan bahwa Dia adalah
Tuhan semesta alam. Maka untuk mengingatkan hamba kepada nikmat dan karunia
yang berganda-ganda, yang telah dilimpahkanNya, serta sifat dan cinta kasih
sayang yang abadi pada diriNya, diulangNya sekali lagi menyebut
"Ar-Rahmanir Rahim".
Yang demikian itu supaya lenyap dari pikiran mereka gambaran keganasan
dan kezaliman seperti raja-raja yang dipertuan, yang bersifat sewenang-wenang.
Allah mengingatkan dalam ayat ini bahwa sifat ketuhanan Allah
terhadap hambanya bukanlah sifat keganasan dan kedhaliman, tetapi berdasarkan
cinta dan kasih sayang.
Dengan demikian manusia akan mencintai Tuhannya, dan menyembah
Allah dengan hati yang aman dan tenteram bebas dari rasa takut dan gelisah.
Malah dia akan mengambil pelajaran dari sifat-sifat Tuhan. Dia akan mendasarkan
pergaulan dan tingkah lakunya terhadap manusia sesamanya, atau pun terhadap
orang yang di bawah pimpinannya, malah terhadap binatang yang tak pandai
berbicara sekalipun atas sifat cinta dan kasih sayang itu. Karena dengan jalan demikianlah manusia
akan mendapat rahmat dan karunia dari Tuhannya.
Rasulullah saw.
Bersabda:
الراحمون يرحمهم الرحمن تبارك و تعالي
ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء
Artinya: Orang-orang yang kasih sayang Tuhan yang Rahman Tabaraka wa Taala akan kasih sayang kepadanya. (Oleh karena itu) kasih sayanglah kamu semua kepada semua makhluk yang di bumi niscaya semua makhluk yang di langit akan kasih sayang kepada kamu semua.
Artinya: Orang-orang yang kasih sayang Tuhan yang Rahman Tabaraka wa Taala akan kasih sayang kepadanya. (Oleh karena itu) kasih sayanglah kamu semua kepada semua makhluk yang di bumi niscaya semua makhluk yang di langit akan kasih sayang kepada kamu semua.
(H.R Ahmad, Abu Daud At Tarmizi dan Al Hakim)
Dan sabda Rasulullah SAW: من رحم ولو ذبيحة عصفور رحمه الله يوم القيامة
Artinya: Barang siapa (orang) yang kasih sayang meskipun kepada seekor burung (pipit) yang disembelih, Allah kasih sayang kepadanya pada hari kiamat (HR. Bukhari)
Artinya: Barang siapa (orang) yang kasih sayang meskipun kepada seekor burung (pipit) yang disembelih, Allah kasih sayang kepadanya pada hari kiamat (HR. Bukhari)
Maksud hadist tersebut ialah pada
waktu menyembelih burung itu dengan sopan santun umpamanya dengan pisau yang
tajam. Dapat pula dipahami dari urutan kata "Ar-Rahman",
"Ar-Rahim" itu, bahwa penjagaan, pemeliharaan dan asuhan Tuhan
terhadap semesta alam, bukanlah lantaran mengharapkan sesuatu dari alam itu,
hanya semata-mata karena rahmat dan belas kasihan daripadaNya.
Boleh jadi ada yang terlintas
pada pikiran orang, mengapa Tuhan mengadakan peraturan-peraturan dan
hukum-hukum, dan menghukum orang-orang yang melanggar peraturan-peraturan itu?
Keragu-raguan ini akan hilang bila diketahui bahwa Allah SWT. Mengadakan peraturan-peraturan
dan hukum-hukum, begitu juga menyediakan azab diakhirat atau di dunia untuk
hambaNya yang melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum itu, bukanlah
berlawanan dengan sifat Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, karena
peraturan dan hukum itu rahmat dari Tuhan; begitu pula azab dari Allah terhadap
hambaNya yang melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum itu sesuai dengan
keadilan.
2.4.4
.
Tafsir Maaliki Yaumiddin
ملك يوم الدين
Artinya: Yang menguasai(4) di hari Pembalasan(5).
(4) ملك
Maalik (yang menguasai)
dengan memanjangkan mim, ia berarti: Pemilik. dapat pula dibaca dengan Malik
(dengan memendekkan mim), artinya: Raja.
(5) يوم الدين Yaumiddin (hari Pembalasan): Hari yang diwaktu itu
masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang
buruk. Yaumiddin disebut juga yaumul qiyaamah, yaumul hisaab, yaumul jazaa' dan
sebagainya.
Dalam buku Samudra Al Fatihah (Bey Arifin:
1974:167) Tafsir Maaliki Yawmiddin
(ayat ke 4 dalam surah Al-Fatihah) berarti yang memiliki “Hari Pembalasan”. Dalam
banyak ayat Al-Quran dan Hadist, Allah dan RasulNya menegaskan bahwa kehidupan
di dunia ini adalah kehidupan yang amat kecil artinya, amat terbatas waktunya.
Penghidupan di dunia ini adalah ibarat setetes air, sedang penghidupan Akhirat
adalah ibarat samudra luas. Hal tersebut menjelaskan bahwa hal yang paling
menakjubkan pada manusia, bukanlah jasmani atau tubuhnya tetapi rohaninya. Namun
segala sesuatu yang gaib yang diciptakan oleh Allah hanya Allah sajalah yang
mengetahuinya.”Mereka bertanya kepada engkau tentang Roh. Katakanlah: Roh itu
adalah rahasia Tuhanku. Dan tidaklah diberikan ilmu pengetahuan kepadamu
kecuali sedikit saja.” (Al-Isra:85). Tetapi kita sebagai orang yang ber Iman,
harus percaya bahwa ada kehidupan sesudah mati, kehidupan kekal dan abadi roh
manusia di alam barzah dan alam akhirat.
Pesan yang disampaikan adalah: Hindarkan
dirimu dari sesal kemudian yang tak berguna. Dijelaskan dalam Kitab suci Al-Quran
dan hadist Nabi Muhammad SAW Diantaranya: Surah As-Sajdah 11-12 dan Surah Az-Zumar
58-59. Untuk menghindarkan diri dari sesalan yang berkepanjangan, dalam surah Az-Zumar
54-55 dijelaskan: Dan kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepadaNya
sebelum datang kepadamu azab itu, kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi (54).
Turutlah sebaik-baiknya (agama) yang diturunkan kepadamu dari Tuhan kamu,
sebelum datang kepadamu azab dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak sadar (55).
Bey Arifin juga menjelaskan secara detail,
tentang tahapan-tahapan kehidupan setelah mati disertai kajian yang tertuang
dalam Al-Quran dan Hadist. Dan dalam singkat kata, diuraikan tentang surah Al-Waqi’ah
tentang kejadian besar yaitu Kejadian Kiamat. Diterangkan pula dalam hadist,
bahwa bagi siapa yang sering membaca surah ini akan mengakibatkan ketenangan
hati dan jiwa menghadapi segala kemungkinan dalam hidup dan mati (Bey Arifin:
1974:211).
Berarti lafadz (ملك يوم الدين) memberikan pengertian
bahwa, yang menguasai hari pembalasan adalah Allah SWT, yang memiliki dari
segala hal baik dibumi maupun dilangit yakni raja dari seluruh raja penguasa seluruh alam.
2.4.5 . Tafsir Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’iin
اياك نعبدواياك نستعين
Artinya: Hanya Engkaulah yang Kami sembah
(6), dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan (7).
(6) Na'budu diambil dari kata 'ibaadat:
kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran
Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai
kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
(7) Nasta'iin (minta pertolongan),
terambil dari kata isti'aanah: Mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan
suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. Tafsir اياك نعبدواياك نستعين (ayat ke 4 dalam surah Al Fatihah): Engkaulah
yang kami sembah dan Engkaulah yang kami minta pertolongan, diterangkan dalam bukunya bahwa Al
Fatihah terdiri dari 7 ayat. Ayat ini terletak persis ditengah. Tiga ayat
sebelumnya untuk Allah, sedangkan tiga ayat sesudahnya untuk manusia (Hamba
Allah). اياك نعبد artinya: Engkaulah
yang kami sembah. Hanya untuk engkau sajalah kami beribadah. Tidak ada selain
Engkau yang kami sembah, yang kami puja. اياك
نستعين artinya: Engkaulah yang kami mintai pertolongan. Hanya kepada
Engkau sajalah kami minta bantuan, perlindungan, mohon rejeki, mohon
keselamatan dan lain sebagainya. Ayat ini mengandung dua persoalan pokok yaitu
Ibadah dan Do’a.
Ibadah terhimpun dalam dua hal yaitu Cinta (hubb) dan Tunduk (Khudhu). Dan cinta serta tunduk ditujukan hanya kepada satu dzat yaitu Allah semata. Ini yang dinamakan Tauhid. ” Bila kamu tanyakan kepada mereka: Siapakah yang menciptakan mereka? Mereka akan menjawab: Allah” (Ad-Dukhan: 87). Berdoa (Isti’anah) terhimpun dalam dua hal yaitu: berserah diri (tsiqah) dan menggantungkan harapan (i’timad). Dua hal ini tercakup dalam satu kata yaitu Tawakal. Tawakal inilah yang menjadi pengertian yang sedalam-dalamnya dari ayat ”iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin”. Dijelaskan tentang hal ini dalam Al-Quran surah: Hud:88, 123 dan Al-Mumtahanah:4 dan 8-9 Syarat-syarat beribadah dan berdoa kepada Allah SWT juga dijelaskan dalam buku ini, akan dikutip pada bagian lain (Bey Arifin: 1974:217).
Ibadah terhimpun dalam dua hal yaitu Cinta (hubb) dan Tunduk (Khudhu). Dan cinta serta tunduk ditujukan hanya kepada satu dzat yaitu Allah semata. Ini yang dinamakan Tauhid. ” Bila kamu tanyakan kepada mereka: Siapakah yang menciptakan mereka? Mereka akan menjawab: Allah” (Ad-Dukhan: 87). Berdoa (Isti’anah) terhimpun dalam dua hal yaitu: berserah diri (tsiqah) dan menggantungkan harapan (i’timad). Dua hal ini tercakup dalam satu kata yaitu Tawakal. Tawakal inilah yang menjadi pengertian yang sedalam-dalamnya dari ayat ”iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin”. Dijelaskan tentang hal ini dalam Al-Quran surah: Hud:88, 123 dan Al-Mumtahanah:4 dan 8-9 Syarat-syarat beribadah dan berdoa kepada Allah SWT juga dijelaskan dalam buku ini, akan dikutip pada bagian lain (Bey Arifin: 1974:217).
Dari tafsiran di atas dapat diambil pelajaran inti
sarinya yakni bertawakal kepada Allah dalam berbagai urusan baik urusan dunia
maupun akhirat.
2.4.6 .Tafsir
Ihdinas-Shiraathal-Mustaqiim
اهد ناالصراط
المستقيم
Artinya: Tunjukilah (8) Kami jalan yang lurus,
(8) Ihdina (tunjukilah kami), dari kata
hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat
ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.
Tafsir اهد ناالصراط المستقيم (ayat ke 6 dalam surat Al Fatihah)
Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus. صراط المستقيم artinya jalan yang lurus, jalan yang benar, jalan yang membawa kepada kebahagiaan dan keberuntungan, didalam hidup di dunia dan lebih-lebih didalam hidup di akhirat nanti Rasulullah SAW menasehatkan kepada ummat beliau, agar sebanyak-banyaknya minta pertolongan atau berdoa kepada Allah. Mintalah kepada Allah segala perkara dari yang besar hingga yang sekecil-kecilnya. Diantara berjuta-juta perkara besar dan kecil yang kita butuhkan maka Shiraathal mustaqiim adalah yang paling penting, paling besar dan paling mahal harganya dalam hidup manusia di dunia ini. Allah berfirman dalam surat terakhir an Naba: ”Kami memperingatkan kamu akan kesengsaraan yang sudah dekat waktunya, di hari manusia akan melihat segala kesalahan yang pernah dilakukan dan orang kafir akan mengeluh: Alangkah baiknya kalau aku dahulunya menjadi tanah saja.” Sebab itu hal yang pertama kita mohon dan minta kepada Allah adalah agar kita ditunjuki jalan yang lurus, benar, kepercayaan dan agama yang benar (Bey Arifin: 1974:247).
Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus. صراط المستقيم artinya jalan yang lurus, jalan yang benar, jalan yang membawa kepada kebahagiaan dan keberuntungan, didalam hidup di dunia dan lebih-lebih didalam hidup di akhirat nanti Rasulullah SAW menasehatkan kepada ummat beliau, agar sebanyak-banyaknya minta pertolongan atau berdoa kepada Allah. Mintalah kepada Allah segala perkara dari yang besar hingga yang sekecil-kecilnya. Diantara berjuta-juta perkara besar dan kecil yang kita butuhkan maka Shiraathal mustaqiim adalah yang paling penting, paling besar dan paling mahal harganya dalam hidup manusia di dunia ini. Allah berfirman dalam surat terakhir an Naba: ”Kami memperingatkan kamu akan kesengsaraan yang sudah dekat waktunya, di hari manusia akan melihat segala kesalahan yang pernah dilakukan dan orang kafir akan mengeluh: Alangkah baiknya kalau aku dahulunya menjadi tanah saja.” Sebab itu hal yang pertama kita mohon dan minta kepada Allah adalah agar kita ditunjuki jalan yang lurus, benar, kepercayaan dan agama yang benar (Bey Arifin: 1974:247).
Dari iuraian di atas bahwa اهد ناالصراط المستقيم mempunya makna petunjuk kejalan yang lurus dan
benar serta bisa menjadi suatu taufiq atau pertolongan dari Allah SWT.
2.4.7. Tafsir Shiraatal Ladhiina An’amta ‘Alaihim Ghairil
Maghdhuubi-‘Alaihim Walad dlaaliin
الصراط الذين انعمت عليهم غيرالمغذوب
عليهم ولاالضالين
Artinya:
(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan(pula jalan) mereka yang sesat.(9)
(9) Yang
dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan
yang menyimpang dari ajaran Islam.
Tafsir صراط الذين انعمت
عليهم (ayat ke 7 dalam surat
Al Fatihah) Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat
atas mereka. Ditegaskan
dalam ayat ini, yang dimaksud Allah jalan yang lurus adalah jalan yang
ditempuh, dijalani atau digariskan oleh orang-orang yang telah mendapat nikmat
dari Allah. Orang-orang yang mendapat nikmat yang dimaksud adalah Nabi-Nabi dan
Rasul-Rasul, atau orang yang bukan Nabi dan Rasul, tetapi mempunyai kepercayaan
yang sama dengan pendapat atau kepercayaan Nabi dan Rasul.
Manusia yang
menerima dan beriman dengan risalah yang dibawa Nabi-Nabi dan Rasul adalah
manusia yang paling beruntung dan paling baik.Sedangkan mereka yang tidak
percaya adalah manusia yang paling celaka.
Dan pada
akhir uraian diulas kembali, sabda Rasulullah SAW: ”Beruntung orang yang telah
melihat akan Aku dan beriman dengan Aku, dan beruntung, beruntung, beruntung
orang yang tidak melihat akan Aku tetapi beriman kepada Aku.” (Bey Arifin:
1974:259).
Tafsir غيرالمغضوب
عليهم ولاالضالين(ayat
ke 7 dalam surat Al Fatihah). Bukan mereka yang dimurkai
atas mereka dan bukan pula mereka yang sesat. Dalam bagian
ini banyak sekali mengulas ayat-ayat Al Quran tentang golongan orang-orang yang
dimurkai Allah dan golongan orang-orang yang sesat.
Dalam bukunya
dikatakan, yang dimaksud golongan yang dimurkai oleh Allah (mahdhuubi
’Aalaihim) menurut adalah siapa saja yang berbuat keliru, salah dan dusta
terhadap Allah dan Kitab-kitab Suci Nya. Golongan sesat (Dhaalliin) adalah
siapa saja yang berbuat salah dan keliru dengan tak sadar (Bey Arifin:
1974:267).
Dapat
diuraikan mengenai hal di atas, bahwa kemurkaan Allah SWT kepada orang yang
mengingkari atas segala nikmat yang telah diberikan Nya dan yang sesat tidak
menjalankan peraturan atau hukum dari Allah SWT.
2.5 . Metode Pendidikan dalam Surat Al-Fatihah
Sebelum membahas masalah metode pendidikan yang terkandung dalam surat Al-fatihah terlebih dulu
membahas pendidikannya diantaranya adalah:
Ia termasuk rukun shalat. Shalat tidak sah kecuali dengannya. Diriwayatkan
oleh Bukhari, 756 dan Muslim, 394 dari Ubadah bin Somit radhiallahu anhu
sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
(لَا صَلَاةَ
لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ)
Artinya: “Tidak (sah) shalat bagi orang yang tidak
membaca Fatihatul Kitab (Al-Fatihah).”
An-Nawawi
rahimahullah mengatakan, “Hadits ini (menunjukkan) kewajiban membaca Al-Fatihah
dan itu merupakan keharusan. Shalat tidak sah kecuali dengan membacanya. Lain
halnya, jika orang tersebut tidak mampu. Ini adalah mazhab
Malik, Syafii dan mayoritas para ulama dari kalangan para shahabat, tabiin dan
(generasi) setelahnya." Dia merupakan surat paling mulia dalam Al-Qur’an.
Diriwayatkan oleh Tirmizi, no. 2875 dan dishahihkannya. Dari Abu Hurairah
radhiallahu anhu sesungguhnya Rasulullah SAW berkata kepada Ubay bin Ka’b:
أَتُحِبُّ أَنْ أُعَلِّمَكَ سُورَةً لَمْ
يَنْزِلْ فِي التَّوْرَاةِ وَلَا فِي الْإِنْجِيلِ وَلَا فِي الزَّبُورِ وَلَا فِي
الْفُرْقَانِ مِثْلُهَا ؟ قَالَ : نَعَمْ ، يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَيْفَ تَقْرَأُ فِي الصَّلَاةِ ؟
قَالَ : فَقَرَأَ أُمَّ الْقُرْآنِ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا أُنْزِلَتْ فِي
التَّوْرَاةِ وَلَا فِي الْإِنْجِيلِ وَلَا فِي الزَّبُورِ وَلَا فِي الْفُرْقَانِ
مِثْلُهَا) صححه الألباني في صحيح الترمذي
Artinya
:“Apakah engkau suka aku ajarkan kepadamu surat yang belum diturunkan di
Taurat, Injil, Zabur tidak juga dalam Al-Furqan sepertinya?" Dia menjawab,
“Ya. Wahai Rasulullah." Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Bagaimana anda membaca dalam shalat?" Beliau menjawab, “Membaca Ummul
Qur’an (Al-Fatihah).” Maka Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Demi jiwaku yang ada ditangan-Nya. Tidak diturunkan dalam
Taurat, Injil, Zabur tidak juga dalam Al-Furqan (surat) semisalnya.” (Dishahihkan Al-Albany dalam Shahih Tirmizi).
- Dia adalah Assab’ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang). Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung.”
(QS.
Al-Hijr: 87).
Diriwayatkan oleh Bukhari, no. 4474 dari Abu Said bin Al-Mualla,
"Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda kepadanya:
لَأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِيَ أَعْظَمُ السُّوَرِ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ
تَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ) ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ
قُلْتُ لَهُ : أَلَمْ تَقُلْ لَأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِيَ أَعْظَمُ سُورَةٍ فِي
الْقُرْآنِ ؟ قَالَ : (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، هِيَ السَّبْعُ
الْمَثَانِي ، وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ) .
Artinya
:“Aku akan ajarkan kepadamu suatu surat yang paling utama dalam Al-Qur’an
sebelum engkau keluar dari masjid."Kemudian beliau memegang
tanganku.Ketika ingin keluar (masjid) saya katakan kepada beliau, “Tidakkah
engkau mengatakan kepada saya akan mengajarkan kepadaku surat yang paling agung
dalam Al-Qur’an?"Beliau menjawab, “Al-Hamdulillahi rabbil’alamin
(Al-Fatihah), dia adalah As-Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan
Al-Qur’anul Azim yang diberikannya.”
Al-Hafidz berkata, “Ada perbedaan dalam maknanya,
dikatakan ‘Al-Matsani’ karena diulang pada setiap rakaat. Ada yang
mengatakan karena memuji kepada Allah Ta’ala, atau, karena dikhususkan
untuk umat ini, dimana (tidak diturunkan) pada umat sebelumnya.’
- Di dalamnya menggabungkan antara tawasul kepada Allah Ta’ala dengan pujian dan sanjungan kepadaNya serta memuliakanNya. Bertawasul kepadaNya dengan ubudiyah dan mentauhidkan kepadaNya. Kemudian setelah itu meminta keperluan yang paling penting dan keinginan yang paling bermanfaat yaitu petunjuk setelah dua wasilah tersebut. Maka orang yang meminta seperti lebih layak untuk dikabulkan. (‘Madarijus salikin, 1/24)
- Meskipun pendek, surat ini memuat tiga macam tauhid, tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah dan tauhid Asma’ was sifat. (‘Madirijus salikin, 1/24-27)
- Surat ini mengandung obat hati dan obat badan.
Ibnu Qoyyim rahimahulah berkata, “Adapun terkait obat bagi hati, maka
sungguh surat ini memiliki kandungan tersebut. Karena penyakit hati berkisar
pada dua sumber. Rusaknya ilmu dan rusaknya niat yang berdampak pada dua
penyakit mematikan yaitu kesesatan dan kemarahan. Kesesatan adalah dampak dari
rusaknya ilmu. Sementara kemarahan adalah dampak dari rusaknya niat. Keduanya
termasuk unsur pokok semua penyakit hati. Petunjuk kejalan yang lurus
mengandung obat dari penyakit kesesatan. Oleh karena itu, permohonan petunjuk
termasuk doa wajib bagi setiap hamba dan harus dilakukan setiap hari pada
setiap shalat. Karena kebutuhan terhadap hidayah yang diinginkan sangat urgen
sekali dan tidak dapat digantikan posisinya oleh permintaan yang lain. Sehingga
realisasi dari ‘Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon
pertolongan’ termasuk ilmu, pengetahuan, amal dan berbagai keadaan yang
mengandung obat dari penyakit kerusakan hati dan niat.
Adapun bahwa surat ini mengandung obat bagi fisik,
kami sebutkan apa yang ada dalam sunnah. Dan sesuai dengan kaidah kedokteran
dan yang telah dibuktikan.
Dalam sunah, terdapat dalam hadits shahih dari Abu
Mutawakil An-Naji dari Abu Said Al-Khuri bahwa sekelompok shahabat Nabi
sallallahu alaihi wa sallam melewati sebuah perkampungan arab…. Hingga akhirnya
disebutkan tentang ruqyah dengan Al-Fatihah. Kemudian beliau mengatakan,
“Hadits ini menunjukkan bahwa bacaan surat Al-Fatihah mengandung kesembuhan
dari sengatan binatang, maka cukup dengannya sebagai obat, bahkan bisa jadi
kesembuhannya melebihi obat-obatan lainnya. Padahal penduduk di tempat (yang
dibacakannya Al-Fatihah) bukan orang-orang yang dapat menerima, mungkin karena
penduduk setempat non muslim atau penduduknya kikir dan sering mencela.
Bagaimana halnya jika di daerah yang penduduknya dapat menerima?"
(Madarijus salikin, 1/52-55).
Kemudian beliau menambahkan, “Pernah terjadi pada
diriku sakit yang mengganggu, hampir saja aku tidak dapat bergerak. Hal itu
terjadi saat thawaf dan di tempat lain. Lalu aku segera bacakan Al-Fatihah dan
aku usap di tempat yang sakit, maka bagaikan (ada) batu yang jatuh (sembuh). Hal
itu telah aku praktekkan berulang-ulang. Aku juga mengambil segelas air zam
zam, lalu aku bacakan Al-Fatihah berkali-kali kemudian aku minum. Aku merasakan
manfaat dan kekuatan yang tidak aku dapatkan seperti itu pada obat
lainnya." (Madarijus Salikin, 1/58)
5.
Surat Al-Fatihah mengandung bantahan untuk orang sesat
dan kelompok sesat. Juga bantahan terhadap ahli bid’ah dan kesesatan umat ini.
Hal ini dapat diketahui dari dua sisi, secara global dan terperinci.
Penjelasannya adalah bahwa jalan yang lurus (الصراط المستقيم) mengandung kebenaran dan mendahulukan (kebenaran) dibandingkan
yang lainnya. Serta mencintai, merealisasikan, mendakwakan kepadanya dan melawan musuh
semampu mungkin. Kebenaran adalah apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan
para shahabatnya, serta apa yang beliau ajarkan, baik secara teori maupun
praktek dalam masalah nama dan sifat Allah. Juga dalam masalah tauhid,
perintah, larangan, janji dan ancaman-Nya. Juga dalam hakikat keimanan yang
termasuk tempat bagi orang yang menuju kepada Allah Ta’ala. Kesemuanya itu
diserahkan sepenuhnya bersumber dari ajaran Rasululah sallallahu alaihi wa
sallam, bukan pada pendapat orang lain, atau kondisi tertentu maupun
pemikiran serta istilah dari orang lain.”
(Madarijus salikin, 1/58)
- Surat Al-Fatihah mengandung semua makna Kitab-kitab yang diturunkan. (Madarijus salikin, 1/74)
- Dalam surat Al-Fatihah terkandung doa yang paling bermanfaat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Saya renungkan doa yang paling bermanfaat adalah permintaan bantuan untuk menggapai keridhaanNya. Kemudian saya lihat ada pada surat Al-Fatihah pada ayat "Iyyakana’budu wa iyyaka nasta’in (Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)" (Madarijus Salikin, 1/78).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan kandungan metode
pendidikan yang ada bahwa surat Al-fatihah merupakan kunci semua kebaikan dan
kebahagian di dunia dan akhirat. Seseorang yang mendapatkan taufiq dengan
cahaya pengetahuan, hingga mendapatkan rahasia surat ini dan kandungan di
dalamnya berupa tauhid, mengenal Dzat, nama, sifat dan perbuatan Allah, lalu
meyakini syariat agama, takdir dan kebangkitan. Juga mengkhususkan tauhid
Rububiyah dan Uluhiyyah, bertawakkal secara sempurna dan berserah diri secara
penuh kepada Yang mempunyai semua urusan dan mempunyai semua pujian. Meyakini
bahwa di tanganNya semua kebaikan, dan semua urusan dikembalian kepadaNya. Dirinya
merasa kekurangan kepadaNya untuk meminta hidayah yang menjadi pokok
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan mengetahui keterkaitan maknanya dalam
mendapatkan kebaikan dan menolak keburukan dan bahwa kesudahan secara mutlak
dan kenikmatan secara sempurna terkait dengan merealisasikannya, maka dengannya
sudah cukup obat dan ruqyah serta tidak membutuhkan lainnya. Padanya
terbuka pintu kebaikan, dan tertolak sebab-sebab keburukan." (Zadul Ma’ad,
4/318).
2.6. Beberapa Metode Pendidikan Yang
Terdapat Dalam Surat Al-Fatihah
Khusus
masalah metode dalam dunia pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada
anak didik. Akhirnya model penyampaian firman Allah yang evolutif dan demikian
pula risalah kenabian mengajarkan kepada kita uswah bahwa sosialisasi Islam
yang dikenal dengan pendidikan dan dakwah adalah sebuah proses.
Sebenarnya metode yang terkandung
dalam surat Al-Fatihah banyak, namun dapat disimpulkan menjadi enam metode
pendidikan antara lain : Metode pendidikan berbasis pembiasaan, metode
pendidikan berbasis kasih sayang, metode pendidikan berbasis ibadah, metode
pendidikan berbasis aqidah tauhid (iman), metode pendidikan berbasis
kebersamaan, dan metode pendidikan berbasis akhlaq.
2.6.1.
Metode
Pendidikan Berbasis Pembiasaan
Disini terdapat pada lafadz (بسم الله ) yang memberikan pendidikan pembiasaan menyebut nama
Allah setiap ingin melakukan kegiatan urusan duniawi maupun ukhrawi. Perintah untuk memulai segala aktifvitas
dengan membaca basmalah ditinjau dari dari perspektif pendidikan mengandung
ajaran agar manusia membiasakan membaca basmalah. Dia juga akan merasa bahwa
dia dapat melakukan sesuatu pekerjaan lantaran diberi kekuatan lahir dan bathin
oleh Allah SWT لاحولاولاقوة الابالله ( tidak ada
kekuatan kecuali dari Allah SWT ).
Maksudnya pembiasaan adalah sering atau berulang-ulang dilakukan setiap
hari dalam melakukan apa yang telah
didapat oleh siswa dari guru. Dengan kata lain menggunakan ilmunya.
Tuntunan “ memulai pekerjaan dengan menyebut nama
Allah “ bertujuan untuk menumbuhkan religiolitas manusia, sehingga dia
melakukan pekerjaan apapun didasari niat ibadah kepada Allah SWT.Selain
menumbuhkan rasa religolitas, kebiasaan memulai pekerjaan dengan menyebut nama
allah akan menumbuhkan kesadaran bahwa dia adalah ciptaan Allah SWT. (Anis,2010:47)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan Metode pembiasaan ini perlu
diterapkan dalam dunia pendidikan, terutama dalam membentuk prilaku seperti
disiplin dan istiqomah, karena disiplin dan istiqomahtidak hanya diajarkan
pengertian dan manfaatnya tetapi harus disertai dengan pembiasaan.
2.6.2.
Metode
Pendidikan Berbasis Kasih Sayang
Hal esensial
yang dapat ditangkap dari kasih sayang adalah Allah mengajar manusia bahwa
pendidikan harus selalu didasari kasih sayang, sebab Allah sebagai yang maha
pendidik selalu mencurahkan rahmah (kasih sayang)Nya.
Metode ini harus
dikembangkan didalam proses pendidikan, baik didalam keluarga, sekolah, maupun
masyarakat. Karena Pendidikan yang berbasis kasih sayang bermakna sebagai pendidikan
yang membebaskan dan mencerdaskan, dan
harus menjadi pegangan bagi seorang pendidik.
Kasih sayang adalah kebutuhan dasar manusia, orang yang terpenuhi kebutuhan
kasih sayang, hidupnya akan terasa nyaman. Pendidikan berbasis kasih sayang
akan menciptakan hubungan pendidik dan peserta didik menjadi nyaman dan
harmonis, sehingga proses pembelajaran akan berjalan lancar dan menciptakan suasan belajar menjadi
menyenangkan pikiran peserta didik lebih jernih, perasaan lebih pekak, dan
saraf-saraf lebih refleks mudah menyerap pelajaran yang disampaikan. (Anis,2010:192)
Uraian mengenai hal di atas bahwa, Pendidikan
kasih sayang yang ditawarkan surah fatihah adalah pendidikan yang membebaskan
manusia dari negative thinking terhadap orang lain, dari kebencian, dari
perseruan, dan kebodohan emosional.
2.6.3.
Metode
Pendidikan Berbasis Ibadah
Pendidikan berbasis ibadah adalah pendidikan yang membebaskan manusia dari
kesombongan, ketidakdisiplinan, ketidakpedulian kepada orang lain, kebohongan
dan ketidakadilan. ( Anis,2010:12)
Dari penjelasan diatas pendidikan berbasis ibadah menumbuhkan berbagai
sifat positif, baik bagi pendidik maupun peserta didik. Karena Orientasi semua
kegiatan pendidikan hanya ditunjukan kepada Allah, sehingga menumbuhkan
motivasi dalam melakukan tugas dengan sebaik-baiknya dan harus diajarkan kepada
peserta didik. Sebab, ibadah adalah kebutuhan dasar peserta didik dalam rangka
mengembangkan fithrah ber-Tuhan mereka.
Dengan ibadah manusia akan merasa dekat dengan Allah dan merasa segala
perbuatanya diketahui olehNya. Oleh sebab itu, mereka mereka akan berusaha
melakukan amal perbuatan dengan sebaik-baiknya. Ibadah dilakukan untuk
memelihara aqidah taukhid dan akhlaq al karimah. Ahlak dan Beribadah harus dididik
sedikin mungkin sejak dalam keluarga. Rasululloh SAW bersabda ;
اكرموا
اولد كم واحسن اد بكم
Artinya
; Hormatilah anak-anakmu dan baguskanlah ahlaq mereka.
(Ibnu
Majah, tt: 1211).
Mengenai uraian di atas bahwa metode ibadah memberikan rasa kebebasan dari rasa
kesombongan, ketidakdisiplinan, ketidakpedulian kepada orang lain, kebohongan
dan ketidakadilan serta menumbuhkan berbagai sifat positif, baik bagi pendidik
maupun peserta didik. Karena Orientasi semua kegiatan pendidikan hanya
ditunjukan kepada Allah,
2.6.4. Metode Pendidikan
Berbasis Aqidah Tauhid ( Iman )
Surat fatihah mengandung pendidikan berbasis aqidah tauhid ( iman ), Allah mengajarkan kepada manusia agar
setiap aktifitas dimulai dengan menyebut nama Allah yang haq ( ayat 1 ) dan
memuji hanya kepada Allah semata ( ayat 2 ). Kedua ayat tersebut ( basmalah dan
hamdalah ) memberi sinyal tajam tentang pendidikan aqidah tauhid ( iman ), karena hal tersebut menjadi sentral
ajaran islam yang bersifat teosentris teraktualisasikan dalam bentuk amal
sholeh yang bersifat humanis.
Pendidikan berbasis aqidah tauhid adalah pendidikan yang membebaskan
manusia dari syirik, pengabdian kepada Allah, seperti pengabdian kepada materi
dan hawa nafsu. ( Anis,2010:8)
Dengan demikian, iman harus diposisikan sebagai titik tolak dalam mendesain
pendidikan. Aqidah tauhid harus mendapat skala prioritas untuk diajarkan kepada
peserta didik sedini mungkin sejak kanak-kanak. Luqman Al-Hakim ketika memberi
pendidikan kepada anak-anaknya, yang pertama kali dididikan adalah tauhid,
kemudian ahlak, lalu ibadah.
(
Q.S.luqman[31]:13,14,15,16 ).
Dapat disimpulkan bahwa, Aqidah taukhid (iman) adalah dasar tertinggi dari
akhlaq, karena keyakinan akan adanya Tuhan dan hari akhir merupakan dasar
tertinggi dari akhlak.
2.6.5. Metode Pendidikan
Berbasis Kebersamaan
Surah Al-Fatihah memberikan tuntunan agar umat islam melakukan ibadah
bersama-sama yang terkandunga dalam ayat ( ايانعبدواياك نستعين ) sinyal yang dapat ditangkap dari ayat tersebut
adalah Pendidikan berbasis kebersamaan.
Kesimpulanya bahwa, Pendidikan
berbasis kebersamaan adalah pendidikan yang mengembangkan kerja sama antara pendidik
dan peserta didik serta berbagai unsur yang terlibat dalam proses pendidikan,
agar terjadi pembelajaran yang kooperatif dan akan menumbuhkan rasa sosial.
Kemudian mereka dapat hidup bekerja sama dengan orang lain.
2.6.6. Metode Pendidikan
Berbasis Akhlak
Jika surat Al-Fatihah adalah pembuka
yang sangat agung bagi segala macam kebajikan, maka bila ditelaah isi surat Al-Fatihah
dari dimensi pendidikan sangat relevan. Kebajikan adalah esensi dari akhlak
yang mulia (akhlakul karimah). Salah satu pendidikan islam adalah
membentuk akhlak yang mulia. Tema sentral diutusnya Rasulullah SAW sebagai rasul sekaligus pendidik umat untuk
menyempurnakan akhlak. Sesuai dengan
hadist Rasululloh SAW:
انما بعثت لأتم صلح الاخلق
Artinya :
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan ahlaq yang sholeh.
(
HR.Bukhori dalam shaseh Bukhori kitab adab, Baihaqi, dalam kitab Syu’bil Iman
dan Hakim).
Hadist lain memperkuat tentang pendidikan akhlak yang berkaitan dengan iman yaitu :
أكمل المؤمنين ايمانااحسنهم خلقا
Artinya : Orang mukmin yang sempurna imanya adalah yang baik ahlaknya. (
HR.Tirmidzi,no.1162,Abu Daud,no.4682,dan Ad darimi,no.2792, hasan shahih )
Dapat disimpulkan dari uraian di atas bahwa, Metode pendidikan yang
berdasarkan pada nilai konstan yang dituntunkan wahyu surat Al-Fathihah dan
sangat relevan untuk pendidikan. Peserta didik perlu diajarkan tentang nilai baik
dan buruk, benar dan salah yang diturunkan agama, sehingga mereka dalam
menjalankan segala aktifitas tidak terlepas dari nilai akhlak.
BAB III
KONSEP PENDIDIKAN DALAM SURAT AL-FATIHAH
3.1. Konsep Pendidikan Dalam Surat Al-Fatihah
Disini
setelah menyimak dari penafsiran lafadz yang tedapat dalam surat fatihah pada bab 2 ada beberapa konsep pendidikan yang dapat diambil, namun sebelum
membahas tentang hal tersebut terlebih dahulu membahas tentang konsep dasar
pendidikan dan konsep pendidikan yang sudah ada di Indonesia.
3.1.1. Konsep Dasar
Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting,
strategis dan determinatif bagi masyarakat. Maju-mundurnya kualitas peradaban
suatu masyarakat atau bangsa sangat bergantung pada bagaimana kualitas pendidikan diselenggarakan oleh masyarakat. Mengingat
begitu pentingnya
pendidikan bagi kehidupan
kita.
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam
pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah
kedewasaan (Ngalim Purwanto, 2002:11). Rumusan tentang pendidikan, lebih jauh
termuat dalam UU. No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan Indonesia bertujuan agar
masyarakat Indonesia mempunyai pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Artinya, arah dari proses pendidikan nasional
mencakup berbagai aspek kehidupan diri manusia dan masyarakat untuk survive
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berbicara
masalah pendidikan meliputi cakupan yang cukup luas, bahkan dalam
mendefinisikan pengertian pendidikan juga
bervariasi. Ada yang mengartikan
pendidikan sebagai berikut:
Pendidikan
sebagai proses yang didalamnya seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan
bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dilingkungan masyarakat dimana ia berada.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses sosial, di mana seseorang
dihadapkan pada kondisi dan pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(contoh paling nyata sekolah) sehingga yang bersangkutan mengalami perkembangan
secara optimal (Dictionary of Education dalam T. Sulistyono, 2003).
Dari
beberapa definisi tersebut menunjukkan melihat pendidikan dari sudut pandang
yang berbeda.Yang pertama, melihat dari sudut pandang psikologis, dan yang
kedua dari sudut pandang sosiologis.
Banyak sudut pandang untuk dapat
merumuskan pengertian pendidikan sehingga banyak juga definisi tentang
pendidikan. Namun demikian, yang jelas bahwa pendidikan adalah proses untuk membina diri seseorang dan
masyarakat agar dapat survive dalam menjalani hidupnya.
Diindonesia Ada tiga konsep pendidikan ideal yang dapat diterapkan. Pertama,
tilawah (membaca), kemudian tazkiyah (membersihkan), dan Mempelajari.
Jika ingin menjadi orang yang baik sesuai dengan surah Al-Fatihah, ibarat
rumah, halaman rumahnya ditanami beberapa pohon, yakni pohon kejujuran,
kebersihan, kedisiplinan, ilmu, kasih sayang, keyakinan, sabar dan syukur. "Jika itu diterapkan, maka setiap orang
akan mencintai Anda," ungkap mantan Menteri Komunikasi dan Informatika
(Menkominfo) itu. Beberapa karakter tersebut merupakan karakter dasar menuju
sebuah kehidupan yang lebih baik. Maka, lanjutnya, sudah semestinya dapat
diterapkan dalam konsep pendidikan di negeri ini. "Sebab, Jika
diaplikasikan dengan benar, maka pendidikan di Indonesia akan jauh lebih baik
dari saat ini. Karena karakter-karakter tersebut langsung berasal dari hukum
Allah. Pendidikan merupakan sebuah cara
dari seseorang untuk menuntut ilmu. "Menuntut ilmu itu wajib, karena Allah
akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu,".
3.1.2. Konsep Pendidikan
Istilah konsep
berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles
dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep
merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat
pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental,
yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai
bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam karakteristik.
Suatu konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep
adalah abstrak dimana mereka menghilangkan
perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan
seolah-olah mereka identik. Konsep
adalah universal dimana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap
extensinya.
Konsep adalah pembawa arti.Suatu konsep
tunggal bisa dinyatakan dengan bahasa apapun. Konsep bisa dinyatakan dengan 'Hund' dalam bahasa Jerman, 'chien'
dalam bahasa Prancis, 'perro' dalam bahasa Spanyol.
Menurut Soedjadi
(2000:14). Pengertian konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan
suatu istilah atau rangkaian kata.
Menurut Bahri (2008:30) pengertian konsep
adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama.
Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang
dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek
dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tidak
berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata
(lambang bahasa).
Menurut Singarimbun dan Effendi (2009) pengertian konsep adalah
generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk
menggambarkan barbagai fenomena yang sama.” Konsep merupakan suatu kesatuan
pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam merumuskan
kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya.
Berbagai pengertian konsep dikemukan oleh beberapa pakar. Konsep
didefinisikan sebagai suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai
ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu abstraksi dari
ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan
manusia untuk berpikir. Pengertian konsep yang lain adalah sesuatu yang umum
atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa,
suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental.
3.1.3. Konsep Pendidikan
Yang Terkandung Dalam Surat fatihah
Setelah
memahami penjelasan diatas tentang, konsep dasar pendidikan dan konsep
pendidikan. Maka, dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan yang terdapat dalam
surat Al-Fatihah diantaranya :
Konsep pendidikan silaturahmi,
Konsep pendidikan pembebasan, Konsep pendidikan kasih sayang, Konsep pendidikan
edutaiment, Konsep pendidikan murah dan santun, Konsep pendidikan keadilan,
Konsep pendidikan kejujuran, Konsep pendidikan tanggung jawab, Konsep
pendidikan ibadah, Konsep pendidikan taukhid,
Konsep pendidikan kebersamaan, Konsep pendidikan umat satu, Konsep
pendidikan persaudaraan, Konsep pendidikan cooperative learning, Konsep
pendidikan ( pendekatan proses kegiatan belajar mengajar ), Konsep pendidikan
kreatif, Konsep pendidikan demokratis, dan Konsep pendidikan tawakal.
( Anis, 2010 )
1.
Konsep
pendidikan silaturrahmi ( menjalin hubungan dengan baik )
2.
Konsep
pendidikan pembebasan ( bebas berpendapat )
3. Konsep
pendidikan kasih sayang
4. Konsep
pendidikan edutaiment (menyenangkan)
5. Konsep
pendidikan murah dan santun
6. Konsep
pendidikan keadilan
7. Konsep
pendidikan kejujuran
8. Konsep
pendidikan ibadah
9. Konsep
pendidikan taukhid (iman)
10.
Konsep
pendidikan kebersamaan ( kelompok atau diskusi )
11.
Konsep
pendidikan umat satu ( ummatan wahidah )
12. Konsep
pendidikan persaudaraan
13. Konsep
pendidikan cooperative learning ( pendekatan proses KBM )
14. Konsep
pendidikan kreatif
15. Konsep
pendidikan demokrasi
16. Konsep
pendidikan tawakal
Mengenai hal di atas, bahwa konsep pendidikan yang
diambil dari surah Al-Fatihah tersebut sangat melekat pada diri kita dan
didalam kehidupan sehari-hari baik dalam bidang agama, sosial, ekonomi, budaya,
dan peradapan. Juga sangat tepat
digunakan untuk pendidikan baik formal maupun non formal.
3.2. Perencanaan Pendidikan dalam Surah
Al-Fatihah
Sebagaimana
fahami bahwa perencanaan dalam sebuah lebaga pendidikan adalah sebuah
keniscayaan. Akan tetapi satu hal yang perlu dipahami dalam perumusan
perencanaan tersebut tidak melepaskan tujuan dari pendidikan itu sendiri.Yang
mana tujuan dari perencanaan adalah segala upaya yang dilakukan untuk
tercapainya tujuan secara sestimatis, efektif dan efesien.Sedangkan tujuan
pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia yang bertaqwa disisi Allah.
Modal yang
terbesar diberikan Allah kepada manusia adalah wahyu. Wahyu inilah kemudian
seharusnya yang menjadi pembimbing dan pedoman dasar dalam segala urusan
manusia tidak terkecuali dalam model dan metode perencanaan pendidikan.
Kebenaran firman Allah ini didukung oleh argumentasi tekstual (nash).
Huruf-hurufnya, kata-katanya, uslub (susunan kalimat), adalah pilihan Allah
sendiri tidak ada iterpensi sedikitpun dari mahluknya.
Model dan
metode perencanaan pendidikan berbasis wahyu dimaksud disini adalah kembali
kepada pemahaman akan model dan metode bagaimana Allah menurunkan wahyu kepada
Rasulnya Muhammad SAW. Sejak ia mulai diproses menjadi nabi pilihan di akhir
zaman. Tentu rentetan-rentetan peristiwa yang terjadi pada Rasulullah dalam proses
kenabiannya khususnya dalam penerimaan wahyu adalah bukan sutau hal yang
“kebetulan”, dalam artian ini adalah melalui perencanaan Allah yang maha teliti
dan maha tahu tentang makhluknya dan apa yang ia akan sampaikan kepada Rasulnya
untuk menjadi pelajaran bagi ummat-ummat setelahnya.
Melaksanakan
perencanaan pendidikan Islam idealnya mengacu kepada bagaiman Allah menurunkan
Al-Qur’an ini sesuai dengan tahapannya (tartibunnuzul) kepada Muhammad. Karena
dalam tartibunnuzulnya ini sebagai suatu metode dalam merencanakan pendidikan
Islam. Dan ia harus diyakini mengandung nilai-nilai dan prinsip-prinsip
yang jika diserap, dianalisa dan diterapkan dengan benar dapat mengantarkan
kepada terbentuknya lembaga pendidikan Islam yang menghantarkan semua
elemenya kepada ketaqwaan.
Sehingga
apabila ini terjadi akan dapat diharapkan outpun pendidikan sesaui tujuannya
yaitu menjadi orang yang bertaqwa. Maka Model dan Metode perencanaan
Peendidikan Islam yang berbasis wahyu (Surah Al-Fatihah) tersebut adalah :
Membangun
sebuah paradigma pendidikan sangat erat hubungannya Dengan adanya pandangan
dasar dan nilai-nilai yang dikembangkan itulah suatu pola transpormasi atau
metode pendidikan dapat dirumuskan untuk melakukan perubahan anak didik.
Misalnya metode pengajarannya, pilihan materi ajaranya, pilihan kurikulum yang
diterapkan. Kekuatan suatu pendidikan terletak pada seberapa jauh tingkat
berubahan yang diberikan oleh pendidikan itu dalam mentransoprmasikan subyek
didiknya.
Selanjutnya
untuk menjaga kontinyuitas proses pendidikan itu hal yang penting untuk
dilakukan adalah membentuk institusi atau perangkat organisasi lainya. Sebagimana
kita ketahui bahwa suatu proses pendidikan membutuhkan lingkungan dan perangkat
pendukung lainnya termasuk dalam proses aggaran. Perangkat-perangkat ini
disusun dengan suatu pola pendekatan dimana dalam hal-hal yang besifat materil
harus tunduk kepada hal-hal yang lebih kepada sifat-sifat spirituil.
3.2.1. Perencanaan
Pedidikan dalam Surat Al-Fatihah
Sebuah model
perencanaan pendidikan Islam haruslah memiliki visi yang jelas hendak
dijadiakan apa subyek didik ini kedepan dan itu semua dijawab dengan tuntas
dalam surat Al-Fatihah. Sebuah visi pada kenyataannya memberikan arahan gerak
dan konsistensi untuk mencapai tujuan yang menjadi harapan pendidikan.
“Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”;
“Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam”;
“Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang”;
“Yang menguasai hari
pembalasan”;
“hanya kepada Engkaulah
kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan”;
“Tunjukilah kami jalan yang
lurus”;
“(yaitu) jalan orang-orang
yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS. Al-Fatihah: 1-7)
Dari pembahasan
diatas menjadi paradigma dasar dalam merencanakan model dan metode
pendidikan Islam. Jawaban yang dapat ditampilkan adalah bahwa konsep
pendekatan atau paradigma tartibunnuzul ayat ini adalah “ijtihadi”.
Pertama, berkenaan dengan urut-urutan nuzulnya
Al-Qur’an sebagaimana yang tertera dalam paradigma sistematika Nuzulnya wahyu,
kenyataannya merujuk pada keterangan Ibnu Abbas dan beberapa ahli tafsir
lainnya.
Kedua, secara substansial dapat dianalisis
bahwa kandungan ayat-ayat, sebagaimana yang dimaksudkan dalam wahyu tersebut,
adalah kerangka dasar perencanaan pendidikan yang berarti secara penuh bersifat
Islami.
Ketiga, mengikuti umumnya ahli tafsir bahwa
surat Al Fatihah dipandang sebagai induk kitab(ummul kitab) yang
merupakan garis-garis besar atau bahkan kesimpulan Al Qur’an sendiri, dan oleh
karena itu tartib Nuzul wahyu ini berprinsip pada batas nuzulnya surat Al
Fatihah.
Keempat, adalah nyata bahwa perjuangan Rasulullah
menyampaikan risalahNya sehingga berhasil membangun peradaban Islam,
menerapkan secara sempurna tahapan-tahapan turunnya wahyu ini. Sehingga
wajar atau bahkan seharusnya, jika kita ingin membangun atau merencanakan
pendidikan Islam mengikuti apa yang telah dipraktekkan oleh Beliau yang
ternyata juga terbukti kebenarannya. Karena itu ketika umat Islam ingin
kembali meraih kejayaannya, menjadi kiblat peradaban manusia, maka prasyarat
mutlak yang harus dilakukan adalah membangun dasar-dasar orientasi,
mengelaborasi dan menderivasikannya sehingga menjadi tatanan nilai, visi
ideologis dan sistem penjelas serta konsep-konsep yang diperlukan. Berarti mengikuti
pola yang diterapkan oleh Rasulullah dan substansi dari wahyu-wahyu yang
pertama kali diturunkan atau dengan apa yang disebut sebagai Tartibunnuzul
al-wahyu. Upaya ini ditransmisikan secara luas dan mendalam ke dalam umat
manusia, secara terus menerus dan akseleratif, sehingga tercapailah cita-cita
sebagai masyarakat yang diridlai Allah SWT.
Ø
KESIMPULAN
Dari uraian dan pembahasan tentang model dan metode
perencanaan pendidikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Model
dan metode perencanaan dalam lingkup pendidikan, diartikan sebagai pola atau
acuan, dan cara yang ditempuh dalam penyusunan rencana pendidikan secara umum.
Tetapi model dan metode perencanaan pendidikan tentunya berbeda dengan model
dan metode perencanaan pengajaran, perencanaan pendidikan cakupannya lebih luas
dan lebih umum menyangkut rencana dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pengambil
kebijakan tertinggi dalam instansi pendidikan.
2. Macam-macam
model perencanaan pendidikan menurut Nanang Fattah yang perlu diketahui
diantaranya:
1. Model
perencanaan komprehensif;
2. Model
target setting;
3. Model
costing dan keefektifan biaya
4. Model PPBS (planning, programming, budgeting
sistem)
3. Macam-macam metode perencanaan pendididikan
menurut Husaini Usman adalah:
1.
Metode
input-output analisis (analisis masukan-keluaran)
2.
Metode
analysis econometrik (analisa ekonometrik)
3.
Metode
cause-effect diagram (diagram sebab-akibat)
4. Metode
Delphi
5. Metode
heuristic
6. Metode
life sycle analysis (analisa siklus kehidupan)
7. Metode
value added analysis (analisa nilai tambah)
8. Metode
proyeksi
9. Metode
proyeksi dipecah menjadi beberapa metode diantaranya :
a.
Proyeksi
pemecahan penduduk usia lima tahunan menjadi tahunan
b. Proyeksi
penduduk dan penduduk usia sekolah
c. Proyeksi
kebutuhan ruang kelas
d. Proyeksi
Kebutuhan Guru
4. Metode means-ways-goals analysis (analisis sumber, cara, dan tujuan)
Agama Islam dengan ajarannya adalah sebuah konsep yang
komprehensif yang mengatur semua lini kehidupan manusia.perencanaan dalam Islam
adalah sebuah keniscayaan dan harus dipersiapakan segala sesuatu untuk
tercapainya tujuan. Al-Qur’an dalam surat Al-Hasyar ayat 18 Allah SWT menjelaskan
tentang keharusan dalam perencanaan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan”(Qs.Al-Hasyr:18).
Jadi ayat tersebut dapat dipahami bahwa
perlunya perencanaan untuk masa depan, apakah untuk diri sendiri, pemimpin
keluarga, lembaga, masyarakat maupun sebagai pemimpin Negara.
3.3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
3.3.1.
Dasar Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari
ajaran Islam, dasarnya adalah Alquran dan Hadist Nabi Muhammad saw. Dari kedua
sumber tersebut, para intelektual muslim kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya
kedalam dua bagian yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan
keimanan; kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata
(Muhammad Syaltut).
Oleh karena pendidikan termasuk amal nyata, maka
pendidikan tercakup dalam bidang syariah. Bila diklasifikasikan lebih lanjut,
termasuk dalam sub bidang muamalah.
Dalam Al-Quran Banyak ayat yang berkenaan dengan
pendidikan.Tim penyusun buku Ilmu Pendidikan Islam memberikan contoh dengan
menggunakan kisah Lukman ketika mendidik anak-anaknya (Proyek Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama, 1982/1983:20).
Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar
materi pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan
ilmu pengetahuan.Sebagai bantahan pendapat yang meragukan terhadap adanya aspek
pendidikan dalam Alquran. Abdul Rahman Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata
Tarbiyah yang berasal dari kata “Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat
dalam Alquran; demikian pula kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Alquran
menunjukkan bahwa dalam Alquran tidak mengabaikan konsep-konsep yang
menunjukkan kepada pendidikan. (Departemen P & K, 1990:291).
Hadist, juga banyak memberikan dasar-dasar bagi
pendidikan Islam. Hadist sebagai pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal
Nabi Muhammad SAW., merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Alquran. Di
samping Al-Quran dan hadist sebagai sumber atau dasar pendidikan Islam, tentu
saja masih memberikan penafsiran dan penjabaran lebih lanjut terhadap Al-Quran dan
hadist, berupa ijma’, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang sering pula
dianggap sebagai dasar pendidikan Islam. (Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi
Agama: 21). Akan tetapi, kita konsekuen bahwa dasar adalah tempat berpijak yang
paling mendasar, maka dasar pendidikan Islam hanyalah Al-Quran dan hadist Nabi
Muhammad SAW.
3.3.2.
Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan sebagai usaha normatif, maka tujuannya
pun normatif (Abdurrahman Getteng, 1996:14). Oleh karena itu berbicara tentang
tujuan pendidikan, baik pendidikan Islam maupun pendidikan lainnya, para ahli
membagi dengan pembagian yang berbeda. Langevel misalnya, sebagaimana yang
dikutip oleh Mappanganro, bahwa tujuan pendidikan diklasifikasikan kedalam enam
bagian yaitu: 1) Tujuan umum, 2) tujuan khusus, 3) tujuan seketika, 4) tujuan
sementara, 5) tujuan tidak lengkap, dan 6) tujuan perantara. (Mappanganro, 1987
: 107).
Dilihat dari ilmu pendidikan teoretis, tujuan
pendidikan ditempuh secara bertingkat, misalnya tujuan intermediair (sementara
atau antara), yang dijadikan batas sasaran kemampuan yang harus dicapai dalam
proses pendidikan pada tingkat tertentu, untuk mencapai tujuan akhir.
Adapun tujuan akhir pendidikan Islam adalah pada
hakikatnya merupakan realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa
misi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah Swt., lahir dan batin,
dunia dan akhirat. Tujuan akhir pendidikan Islam telah disusun oleh para ulama
dan ahli pendidikan Islam dari semua golongan dan mazhab dalam Islam.
Pendidikan Islam berlangsung seumur hidup, maka
tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir
pula.Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami
naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.Perasaan,
lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya.Karena itulah pendidikan Islam
berlaku seumur hidup untuk menumbuhkan, memupuk dan mengembangkan, serta
memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan Islam yang telah dicapai.Orang
yang sudah takwa dalam bentuk Insan Kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan
dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaannya
supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan
bahkan pendidikan dalam bentuk formal.
Sebagaimana Rumusan Hasil Keputusan Seminar
Pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7-11 Mei 1960 di Cipayung Bogor.Pada saat
itu berkumpullah ulama ahli pendidikan Islam dari semua lapisan masyarakat
Islam dan telah berhasil merumuskan tujuan pendidikan Islam yakni tujuan
pendidikan Islam adalah menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran
dalam rangka membentuk manusia yang berkepribadian dan berbudi pekerti luhur
menurut ajaran Islam. Tujuan tersebut ditetapkan berdasarkan atas pengertian
bahwa “Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan ruhani dan
jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, melatih, mengasuh dan
mengawasi berlakunya semua ajaran Islam (M. Arifin, 1994 : 41).
Rumusan lain tentang tujuan pendidikan Islam oleh
Oemar al-Toumy al-Syaibany sebagai berikut: “Tujuan pendidikan Islam adalah
perubahan yang diinginkan dan diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha
pendidikan untuk mencapainya, baik tingkah laku individu dari kehidupan
pribadinya atau kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar di mana individu
itu hidup atau pada proses pendidikan itu sendiri dan proses pengajaran sebagai
suatu tindakan kegiatan asasi dan sebagai proporsi di antara profesi asasi
dalam masyarakat” (Arifin : 42).
Tujuan-tujuan tersebut dapat paralel dan dapat
pula pada urutan satu garis (linier) dalam hal ini, terdapat tujuan yang dekat,
lebih jauh atau dalam istilah lain terdapat beberapa tujuan sementara atau
tujuan akhir pendidikan Islam. Fungsi dari pendidikan Islam adalah memelihara
arah usaha itu dan mengakhiri setelah tujuan itu tercapai.Fungsi tujuan
sementara ialah membantu memelihara arah usaha dan menjadikan titik berpijak
untuk mencapai tujuan-tujuan lebih lanjut dari tujuan akhir. Pendidikan Islam
ialah usaha yang bertujuan banyak dalam urutan satu garis (linier), sebelum
mencapai tujuan akhir, pendidikan Islam lebih dahulu mencapai beberapa tujuan
sementara (Ahmad D. Marimba, 1981 : 46).
Tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan
hidup seorang muslim. Bila pendidikan dipandang sebagai suatu proses, maka
proses tersebut akanberakhir pada tercapainya tujuan pendidikan. Suatu tujuan
yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perwujudan
dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan. Nilai-nilai
ideal itu mempengaruhi dan mewarnai pola kehidupan manusia, sehingga menggejala
dalam perilaku lahiriahnya, dengan kata lain perilaku lahiriah adalah cermin
yang memproyeksikan nilai-nilai ideal memacu di dalam jiwa manusia sebagai
produk dari proses pendidikan.
Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan yang sesuai
dengan falsafah dan pandangan hidup yang digariskan Alquran.Ibnu Khaldun
mengatakan sebagaimana dikatakan oleh Ramayulis bahwa tujuan pendidikan Islam
mempunyai dua tujuan. Pertama tujuan keagamaan, maksudnya beramal untuk
akhirat, sehingga ia menemui Tuhannya dan telah menunaikan hak-hak Allah yang
diwajibkan ke atasnya. Kedua, tujuan ilmiah yang bersifat keduniaan, yaitu apa
yang diungkapkan oleh pendidikan modern dengan tujuan kemanfaatan atau
persiapan untuk hidup (Ramayulis, 1994:25-26). Demikian pula Abdullah Fayad
menyatakan bahwa pendidikan Islam mengarah pada dua tujuan. Pertama, persiapan
untuk hidup akhirat; kedua, membentuk perorangan dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan untuk menunjang kesuksesan hidup di dunia (Ramayulis: 26-27).
Semua rumusan tujuan yang dikemukakan di atas sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Tujuan pendidikan Islam adalah mengandung tentang
nilai-nilai ideal yang bercorak Islami. Hal ini mengandung bahwa tujuan
pendidikan Islam tidak lain adalah: Tujuan merealisasikan idealitas Islami.
Sedangkan idealitas Islami itu sendiri pada hakikatnya mengandung nilai
perilaku manusia yang disadari atau dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah
sebagai sumber kekuasaan yang ditaati. (Arifin, 1994 : 119).
Selanjutnya
Al-Gazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah
beribadah dan taqarrub kepada Allah Swt., dari kesempurnaan insani yang
tujuannya kebahagiaan dunia dan akhirat (Ramayulis : 26). Selain dari pandangan
yang dikemukakan oleh al-Gazali tentang tujuan pendidikan Islam. Al-Gazali
merumuskan tujuan umum pendidikan Islam kedalam lima pokok: 1. Membentuk akhlak
yang mulia (al-fadhilah); 2. Persiapan untuk dunia dan akhirat; 3.Persiapan
untuk mencari rezki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatannya. Keterpaduan
antara agama dan ilmu akan dapat membawa manusia kepada kesempurnaan; 4.
Menumbuhkan ruh ilmiah para pelajar dan memenuhi keinginan untuk mengetahui
serta memiliki kesanggupan untuk mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu; 5.
Mempersiapkan para pelajar untuk suatu profesi tertentu sehingga ia mudah
mencari rezki (Ramayulis)
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pendidikan
adalah salah satu faktor determinan dalam pendidikan pada umumnya. Secara khusus
dalam pendidikan Islam, yang menjadi tujuan utama adalah terbentuknya akhlak
yang mulia (akhlak al-karimah). Berbagai aspek yang harus dilihat dalam rangka
penetapan dan pemantapan tujuan pendidikan tersebut termasuk pendidikan
Islam.Aspek-aspek yang dimaksud adalah berkaitan dengan berbagai hal yang harus
diperhatikan dalam hubungannya dengan subjek dan objek didik.
Sebagai titik akhir yang ingin dicapai adalah
kesempurnaan jiwa manusia. Kesempurnaan jiwa diasumsikan sebagai suatu capaian
yang harus diraih oleh segenap usaha manusia. Oleh karenanya perangkat
pendidikan yang direkayasa senantiasa mencerminkan daya dukungnya terhadap
tujuan itu.
Dengan kondisi ideal seperti itu menurut para ahli
pendidikan Islam, manusia harus diarahkan ke arah pencapaian kualitas tertentu
yang dapat digunakannya dalam kehidupan ini.Berbagai penelitian yang telah
dikemukakan untuk mengkaji sekitar tujuan umum pendidikan Islam yang bersumber
dari kenyataan-kenyataan serta pemikiran-pemikiran yang berkembang sekitar
pendidikan Islam.
AR. Nahlawi, menyatakan bahwa tujuan umum pendidikan Islam adalah:
1( Meningkatkan kemampuan akal dan
menumbuhkan pikiran,
2) Menumbuhkan potensi-potensi bakat yang dibawa sejak lahir,
3) Mengembangkan potensi generasi muda, dan
4) Menjaga keseimbangan potensi dan bakat manusia.
Akal merupakan anugrah pemberian Tuhan yang
dikhususkan kepada manusia sebagai jenis makhluk yang mengembang tugas berat
dan mulia. Oleh karena pengembangan akal manusia harus menjadi prioritas dalam
tujuan pendidikan.
(AR. Nahlawi, 1865 : 67).
Hal tersebut dapat dikomentari bahwa pakar
tersebut menekankan lebih banyak kepada peranan akal dalam kehidupan
manusia.Fungsi akal yang dimanifestasikan lewat kemampuan berpikir dapat
menjadi sarana untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan.Demikian juga dapat
mengembangkan potensi berupa bakat yang ada dalam diri setiap orang.
Lain halnya dengan al-Jamali mengemukakan bahwa
tujuan-tujuan pendidikan Islam hendaknya diambil dari Al-Qur’an sebagaimana
telah disebutkan beberapa tujuan dimaksud adalah: 1) Menyadarkan manusia
tentang posisinya di antara makhluk yang lain, 2) Memperkenalkan tanggung jawab yang diemban
oleh manusia dalam kehidupan diri dan sosialnya, 3) Mendalami hikmah penciptaan
makhluk lain berupa alam dan segala isinya yang digunakan oleh dan untuk
kepentingan manusia, 4) Memperkenalkan keagungan pencipta alam raya ini
(Nahlawi : 62
Dari gambaran tujuan yang dirumuskan oleh Nahlawi
tersebut tampaknya dapat didekati dengan pemahaman yang berdimensi internal.
Bahwa dalam diri manusia harus ditumbuhkan keadaan yang mendalam tentang
berbagai hal, baik yang menyangkut eksistensinya maupun tanggung jawabnya
secara hakiki.Bahkan sebagai makhluk Tuhan, manusia perlu memiliki suatu
pandangan yang benar tentang akidah dan keyakinan kepada Allah Sang Maha
Pencipta yang dapat didekati lewat atribut-atribut alamiah yang mudah dipahami.
Jika dipelajari karya-karya al-Gazali tentang
pendidikan dan pengajaran, akan ditemukan dua tujuan pendidikan yang hendak
dicapai, yakni; 1) Kesempurnaan manusia, yang puncaknya adalah kedekatan dengan
Allah, dan 2) Kesempatan manusia yang puncaknya adalah kebahagiaan dunia dan
akhirat (Fathiyah Hasan Sulaiman, 1964 : 12).
Berdasarkan tujuan tersebut tampaknya al-Gazali
melakukan upaya dan menjabarkannya dalam berbagai bentuk pengajaran yang
menurutnya dapat dan mampu mendekati puncak pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
Dari pandangan di atas dapat dipahami sebagaisuatu
kebulatan yang pada dasarnya tidak bertentangan satu sama lain. Mereka saling
melengkapi guna mendapatkan rumusan tujuan ideal yang hendak dicapai oleh
segenap usaha dan proses pendidikan Islam. Rumusan tersebut bila dicermati,
berakar dari petunjuk-petunjuk Alquran serta berakar pada pengalaman historis
dalam pelaksanaan pendidikan Islam hingga kini.
Dengan memperhatikan kerangka tujuan yang dikutip
di atas, juga tergambar secara umum bahwa sistem pendidikan Islam memiliki ciri
khas yakni dengan warna religius serta dilengkapi dengankerangka etis tanpa
mengenyampingkan kepentingan-kepentingan duniawi. Apabila ditelusuri lebih jauh
tentang kecenderungan Al-Gazali dalam praktek dan proses pendidikan yang
dilakukannya, tampak dengan jelas adanya aksentuasi ke arah bidang ruhani
sebagai konsekuensi dari pandangan dalam bidang filsafat dan sufistik.
Penjelasan Fathiyah Hasan tersebut menyimpulkan bahwa Al-Gazali sebenarnya
memiliki tujuan hakiki yakni mencapai kesempurnaan manusia dunia dan akhirat.
(Hasan Sulaiman : 20).
Dari berbagai macam tujuan pendidikan dikemukakan
di atas kita dapat mengambil kesimpulan kepada dua macamkesimpulan yang
prinsipil yaitu:
1. Tujuan Keagamaan
Yang dimaksud dengan tujuan keagamaan ini adalah
bahwa setiap pribadi orang muslim beramal untuk akhirat atas petunjuk dan ilham
keagamaan yang benar, yang tumbuh dan dikembangkan dari ajaran-ajaran Islam
yang bersih dan suci. Tujuan keagamaan mempertemukan diri pribadi terhadap
Tuhannya melalui kitab-kitab suci yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban,
sunat dan yang fardlu bagi seorang mukallaf.
Tujuan ini menurut pandangan pendidikan Islam dan
para pendidik muslim mengandung esensi yang sangat penting dalam kaitannya
dengan pembinaan kepribadian individual; diibaratkan sebagai anggota masyarakat
yang harus hidup di dalamnya dengan banyak berbuat dan bekerja untuk membina
sebuah gedung yang kokoh dan kuat. Di sini tampak jelas tentang pentingnya
tujuan pendidikan ini, karena sebenarnya agama itu sendiri mempunyai hubungan
yang erat dengan berbagai aspek pendidikan kejiwaan dan pendidikan kebudayaan
secara ilmiyah dan falsafiyah. Maka dari itu agama mengarahkan tujuannya pada
pencapaian makrifat tentang kebenaran yang haq, yaitu Allah SWT.
Di samping itu tujuan keagamaan juga mengandung
makna yang lebih luas yakni suatu petunjuk jalan yang benar di mana setiap
pribadi muslim mengikutinya dengan ikhlas sepanjang hayatnya, dan juga
masyarakat manusia berjalan secara manusiawi.
(Ali Al-Jumbulati, 2002 : 37)
Dengan demikian agama sebenarnya memberikan
berbagai topik pembahasan, di antaranya yang paling essensial ialah pembahasan
dari sudut falsafah, misalnya agama berusaha memberikan analisis yang benar
terhadap permasalahan wujud alam semesta dan tujuannya, dan agama menetapkan
garis dan menjelaskan kepada kita jalan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan
di akhirat. Tentang kehidupan
di akhirat filsafat juga berusaha menganalisis problem-problemnya.
2. Tujuan
Keduniaan
Tujuan ini seperti yang dinyatakan dalam tujuan
pendidikan modern saat ini yang diarahklan kepada pekerjaan yang berguna
(pragmatis) atau untuk mempersiapkan anak menghadapi kehidupan masa depan.
Tujuan ini diperkuat oleh aliran paham pragmatisme yang dipelopori oleh ahli
filsafat John Dewey dan William Kilpatrick.Para ahli filsafat pendidikan
pragmatisme lebih mengarahkan pendidikan anak kepada gerakan amaliah
(keterampilan) yang bermanfaat dalam pendidikan.
Dari ungkapan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan
akhir pendidikan Islam adalah kesempurnaan ruh (jiwa) manusia yang pada
hakikatnya menjadi inti keberadaan manusia dalam perjuangan hidupnya mencari
keridhaan Allah. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan Islam pada dasarnya memperoleh tujuan ideal guna mengantarkan dan
mengarahkan manusia dalam upaya memantapkan dan menjaga kesucian jiwanya. Dapat
pula dikatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim
seutuhnya adalah pribadi yang ideal menurut ajaran Islam yakni, meliputi
aspek-aspek individual, sosial dan aspek intelektual. Semua aspek itu adalah
sesuai dengan hakikatnya sebagai seorang muslim yang mengabdikan seluruh
hidupnya kepada Allah SWT.
Penulis menyimpulkan,
bahwa, Tujuan Pendidikan Dalam Islam sesuai tuntunan dengan Surat Al-Fatihah yaitu ada tiga:
1. Untuk melahirkan
insan yang berjiwa beriman dan bertaqwa
2.
Untuk melahirkan insan-insan yang sanggup bekerja
sebagai khalifah (duta) Allah.
3.
Membentuk akhlaq mulia
Pertama menegaskan yaitu tujuan Allah menjadikan manusia ialah untuk
menjadi seorang hamba Allah yang hidupnya hanya untuk menyembah dan mengabdikan
seluruh hidup kepada Allah semata. Melaksanakan seluruh perintah (hukum-hakam) Allah
dalam semua aspek kehidupan manusia, dan menghindari diri dari semua
laranganNya.
Kedua sebagai khalifah Allah bermaksud, untuk melahirkan insan-insan yang
sanggup bekerja sepenuh masa dengan kerajaan Allah untuk membangunkan syariat Allah
dan melaksanakan tugas yang diamanahkan oleh Allah.
‘Combination’ antara dua maksud
tersebut maka lahirlah ungkapan yang masyhur yaitu, “Menjadi Abid di malam
hari, dan menjadi singa Allah di siang hari”.
Abid berperanan sebagai hamba Allah yang sebaik-baiknya. Singa berperanan
sebagai khalifah Allah yang sebaik-baiknya.Maka, dalam usaha memproses manusia
menjadi hamba dan khalifah Allah sekaligus, maka dapat tidak Sistem Pendidikan
hendaklah menjurus ke arah itu.
( Anis,2010 )
Sabda Rasulullah SAW :
انمابعثت لاتم مكرم الاخلق
Artinya :
sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan ahlak
Sedangkan menurut hadist tersebut bahwansanya akhlaq adalah suatu pokok
dari segala kunci keberhasilan karean ahlak mencakup dua kaitan yaitu ahlaq
yang berkaitan dengan Allah dan ahlak yang berkaitan dengan manusia (
habluminallah wahabluminannas ).( Anis,2010 )
Mengenai tujuan pendidikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa : pendidikan
itu harus dilandasi dengan keimanan yang kuat sehingga akan terciptanya insan yang
bertaqwa dan berjiwa besar serta menjadi insan yang bertanggung jawab semua itu
harus diiringi dengan ahlaq yang mulia, dengan demikian menjadi insan yang
bermanfaat bahagia baik didunia maupun akhirat.
3.4. Materi
Al-Fatihah adalah Ummul Qur’an; dikarenakan seluruh
maksud ajaran Al-Qur’an terkandung didalamnya banyak materi diantaranta, Ia
telah mencakup tiga macam
tauhid. Ia juga mencakup penetapan risalah, hari akhir, jalan para
rasul dan jalan orang-orang yang menyelisihi mereka. Segala perkara yang terkait dengan pokok-pokok
syari’at telah terkandung di dalam surat ini.
Di dalam Al-Hamdu Lillahi Rabbil ‘Alamin’ terkandung
tauhid rububiyah. Di
dalam Ar-Rahmanir Rahim, Maaliki yaumid diin’ terkandung tauhid asma’ wa shifat. Di dalam
‘Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in’ terkandung tauhid ibadah.
Di dalamnya juga terkandung bantahan bagi
kaum mulhid/atheis
yang menganggap alam semesta ini tidak memiliki pencipta. Di dalam surat ini
terkandung bantahan bagi mereka tatkala ia menetapkan bahwa alam memiliki Rabb
yang menciptakannya, sebagaimana ditegaskan dalam kata رب العالمين. Sebab kata Rabb bermakna yang mencipta dan memelihara seluruh
makhluk.Sehingga di dalamnya telah terkandung bantahan bagi kaum mulhid atau atheis.
Di dalam Surat Al-Fatihah juga terkandung bantahan bagi orang-orang musyrik yang beribadah kepada selain Allah SWT. اياك نعبد
mengandung pemurnian ibadah untuk Allah semata; sehingga di dalamnya terkandung
bantahan bagi orang-orang musyrik yang menyertakan selain Allah dalam beribadah
kepadaNya. Di dalamnya juga terkandung bantahan bagi berbagai kelompok umat ini
yang melenceng dari jalan kebenaran semacam Jahm’iyah, Mu’tazilah, dan Asya’irah; yang mereka
tersesat dalam masalah takdir.Ia juga mengandung bantahan bagi orang-orang yang
menolak sifat-sifat Allah; yaitu kaum Mu’aththilah
yang menolak nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana halnya kaum Jahmiyah, Mu’tazilah, Asy’ariah, Maturidiyah,
dan lain sebagainya. Setiap kelompok yang menolak semua atau sebagian sifat
Allah, maka surat ini telah membantah mereka.
Imam Ibnu Katsir ra berkata: “Sebagaimana dikatakan
oleh sebagian salaf bahwa Al-Fatihah menyimpan rahasia Al-Qur’an,
sedangkan rahasia surat ini adalah kalimat ‘Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in’.
Bagian yang pertama (Iyyaka na'budu) adalah pernyataan sikap berlepas diri dari syirik. Adapun
bagian yang kedua (Iyyaka nasta'in) adalah pernyataan sikap berlepas diri dari (kemandirian) daya dan kekuatan,
serta menyerahkan (segalanya) kepada Allah ‘azza wa jalla”
Secara global materi
dalam surat al-fatihah adalah Segala perkara yang terkait dengan pokok-pokok
syari’at telah terkandung didalam surat ini, tauhid rububiyah, tauhid asma’ wa
shifat, tauhid ibadah, mencipta dan memelihara, berlepas diri dari (kemandirian) daya dan kekuatan.
3.5.
Evaluasi Pendidikan
Bentuk
evaluasi ini di buat dalam bentuk instrumen penilaian yaitu Tes Lisan. Dalam
bentuk tes lisan gurubertanya jawab dengan siswa tentang golongan surat Al-Fatihah,
nama-nama lain surat Al-Fatihah dan jumlah ayat surat Al-Fatihah
serta siswa kembalimendemonstrasikan bacaan surat A-Fatihah secara sempurna.
Strategi
yang dipakai dalam instrumen ini yaitu guru menampilkan soal lewat slide power point
yang telah disiapkan dan siswa ditunjuk untuk menjawabnya dengan benar.
Instrumen
penilaian :
Soal :
- Lafadzkan Bacaan Surah Al Fatihah dengan makhraj, harakat dan hukum bacaan yang benar!
- Sebutkan Arti dari Umul Kitab
- Berapa jumlah ayat dalam Surat Al-Fatihah ?
- Mengapa Surat Al-Fatihah di sebut dengan golongan Surat-surat makiyyah ?
- Urutlah panggalan ayat di bawah ini menjadi ayat yang sempurna !
Jawaban :
- Jawaban Lisan Siswa
- Induk Al-Qur’an/induk Kitab
- 7 ayat
- Karena Surat Al-Fatihah diturunkan di kota Mekkah
- صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِم غَيْرِالْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضّــَآ لِّيْنَ ْ
Memberikan motifasi terhadap materi yang telah
dipelajari.Sebelum mengakhiri proses
belajar mengajar guru memberikan sedikit motifasi kepada siswa untuk selalu tekun
belajar membaca Al-Qur’an di rumah terutama pengucapan Surat al-Fatihah yang
merupakan induk dari al-Qur’an.
TANGGAPAN
PESERTA DIDIK
Berikut
ini adalah beberapa Tanggapan Peserta didik Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Model Active Learning Melalui
strategi
Demonstrasi pada Materi Surah Al-Fatihah
NO
|
NAMA SISWA
|
TANGGAPAN
|
1
|
ARYA
|
Saya cepat mengerti apa yang
pak guru sampaikan.
|
2
|
SAMSIA BACKHTIAR
|
Asyik, karna pak guru memutar vidio dan kita menonton, bisa
menghilangangkan rasa ngantuk
|
3
|
JAMAL RAHMAT
|
Nilai Pendidikan Agama saya Meningkat karna saya bisa menjawab
soal-soal yang pakguru berikan
|
4
|
JABALI SANUSI
|
Setelah belajar, Saya mampu mengucapkan Surah Al-Fatihah Dengan Benar
|
5
|
AULIA AHMAD
|
Ternyata model belajar seperti ini lebih baik dari pada saya harus
mendengar pak guru bicara terus menerus sampai habis belajar.
|
6
|
ABDUL KHALIK
|
Saya cepat mengerti membaca Surah Al-Fatihah.
|
BAB
IV
NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAT AL-FATIHAH
4.1. Tafsir Surat Al-Fatihah dalam Tafsir
Jalalain
Dibawah
ini adalah tafsir surat Al-Fatihah dalam
Tafsir Jalalain Karangan Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Jalaluddi As-Suyuthi menggunakan bentuk Bi Al-Ra'y. Karena dalam menafsirkan ayat demi ayat menggunakan
hasil pemikiran atau ijtihad para mufasir (meskipun tidak menafikan riwayat).
Sebagai contoh ketika Al-Jalalain menafsirkan penggalan ayat berikut ini:
(ولا
تتبدلواالخبيث) الحرام (بالطيب) الحلال أى تأخذوه بدله كما تفعلون من أخذ الجيد من
مال اليتيم وجعل الردئ من مالكم مكانه.
Di sini kelihatan dengan jelas
bahwa ketika menafsirkan penggalan ayat tersebut Al-Suyuthi murni menggunakan
pemikirannya tanpa menyebut riwayat, jadi tafsir Surat Al-Fatihah dengan
tafsiranya sebagai berikut:
بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
01.
(Dengan nama Allah Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)
الحمد لله جملة خبرية قصد بها الثناء على الله بمضمونها على أنه تعالى :
مالك لجميع الحمد من الخلق آو مستحق لأن يحمدوه والله علم على المعبود بحق رب العالمين أي مالك جميع الخلق من
الإنس والجن والملائكة والدواب وغيرهم وكل منها يطلق عليه عالم يقال عالم الإنس
وعالم الجن إلى غير ذلك وغلب في جمعه بالياء والنون أولي العلم على غيرهم وهو من
العلامة لأنه علامة على موجده 002. (Segala puji bagi
Allah) Lafal ayat ini merupakan kalimat berita, dimaksud sebagai ungkapan
pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa
Allah Taala adalah yang memiliki semua pujian yang diungkapkan oleh semua
hambaNya. Atau makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Taala itu adalah Zat yang
harus mereka puji. Lafal Allah merupakan nama bagi dzat yang berhak untuk
disembah. (Tuhan semesta alam) artinya Allah adalah yang memiliki pujian semua
makhlukNya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya.
Masing-masing mereka disebut alam. Oleh
karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafal 'al-`aalamiin'
merupakan bentuk jamak dari lafal '`aalam', yaitu dengan memakai huruf ya dan
huruf nun untuk menekankan makhluk berakal atau berilmu atas yang lainnya. Kata
'aalam berasal dari kata `alaamah (tanda) mengingat ia adalah tanda bagi adanya
yang menciptakannya.
الرحمن
الرحيم أي ذي الرحمة وهي
إرادة الخير لأهله
003. (Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang) yaitu yang mempunyai rahmat. Rahmat ialah menghendaki kebaikan bagi
orang yang menerimanya.
مالك يوم الدين أي الجزاء وهو يوم
القيامة وخص بالذكر لأنه لا ملك ظاهرا فيه لأحد إلا لله تعالى بدليل لمن الملك اليوم ؟ لله ومن قرأ مالك فمعناه مالك الأمر كله في يوم
القيامة أو هو موصوف بذلك دائما كغافر الذنب فصح وقوعه صفة لمعرفة
004. (Yang menguasai hari pembalasan) di hari kiamat kelak. Lafal
'yaumuddiin' disebutkan secara khusus, karena di hari itu tiada seorang pun
yang mempunyai kekuasaan, kecuali hanya Allah Taala semata, sesuai dengan
firman Allah Taala yang menyatakan, "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari
ini (hari kiamat)? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan."
(Q.S. Al-Mukmin 16) Bagi orang yang membacanya 'maaliki' maknanya menjadi
"Dia Yang memiliki semua perkara di hari kiamat". Atau Dia adalah Zat
yang memiliki sifat ini secara kekal, perihalnya sama dengan sifat-sifat-Nya
yang lain, yaitu seperti 'ghaafiruz dzanbi' (Yang mengampuni dosa-dosa). Dengan
demikian maka lafal 'maaliki yaumiddiin' ini sah menjadi sifat bagi Allah,
karena sudah ma`rifah (dikenal).
إياك نعبد وإياك نستعين أي نخصك بالعبادة من توحيد وغيره ونطلب
المعونة على العبادة وغيرها
005. (Hanya Engkaulah yang
kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan) Artinya kami
beribadah hanya kepada-Mu, seperti mengesakan dan lain-lainnya, dan kami memohon
pertolongan hanya kepadaMu dalam menghadapi semua hambaMu dan lain-lainnya.
اهدنا
الصراط المستقيم أي أرشدنا
إليه ويبدل منه
006. (Tunjukilah kami ke jalan yang lurus) Artinya bimbinglah kami kejalan
yang lurus, kemudian dijelaskan pada ayat berikutnya, yaitu:
صِرَاطَ الذين أَنْعَمْتَ
عَلَيْهِمْ بالهداية ويبدل
من الذين بصلته غَيْرِ المغضوب عَلَيْهِمْ وهم اليهود وَلاَ وغير الضالين وهم النصارى ونكتة البدل إفادة أن المهتدين ليسوا يهوداً ولا نصارى
والله أعلم بالصواب، وإليه المرجع والمآب وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه
وسلم تسليما كثيرا دائما أبدا، وحسبنا الله ونعم الوكيل، ولا حول ولا قوة إلا
بالله العلي العظيم
007. (Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada
mereka), yaitu melalui petunjuk dan hidayahMu. Kemudian diperjelas lagi
maknanya oleh ayat berikut: (Bukan (jalan) mereka yang dimurkai) Yang dimaksud
adalah orang-orang Yahudi. (Dan bukan pula) dan selain (mereka yang sesat.)
Yang dimaksud adalah orang-orang Kristen. Faedah adanya penjelasan tersebut
tadi mempunyai pengertian bahwa orang-orang yang mendapat hidayah itu bukanlah
orang-orang Yahudi dan bukan pula orang-orang Kristen. Hanya Allah lah Yang Maha
Mengetahui dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan segala sesuatu. Semoga selawat
dan salamNya dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. beserta
keluarga dan para sahabatnya, shalawat dan salam yang banyak untuk selamanya.
Cukuplah bagi kita Allah sebagai penolong dan Dialah sebaik-baik penolong.
Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya berkat pertolongan Allah Yang
Maha Tinggi lagi Maha Besar. ( Hidayat, 2009 ).
Setiap kita mau melakukan aktifitas haruslah dimulai Dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, karena Segala puji hanya milik
allah SWT. Dimaksud sebagai ungkapan pujian kepada Allah berikut pengertian
yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Taala adalah yang memiliki semua
pujian yang diungkapkan oleh semua hambaNya, artinya Allah adalah yang memiliki
pujian semua makhlukNya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan
melata dan lain-lainnya, yaitu yang mempunyai rahmat. Rahmat ialah menghendaki
kebaikan bagi orang yang menerimanya, karena di hari itu tiada seorang pun yang
mempunyai kekuasaan, kecuali hanya Allah SWT semata, maka beribadah hanya kepadaNya, seperti mengesakan
dan lain-lainnya dan memohon pertolongan hanya kepadaNya, yakni kejalan yang
lurus, yaitu melalui petunjuk dan hidayah Allah, Cukuplah bagi kita Allah
sebagai penolong karena Allah adalah sebaik-baik penolong. Tiada daya dan tiada
kekuatan melainkan hanya berkat pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha
Besar.
4.2. Nilai Tarbawi
Menurut Al-Hijazi (Rosyidin,
2003: 23) rabb adalah raja dan tuan, pada
kata tersebut mengandung makna ketuhanan, pendidikan, dan bimbingan
atau bantuan. Kata al-‘Âlamîn jamak dari ‘alam,
artinya alam itu banyak macamnya, selain alam Allah, ada juga alam manusia,
binatang dan tumbuhan.
Kata rabb dalam
surat Al-Fatihah ayat ke-2 semakna juga dengan kata rabb dalam
surat Ash-Shâffat: 180
“Mahasuci Tuhanmu yang mempunyai
keperkasaan dari apa yang mereka katakan”. Menurut Al-Hijazi, kata rabb mengandung
makna bahwa rububiyyah Allah mengarahkan pendidikan supaya
bersifat sejuk, penuh kasih sayang, perhatian, inspiratif dan menyenangkan atau
tidak membosankan. (Rosyidin, 2003: 24)
Al-Maraghi menjelaskan bahwa konsep pendidikan
yang terkandung dalam kata rabb pada dua ayat tersebut adalah
bahwa cakupan pendidikan itu meliputi fisik, perasaan, akal (intelektual),
bakat (potensi) dan jiwa, sehingga mencapai kesempurnaan kemanusiaannya menurut
pandangan Allah SWT. kemudian dia menjelaskan bahwa tujuan pendidikan itu
adalah untuk memberikan kesenangan dan kemuliaan antara guru dan murid tanpa
ada batas. (Rosyidin, 2003:25)
Sedangkan Ar-Raghib (Zakaria,
2008: 110) mendefinisikan rabb sebagai berikut;
إنشاء الشيئ
حالا فحالا إلى حدّ التّمام
Menjadikan sesuatu setahap
demi setahap, sampai batas yang sempurna.
Dengan
demikian dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, nilai tarbawi yang terkandung dalam ayat ini, yaitu:
a. Allah SWT. Dialah maha guru, yang pertama kali
mengajarkan ilmu pada manusia pertama, yaitu Adam as., maka segala ungkapan
puji dan syukur hanya untuk Allah yang maha suci, atas segala sifat-sifat-Nya
yang agung.
b.
Seorang
pelajar, murid ataupun peserta didik harus berterimakasih kepada guru atas budi
baiknya mendidik kita. Mendidik disini dalam artian tarbiyah, bukan
sekedar mendidik tapi juga membimbing, mengawasi, menjaga dan mengajarkan.
c.
Proses tarbiyah bukan
hanya sekedar mengajarkan saja, tapi juga membimbing, menuntun dan mendidik
sampai peserta didik memahami dan mempraktekan ilmunya.
Nilai tarbawi ialah suatu nilai yang mendidik atau pendidikan. Pendidikan
itu meliputi fisik, perasaan, akal (intelektual), bakat (potensi) dan jiwa,
sehingga mencapai kesempurnaan kemanusiaannya menurut pandangan Allah SWT.
Dialah maha guru, yang pertama kali mengajarkan ilmu pada manusia, maka segala
ungkapan puji dan syukur hanya untuk Allah yang maha suci, atas segala
sifat-sifatNya yang agungmurid ataupun peserta didik harus berterimakasih
kepada guru atas budi baiknya mendidik kitatapi juga membimbing, menuntun dan
mendidik sampai peserta didik memahami dan mempraktekan ilmunya.
4.3. Makna Ijmali
Surat Al-Fatihah ayat ke-2 merupakan salah
satu ayat yang sering dibaca, baik ketika shalat maupun di luar shalat. Kalimat
الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ juga sering kali diucapkan sebagai
ungkapan rasa syukur atas segala bentuk nikmat yang Allah amanatkan kepada
manusia.
Makna ربّ العالمين menurut Imam Asy-Suyuti dan Al-Mahalli
mengemukakan bahwa: (Tuhan semesta alam) artinya Allah adalah yang
memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat,
hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing mereka disebut alam. Oleh
karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafadz 'Al-`Aalamiin' merupakan
bentuk jamak dari lafadz '`Aalam', yaitu dengan memakai huruf ya’ dan huruf nun
untuk menunjukan makhluk berakal. Kata 'aalam berasal dari kata `Alaamah (tanda)
mengingat bahwa alam merupakan tanda bagi adanya yang menciptakannya. (Hidayat,
2010: 1)
Adapun
Imam Abul Fida Ibnu Katsir Ad-Dimasqy (1986, 1: 23-26) menafsirkan
ayat ini dengan terlebih dahulu mengemukakan perbedaan membaca diantara ahlul
quraa,
القراءالسبعة على ضم الدال في قوله الحمد لله هومبتدأ و خبر وروي عن
صفيان بن عيينه رؤبة العجاج انّهما قال (الحمدَ لله) باالنصب و هو على إضمار
فعل وقرأ ابن عبلة (الحمدُ لله) بضم الدال واللام إتباعا للثاني الأول
وله شواهد لكنّه شاذ وعن الحسن وزيد بن علي (الحمدُ لله) بكسر الدال إتباعا
للاوّل الثاني
Al-qurra’ as-Sab’ah (tujuh
ahli qira’ah) membacanya dengan memberi harakat dhammah pada huruf
dal الحمدُ لله,
yang merupakan mubtada (subjek) dan khobar (predikat). Diriwayatkan dari Sufyan
ibn Uyainah dan Ru’bah al-‘Ajaj, bahwa mereka berpendapat الحمدَ لله dinasabkan karena
menyembunyikan fi’il. Adapun Ibn Ablah membacanya dengan mendomahkan
dal الحمدُ لله karena
mengikuti kepada kata kedua pertama, ia juga memiliki beberapa saksi akan
tetapi syad, dan Al-Hasan serta Zaid ibn Ali membacanya dengan mengkasrahkan
dal الحمدِ لله karena
mengikuti kata pertama kedua.
قال أبو
جعفربن جرير معنى (الحمد لله) الشكر لله خالصا دون سائرما يعبد من دونه , ودون كل
ما برأ من خلقه بما انعم على عباده من انعم اللتي لا يحصيها العدد , ولا يحيط
بعددها غيرأحد
Abu Ja’far bin Jarir mengatakan: Alhamdulillah berarti syukur kepada Allah semata dan
bukan kepada sesembahan selainNya, bukan pula pada makhluk yang telah
diciptakanNya, atas segala nikmat yang telah Dia anugrahkan kepada
hamba-hambaNya yang tak terhingga jumlahnya, dan tak ada seorangpun selain Dia
yang tahu jumlahnya.
Lebih
lanjut Ibnu Jarir (Ibnu Katsir, 1986:1:25) menyebutkan: Dikalangan para
ulama Mutaa’khirin, Alhamdu adalah pujian melalui ucapan
kepada yang berhak mendapatkan pujian disertai penyebutan segala sifat- sifat
baik yang berkenaan dengan dirinya maupun berkenaan dengan pihak lain. Adapun Asy-Syukru dilakukan
terhadap sifat-sifat yang berkenaan dengan selainnya, yang disampaikan melalui
hati, lisan, dan anggota badan.
Akan
tetapi mereka berbeda pendapat mengenai mana yang lebih umum, Al-Hamdu ataukah Asy-Syukru. Mengenai
hal ini terdapat dua pendapat.Dan setelah diteliti antara keduanya terdapat
keumuman dan kekhususan.
Al-Hamdu lebih umum daripada Asy-Syukru, karena
terjadi pada sifat-sifat yang berkenaan dengan diri sendiri dan juga pihak
lain, misalnya anda katakan: “Aku memujinya (Al-Hamdu) karena
sifatnya yang ksatria dan kedermawanannya.” Tetapi juga lebih khusus karena
hanya bisa diungkapkan melalui ucapan. Sedangkan Asy-Syukru lebih
umum daripada Al-Hamdu, karena ia dapat diungkapkan melalui
ucapan, perbuatan, dan juga niat. Tetapi lebih khusus, karena tidak bisa
dikatakan bahwa aku berterimakasih kepadanya atas sifatnya yang ksatria, namun
bisa dikatakan aku berterima kasih kepadanya atas kedermawanan dan kebaikannya
kepadaku.
Dengan demikin dapat ditarik garis besarnya bahwa الحمدُ لله merupakan segala pujian yang dihaturkan hanya
untuk Allah semata karena sifat-sifatNya yang agung, diungkapkan melalui lisan.
Berbeda halnya dengan الشكر yang
berarti pujian karena kebaikan yang berupa nikmat atau pemberian, lafadz ini
bisa digunakan kepada Allah ataupun manusia, dan diungkapkan bisa berbentuk
lisan, perbuatan ataupun hati.
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ, rabb memiliki beberapa
arti; berarti tuan yang ditaati, yang membereskan, raja, seorang penguasa
yang wajib mengishlahkan, Rabb adalah Tuan, pengurus yang menguasai orang
yang diurusnya dan yang mengatur semua kebutuhannya. kata ربّ- يرب- ربّ yang semakna
dengan نمّ- ينمّ- نمّ (tumbuh),
lafadz ini merupakan sifat Musabbahah, mashdarnya semakna dengan
lafadz التربية, yang berarti: Menyampaikan
sesuatu sampai sempurna sesuatu tersebut. Rabb tidak bisa digunakan untuk
menyebut manusia atau makhluk, kecuali jika didafatkan dengan kata lain seperti:
Rabb Al-Bait (pemilik rumah). (Ibnu Katsir, 1986:1:26).
الْعَالَمِيْنَ bentuk jama’ dari الْعَالَم, yang berarti alam: Alam manusia,
alam hewan, alam tumbuhan dan sebagainya. Kata tersebut diatas merupakan isim
jinsi yang tidak ada bentuk mufradnya, karena baik الْعَالَمِيْنَ ataupun الْعَالَمِ bermakna jama, seperti
halnya kata قوم dan رهط yang berarti kelompok atau golongan.
(Ibnu Katsir, 1986:1:26)
Setiap
pujian yang indah hanya milik Allah SWT. Karena Dialah sumber semua kehidupan.
yakni Dialah yang menguasai seluruh alam, mengatur mereka dari penciptaan
hingga akhir dan memberi sesuatu yang baik dan islah bagi mereka. Maka, hanya
bagiNya lah segala puji yang baik dan ungkapan syukur atas kebaikanNya.
Umar Yusuf
Hamzah (Rosyidin, 2009:19) Mengemukakan, bahwa secara umum kata tarbiyah dapat
dikembalikan pada tiga akar kata yang berbeda: يربو
ربا yang semakna dengan ينمو نما berkembang, ربي- يربي yang berarti tumbuh, dan ربّ- يربّ yang bermakna memperbaiki, mengurus,
memimpin, menjaga, memelihara dan mendidik.
Dalam
litelatur bahasa arab, selain kata tarbiyah terdapat empat
kata lain yang sering kali diartikan pendidikan atau pengajaran; Ta’lim,
Tadris, Tahdzib, dan Ta’dib. Tarbiyah merupakan pendidikan
menyeluruh terhadap manusia yang meliputi; jasmani, akal, akhlak, sosial,
emosional, estetika dan lain sebagainya, tarbiyah juga berlangsung
secara kontinu. (Rosyidin, 2009:20)
Ta’lim lebih menekankan pada aspek kognitif
dan keterampilan, secara bahasa ta’lim semakna dengan Al-I’lam,
yakni pemberitahuan informasi. Proses ta’lim dilakukan secara
berulang-ulang sehingga dapat diingat. Ta’lim tidak menuntut
lebih dari guru yang melaksanakan pengajaran, peserta didik hanya harus
memperhatikan dan mendengarkan materi yang disampaikan guru. (Rosyidin,
2009: 20-21)
Tadris merupakan bentuk masdar dari (درس) darasa
(يدرس) yadrusu, yang berarti membaca dengan terus-menerus, berulang-ulang agar
dihapal. Selanjutnya tadris diartikan mengajar. Proses tad’ris memiliki
beberapa tahapan; membacakan, membicarakan, menjelaskan, mengimlakan, menulis,
membandingkan, menganalisis, menilai dan menyimpulkan. (Rosyidin,
2009: 22)
Tahdzib bermakna membersihkan, membetulkan,
memperbaiki agar terhindar dari hal-hal yang tidak perlu, dan membersihkan yang
sudah ada. Aziz Salim mendefinisikan tahdzib dengan pembinaan
akhlak, perbaikan prilaku, pembangkitan nurani, penajaman cita-cita dan
pendidikan kemauan atas asas-asas keislaman, hingga akan terbentuk insan muslim
yang sebenarnya.
(Rosyidin, 2009: 23)
Ta’dib berarti budi pekerti yang baik, prilaku terpuji,
sopan santun, melatih jiwa dan memperbagus akhlak. Dengan kata lain ta’dib berarti
pendidikan adab, akhlak, etika, prilaku. (Rosyidin, 2009: 24)
Al-Maragi (1974,
1: 30) membagi tarbiyah dalam dua kategori;
Tarbiyah Allah terhadap
manusia terdapat dua;
(1) Tarbiyah
Khalqiyyah, yang berupa pertumbuhan anggota badan, hingga mencapai
kematangan, juga berupa bertambah kuat psikis dan akal.
(2) Tarbiyah
Diniyyah Tahdzibiyyah, berupa sesuatu yang di ilhamkan kepada beberapa
individu, untuk menyampaikan kepada setiap manusia sesuatu yang dapat
menyempurnakan akal pikiran dan membersihkan diri-diri mereka. Manusia tidak
bisa mensyariatkan suatu beribadah, tidak pula menghalalkan sesuatu dan
mengharamkan yang lainnya kecuali atas izin Allah SWT.
Sependapat
dengan ungkapan Al-Maragi diatas, dengan istilah yang berbeda As-Sa’adi
(1: 39) juga membagi Tarbiyah Allah SWT. Kepada makhlukNya kepada dua bagian;
a. Umum, yakni
berupa penciptaan Makhluk, memberi rizki, memberi hidayah untuk kemaslahatan
mereka, yang hidayah itu didalamnya terdapat kekekalan di dunia.
b. Khusus, tarbiyah Allah terhadap para
peminpin mereka, Allah memelihara mereka dengan keimanan, memberi taufik kepada
mereka, menyempurnakan mereka, membayar dari mereka perubahan-perubahan dan
sesuatu yang menyibukan hubungan diantara Dia dan mereka. Hakikatnya: Memelihara
keberhasilan untuk setiap kebaikan, menjaga dari setiap kejelekan. Barangkali
inilah makna rahasia dibalik banyaknya seruan para nabi dengan menggunakan
lafadz rabb, karena sungguh setiap permintaan mereka berada dibawah
pemeliharaan Allah SWT. Kandungan
nilai pendidikan terdapat pada setiap kata dalam surat Al-Fatihah diantaranya:
(1) Bismilla, maksudnya: saya memulai
membaca Al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik,
hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih
hewan dan sebagainya. Allah ialah nama dzat yang Maha Suci, yang berhak
disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhlukNya, tapi
makhluk yang membutuhkanNya. Ar-Rahmaan (Maha Pemurah): Salah satu nama Allah
yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karuniaNya kepada makhlukNya,
sedang Ar-Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah Senantiasa
bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmatNya kepada
makhlukNya. Sebagai manusia yang baik, selalu melakukan sesuatu yang baik,
dalam ayat ini kita disuruh untuk menjadi orang yang selalu ingat Allah
dimanapun kapanpun dan dalam situasi apapun, termasuk setiap akan melakukan
sesuatu. hal ini memberi kesan bahwa ayat ini mengajak kita untuk menjadi orang
yang selalu terdidik dan terbimbing oleh Allah SWT.
(2) Alhamdu (segala puji). Memuji orang
adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri.
Maka memuji Allah berrati: MenyanjungNya karena perbuatannya yang baik. Lain halnya
dengan syukur yang berarti: Mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang
diberikannya. Kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena Allah
sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji. dalam ayat ini kita didik
untukselalu bersyukur atas semua nikmat yang kiat terima. dengan demikian
pendidikan dan pembentukan karakter manusia yang selalu muda berterima kasih,
pribadi yang murah dan suka mengucapkan rasa syukur, baik dengan ucapan maupun
perbuatan. ayat ini mendidik kitauntuk menjadi mausia yang selalu menerima
segala sesuatu dengan lapang dada, dengan rasa terima kasih dan hormat atas
semua yang diberikan kepada kita baik yang kita rasakan enak maupun tidak enak.
(3) Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan yang
ditaati yang Memiliki, Mendidik dan Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai
selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (Tuan
Rumah). 'Alamiin (Semesta Alam): Semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari
berbagai jenis dan macam, seperti: Alam manusia, alam hewan, alam
tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua
alam-alam itu. kita diajarkan untuk menjadi pendidik di alam ini, pendidik bagi
semua tanpa pandang siapa yang akan kita didik, yang jelas mengarah kepada pembentukan
anak didik yang baik dimata manusia dan di mata Allah SWT.
(4) Maalik (Yang Menguasai) dengan
memanjangkan mim, ia berarti: Pemilik dapat pula dibaca dengan Malik (dengan
memendekkan mim), artinya: Raja. Allah sebagai raja didunia dan akherat. Untuk
meneladani hal oini kita dianjurkan untuk menjadi raja bagi diri sendiri. Kita di
didik untuk menjadi sosok manusia yang mampau menjadi penguasa atas diri sendiri.
dengan menguasai diri sendiri, maka kita telah didik oleh diri sendiri menjadi
pribadi yang kuat, pantang menyerah dan tangguh. Dengan pribadi seperti itu
kita akan makin dekat dengan Allah, karena kita telah mampu menguasai diri dari
penjajahan hawa nafsu kita sendiri dan berusaha mengarahkannya kejalan yang di
sukai oleh Allah SWT.
(5) Yaumiddin (Hari Pembalasan): Hari yang
diwaktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik
maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga Yaumulqiyaamah, Yaumulhisaab, Yaumuljazaa'
dan sebagainya. Kita didik untuk selalu menerima orang lain apa adanya, pakah
ia baik maupun buruk. Dengan menerima keadaan mereka apa adanya kita akan sadar
bahwa Allah menciptakan manusia beragam, sehingga kita tidak ada pilih kasih,
akan tetapi kita menerima orang apa adanya, sesuai dengan keadaan mereka, buka
diukur oleh keadaan kita.
(6) Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: Kepatuhan
dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah SWT,
sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai
kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
(7) Nasta'iin (Minta Pertolongan),
terambil dari kata isti'aanah: Mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan
suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. Kita didik
oleh Allah untuk menjadi generasi yang suka ibadah, generasi yag suka berdoa,
generasi yang dekat dengan Allah. Generasi yang mencintai shalat, dan generasi
yang menyukai dan memakmurkan rumah Allah.
(8) Ihdina (Tunjukilah Kami), dari kata
hidayaat: Memberi petunjuk kesuatu jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat
ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik. Kita dididik
oleh Allah SWT untuk selalu menjadi pribadi yang selalu menunjukkan kebenaran
kepada orang lain, kiat juga dituntut untuk enjadi generasi yang jujur, lurus
dan benar. intinya kita didik oleh Allah untuk menjadi generasi, menjadi
manusia yang lurus jalan hidupnya, lurus dalam arti sikap dan perbuatannya disukai
oleh manusia dan Allah SWT.
(9) Yang dimaksud dengan mereka yang
dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran
Islam. Kita didik oleh Allah untuk menghindari jlan yag dimurkaioeh Allah. hal
ini memberi kesan bahwa Allah mendidik manusia untuk menjauhisegala sesuatuyang
dimurkai oleh Allah.
Makna ijmali berarti mempunyai arti yang sangat
besar dan agung, karena Surat Al-Fatihah salah satu surah yang sering dibaca,
baik ketika shalat maupun di luar shalat, juga sering kali diucapkan sebagai
ungkapan rasa syukur atas segala bentuk nikmat yang Allah. Allah adalah yang
memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat,
hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing mereka disebut alam, Oleh
karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Berarti syukur kepada
Allah semata dan bukan kepada sesembahan selainNya, bukan pula pada makhluk
yang telah diciptakanNya, atas segala nikmat yang telah Dia anugrahkan kepada
hamba-hambaNya yang tak terhingga jumlahnya, dan tak ada seorangpun selain Dia
yang tahu jumlahnya. yang disampaikan melalui hati, lisan, dan anggota badan,
Tetapi lebih khusus, karena tidak bisa dikatakan bahwa aku berterimakasih
kepadanya atas sifatnya yang ksatria, namun bisa dikatakan aku berterima kasih
kepadanya atas kedermawanan dan kebaikannya kepadaku, Karena Dialah sumber
semua kehidupan.
4.4. Kandungan Umum Surat Al-Fatihah
Menurut bey Arifin terdapat beberapa
kandungan dalam surat Al-Fatihah yang kesemuanya memiliki nilai-nilai
pendidikan diantaranya: Kandungan umum
surat Al-Fatihah, Kandungan tauhid atau aqidah, Kandungan hukum, dan Kandungan
nasihat.
Ketika membahas nama-nama surat Al-Fatihah, telah
disampaikan secara singkat bahwa surat Al-Fatihah mengandung seluruh ilmu Al-Quran,
yang biasa diistilahkan para ulama dengan Maqâshid As-Sûrah. Dengan
memahami kandungan global suatu surat dalam Al-Qur’an, seorang hamba akan
sangat terbantu dalam menghayati makna rinci ayat-ayat surat tersebut. Dengan kandungan tauhid atau aqidah,
kandungan hukum, dan kandungan nasehat.
4.4.1. Kandungan
Tauhid atau Akidah
Pelajaran
tauhid dalam surat mulia ini amat beragam. Di antaranya: pujian terhadap Allah Jalla
wa ‘Ala, sebagaimana dalam ayat kedua, ketiga dan keempat: (Segala
puji bagi Allah Rabb semesta alam. Yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang.Penguasa hari pembalasan). Kemudian, pengenalan tentang Allah ( تبرك وتعالى
)Tabaraka wa Ta’ala melalui penjelasan beberapa namanya; ( رب العالمين) Rabbul
‘Âlamîn, ( الرحمن) Ar-Rahmaan, (الرحيم
) Ar-Rahîm dan (الملك ) Al-Malik. Juga penegasan tentang
keberhakkan Allah akan peribadatan dan penyembahan para hambaNya, sebagaimana
dalam ayat kelima: (Hanya kepadaMu lah kami beribadah dan hanya kepadaMu
lah kami memohon pertolongan)”.
Kandungan tauhid yakni: sesuai dengan yang
terdapat pada الحمد لله رب
العالمين Terkandung Tauhid
Rububiyah (ketuhanan). Di dalam الرحمن الرحيم,
ملك يوم الدين terkandung tauhid Asma’ Wa Shifat (nama dan sifat).
Di dalam اياك نعبد واياك نستعين terkandung tauhid ibadah. Di dalamnya
juga terkandung bantahan bagi kaum yang menganggap alam semesta ini tidak
memiliki pencipta. Di dalam surat ini terkandung bantahan bagi mereka tatkala
ia menetapkan bahwa alam memiliki Rabb yang menciptakannya, sebagaimana
ditegaskan dalam kata رب العالمين. Sebab kata Rabb bermakna yang mencipta dan memelihara seluruh makhluk. Di dalam Surat Al-Fatihah juga terkandung bantahan bagi
orang-orang musyrik
yang beribadah kepada selain Allah
SWT. اياك
نعبد mengandung
pemurnian ibadah untuk Allah semata; sehingga di dalamnya terkandung bantahan
bagi orang-orang musyrik yang menyertakan selain Allah dalam beribadah
kepadaNya. Di dalamnya juga terkandung bantahan bagi berbagai kelompok umat ini
yang melenceng dari jalan kebenaran,
mereka tersesat dalam masalah takdir. Juga mengandung bantahan
bagi orang-orang yang menolak sifat-sifat Allah.
4.4.2. Kandungan
Hukum
Hukum
yang dikandung Al-Fatihah antara lain: Kewajiban untuk mengikhlaskan niat
seluruh ibadah hanya untuk Allah SWT semata, sebagaimana terkandung dalam ayat
kelima: (Hanya kepada-Mu lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu lah kami
memohon pertolongan)”.
Kandungan hukum ialah
peraturan Allah SWT yang telah ditetapkan oleh Allah kepada hambaNya, seperti
tentang hukumnya orang shalat, hukumnya ibadah haji, hukumnya puasa, hukumnya
zakat, hukumnya menikah, dan masih banyak lagi tentang hukum yang ditetapkan
oleh Allah. Tapi kesemuanya tentang hukum yang telah ditetapkanNya bila
dilaksanakan harus berdasarkan niat yang baik dengan kata lain mengikhlaskan
dan diserahkan semuanya hanya kepada Allah SWT, karena segala sesuatu itu yang
menentukan adalah Allah, manusia hanya berusaha dan berdoa dan segala sesuatu
itu tergantung pada niatnya sesuai hadist Nabi ( انما
اعمل باالنية ) artinya segala sesuatu
tergantung pada niatnya.
4.4.3. Kandungan
Nasehat
Banyak nasehat
yang dikandung surat agung ini. Di antaranya: Peringatan akan adanya hari
pertanggung jawaban amalan kita semua, sebagaimana diisyaratkan dalam ayat
keempat: (Penguasa hari pembalasan). Motivasi untuk meniti jalan yang
lurus; Yakni jalannya orang-orang yang Allah karuniai kenikmatan, sebagaimana
dalam ayat keenam dan ketujuh: (Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu
jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan). Juga peringatan dari
jalan kaum yang menyimpang, sebagaimana dalam ayat ketujuh: (Bukan jalan
mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat).
Nasehat adalah suatu kata yang
mempunyai pengarahan kearah yang lebih baik kedepanya. NasehatNya kepada
hamba-hambanya adalah agar selalu melaksanakan perintah Allah dengan penuh rasa
tanggung jawab dan mempunyai rasa adil terhadap orang lain terutama adil pada
diri sendiri. Karena pada hari pembalasan nanti Allah akan memintai pertanggung
jawaban atas apa yang telah diperbuat semasa hidup didunia. Maka kita harus
beriman pada hari akhir atau adanya hari pembalasan.
Motivasi
untuk meniti jalan yang lurus maksudnya orang harus selalu mecari dan memintak
petunjuk dari Allah dalam berbagai kegiatan atau urusan baik dunia maupun
akhirat. Bila tidak mau atas petunjuk Nya kemungkinan akan menjadi kafir
ataupun musysrik dan akan mendustakan kebenaran, berbuat dosa, akan mudah putus
asa. Karena tidak memiliki tempat bersandar dan berserah diri yang kokoh. Yakni jalannya orang-orang yang Allah karuniai
kenikmatan, yang dimaksud adalah orang mukmin, orang yang beriman terhadap yang
ghaib, mendirikan shalat, mendermakan sebagian hartanya, beriman kepada apa
yang diturunkan sebelum atau sesudah nabi Muhammad SAW, dan beriman kepada hari
akhir.
4.5.
Nilai – Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Surat Al-Fatihah
Nilai
pendidikan yang terdapat dalam surah Al-fatiha terbagi menjadi dua: Pertama Tarbiyah Khalqiyyah, yang berupa
pertumbuhan anggota badan, hingga mencapai kematangan, juga berupa bertambah
kuat psikis dan akal. Kedua Tarbiyah Diniyyah Tahdzibiyyah, berupa
sesuatu yang di ilhamkan kepada beberapa individu, untuk menyampaikan kepada
setiap manusia sesuatu yang dapat menyempurnakan akal pikiran dan membersihkan
diri-diri mereka. Dengan
rincian Nilai Pendidikan Pada Lafadz بسم الله الرحمن الرحيم Nilai Pendidikan Pada Lafadz الحمد لله رب العالمين Nilai Pendidikan pada Lafadz الرحمن الرحيم Nilai Pendidikan pada Lafadz ملك يوم الدين Nilai Pendidikan pada Lafadz اياك نعبد واياك نستعينNilai Pendidikan Pada Lafadz اهد ناالصراط المستقيم Nilai Pendidikan Pada Lafadzصراط الذين انعمت عليهم غيرالمغضوب عليهم ولاالضالين
4.5.1.
Nilai Pendidikan Pada Lafadz بسم الله
الرحمن الرحيم
Arti dari ayat tersebut “dengan menyebut nama allah yang maha pengasih lagi
maha penyayang”. Pada ayat ini memberikan pendidikan agar setiap manusia
memulai segala perbuatan dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pemurah Lagi
Maha Penyayang, bukan menyebut nama yang lainya. Dengan tujuan untuk menumbuhkan
relegiolitas manusia, sehingga dia melakukan pekerjaan apapun didasari niat
ibadah dan keikhlasan serta optimis akan pertolongan Allah SWT, disebut dengan
nilai transendental ilahiyah. (Anis,2010:47)
Setiap kita mau melakukan aktifitas dalam bidang apapun baik
politil, ekonomi, social, budaya, pendidikan, dan lain-lain haruslah dimulai Dengan menyebut
nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, karena semua hal tersebut yang
menentukan adalah Allah SWT kita hanya berusaha dan berdoa.
4.5.2.
Nilai Pendidikan Pada Lafadz الحمد لله رب العالمين
Segala uji bagi Allah, pemelihara seluruh alam.” Ibnu abbas berkata, “ الحمدلله itu kalimat syukur, maka
jika seseorang mengucapkan Alhamdulillah, Allah menjawab : Hambaku bersyukur
kepadaKu. Para musafir membedakan pujian dengan syukur yakni, syukur itu
pengakuan sepenuh hati atas nikmat yang telah diberikan oleh yang disyukurinya
dan syukur itu berawal dari hati yang tulus, memancar dalam wujud pekataan dan
perbuatan.( Ansi,2010:73 )
Hal tersebut mengandung pendidikan pembebasan, maksudnya manusia terbebas
dari mengkultuskan mahluk, membebaskan dari syirik, kedholiman, sifat putus
asa, dan kesombongan. Karena semua sifat-sifat tersebut bisa membuat kita lupa
kepada Allah dan akan membuat hati kita tertutup akan hidayah dan penjuknya.
4.5.3.
Nilai Pendidikan pada Lafadz الرحمن
الرحيم
Yang maha pemurah lagi maha pengasih. Pada ayat ini memberikan pelajaran
atau pendidikan kepada para penguasa dan pemegang wewenang agar dapat
menjalankan tugasnya senantiasa bertindak berdasakan rasa kasih sayang. Demikian
pula Allah maha pendidik, maka bila mendidik juga harus berdasarkan kasih
sayang.
Pendidikan berdasarkan rasa kasih sayang akan menghindarkan peserta didik
dari rasa cemas. Salah satu penyebab rasa cemas adalah kurangnya rasa kasih
sayang. Rasa cemas akan mengakibatkan pada anak sulit tidur, takut, kurang
percaya diri, dan menderita. Sehingga menghambat pertumbuhan psikisnya.
Menunjukan bahwa kasih sayang adalah nilai yang sangat penting dalam
pendidikan, maka harus menjadi pegangan oleh para pendidikdalam mengembanngkan
potensi peserta didik.
4.5.4.
Nilai Pendidikan pada Lafadz ملك يوم
الدين
Yang memiliki hari pembalasan. Allah SWT sebagai penguasa raja memiliki
kekuasaan penuh untuk memerintah, melarang, dan memberi balasan paling adil
kepada manusia. Tergambar dalam benak adalah raja yang baik, yang kasih sayang,
kepada rakyat, raja yang sekaligus pemelihara dan pendidik, raja yang menegakan
keadilan, memberikan balasan pahala kepada yang berbuat baik dan memberi
hukuman kepada mereka yang melanggar peraturanNya.
Jadi nilai pendidikan yang diambil keadilan sesuatu yang harus digunakan
sebagai acuan dalam proses pendidikan. Orang tua harus adil kepada
anak-anaknya, guru harus adil kepada murid-muridnya, kyai harus adil kepada
santri-santrinya, dan lainya.
4.5.5.
Nilai Pendidikan pada Lafadz اياك نعبد
واياك نستعين
Hanya kepadamu aku beribadah, dan hanya kepadamu kami memohon pertolongan.
Pada ayat ini memberikan pelajaran kepada manusia agar dengan sepenuhnya selalu
menyembah dan memintak pertolongan kepada Allah bukan dengan selainya Allah dan
menumbuhkan keyakinan yang kuat. Bahwa segala sesuatu itu sudah diatur oleh
Allah SWT. Dan yang pantas untuk dimintai pertolongan adalah Allah dan Dia
tempat sebaik-baik untuk dimintai pertolongan.
4.5.6.
Nilai Pendidikan Pada Lafadz اهد ناالصراط
المستقيم
Tunjukanlah kami jalan yang lurus. Disini dapat diambil pendidikanya
mengenai hidayah atau petunjuk ada empat yaitu: naluri, indra, akal, dan
agama.(Al-Maraghi,tt:35)
Bahwa kita harus menjalankan segala apa yang diberikan Allah kepada kita
dijalankan dengan sebaik-baiknya. Naluri kita harus berdasarkan syari’at yang
telah allah tentukan didalam hukum-hkumnya, indra dipergunakan sesuai dengan
manfaatnya masing-masing sesuai dengan petunjuka Allah, akal dipergunakan untuk
mencari solusi dan ide yang bertujuan untuk kemaslahatan umat, sedangkan agama
selalu menjaga dan melestarikan agamanya Allah dengan tulus dan ikhlas.
4.5.7.
Nilai Pendidikan Pada Lafadzصراط الذين
انعمت عليهم غيرالمغضوب عليهم ولاالضالين
Yaitu jalan
orang-orang yang Engkau beri nikmat kepadanya; Bukan jalan mereka yang dimurkai
dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Ayat ini memeberikan jalan kebahagian
dan kenikmatan yang sesungguhnya.
Selain itu,
memberikan pengajaran kepada manusia agar mereka mempelajari sejarah umat
terdahulu sebagai iktibar. Diantara mereka ada yang hidup bahagia karena
ketaatan kepada Allah SWT, tapi ada juga yang mengalami penderitaan dan
kehancuran lantaran kekafiran.
Setelah mempelajari dari tafsiran surat Al-Fatihah dan isi kandungan surat Al-Fatihah
maka dapat diketahui nilai-nilai pendidikan dengan materi-materi diantaranya
ialah tentang materi: Ketauhidan, iman, saling menghargai, kemandirian, etos
kerja, cinta dan kasih sayang, adil, ikhlas, syukur, tawakal, kebersamaan/kerja
sama ( persatuan, hidayah, teguh pendirian, kreatif, demokratis, disiplin,
istiqomah, berdoa dan silaturahmi.
1.
Ketauhidan
2.
Iman
3.
Saling menghargai
4.
Kemandirian
5.
Etos
kerja, optimis, dan tidak putus asa
6.
Cinta dan kasing sayang
7.
Adil
8.
Ikhlas
9.
Syukur
10. Tawakal
11. Kebersamaa,
kerja sama ( persatuan )
12. Hidayah
13. Teguh
pendirian ( istiqomah )
14. Kreatif
dan demokratis
15. Disiplin
16. Berdoa
17. Silaturahmi
18. Jujur
19. Tanggung
jawab
20. Ibadah
Mengurai hal tersebut mengenai nilai-nlai
pendidikan dalam surat Al-Fatihah sangat luas mungkin hanya inilah yang dapat
terurai, berdasarkan beberapa sumber yang ada. Tapi nilai-nilai pendidikan
tersebut sudah cukup baik bila dilaksanakan didalam kehidupan sehari-hari. والله اعلم
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah membahas dasar teori dan mengadakan
pengolahan data, maka penulis dapat menyimpulkan:
5.1.Metode pendidikan dalam surat Al-Fatihah
setidaknya ada 6 metode yaitu: Metode pendidikan berbasis pembiasaan, metode
pendidikan berbasis kasih sayang, metode pendidikan berbasis ibadah, metode
pendidikan berbasis aqidah tauhid (iman), metode pendidikan berbasis
kebersamaan, dan metode
pendidikan berbasis ahlaq dilihat dari metode
penafsiran surat Al – Fatihah tahlily,
ijmaly, muqoron, dan maudlu’iy.
5.2.Konsep pendidikan dalam surat
Al-Fatihah dapat diteladani dengan memahaminya Surat Al-Fatihah dalam tafsir
Jalalain karangan Imam Jalaluddin
Al-Mahally dan Jalaluddin As-Shuyuty, nilai tarbawi dan makna ijmali antara
lain: Konsep pendidikan silaturahmi, Konsep pendidikan pembebasan, Konsep
pendidikan kasih sayang, Konsep pendidikan edutaiment, Konsep pendidikan murah
dan santun, Konsep pendidikan keadilan, Konsep pendidikan kejujuran, Konsep
pendidikan tanggung jawab, Konsep pendidikan ibadah, Konsep pendidikan
taukhid, Konsep pendidikan kebersamaan,
Konsep pendidikan umat satu, Konsep pendidikan persaudaraan, Konsep pendidikan
cooperative learning, Konsep pendidikan ( pendekatan proses kegiatan belajar
mengajar ), Konsep pendidikan kreatif, Konsep pendidikan demokratis, dan Konsep
pendidikan tawakal.
5.3.Terdapat beberapa kandungan
dalam surat Al-Fatihah yang kesemuanya memiliki nilai-nilai pendidikan
diantaranya: Ketauhidan, iman, saling menghargai, kemandirian, etos kerja,
cinta dan kasih sayang, adil, ikhlas, syukur, tawakal, kebersamaan/kerja sama (
persatuan, hidayah, teguh pendirian, kreatif, demokratis, disiplin, istiqomah,
berdoa dan silaturahmi. Juga Kandungan
umum surat Al-Fatihah yaitu: Kandungan tauhid atau akidah, Kandungan hukum, dan
Kandungan nasihat.
...... 5.3.1.
Kandungan Tauhid atau Aqidah
Pelajaran tauhid dalam surat mulia ini amat beragam. Di
antaranya: Pujian terhadap Allah Jalla wa ‘Ala, Kemudian, pengenalan
tentang Allah, penegasan tentang keberhakkan Allah akan peribadatan dan
penyembahan para hambaNya.
...... 5.3.2. Kandungan Hukum
Hukum yang
dikandung Al-Fatihah antara lain: Kewajiban untuk mengikhlaskan niat seluruh
ibadah hanya untuk Allah SWT semata.
...... 5.3.3. Kandungan Nasehat
Banyak
nasehat yang dikandung surat agung ini. Di antaranya: Peringatan akan adanya
hari pertanggung jawaban amalan kita semua, Motivasi untuk meniti jalan yang
lurus (Yakni jalannya orang-orang yang Allah karuniai kenikmatan), dan peringatan
dari jalan kaum yang menyimpang.
5.2. Saran
Peneliti mengharapkan karya tulis ini bisa
berguna untuk:
5.2.1.Untuk
memberikan sumbangsih pemikiran penulis tentang konsep, metode, dan nilai-nilai
pendidikan dalam Surat Al-Fatihah.
5.2.2.Dalam
penyampaian materi pendidikan Agama Islam hendaknya guru menerapkan metode pendidikan yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an terutama dalam surat Al-Fatihah.
5.2.3.Didalam
merencanakan suatu konsep pendidikan hendaknya guru atau seorang pendidik
menggunakan konsep dan perencanaan pendidikan yang terkandung dalam surat
Al-Fatihah.
5.2.4.Seorang
pendidik hendaknya mengajarkan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam
surat Al-Fatihah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman Shaleh, 1995. Didaktik Pendidikan Agama, Jakarta: Bulan Bintang
Abdulloh
Taufiq, Ambari hasan Muarif, Dahlan Abdul Aziz, Ensilkopedi Islam
cetakan ke-7, Jakarta : PT. Ichtiar Baru, 2001.
Adz Dzahabi, Dr.Muhammad
Husain At-Tafsir Wa Al-Mufassirun,Maktabah Syamilah
Al-bukhari,
1992. Terjemah Hadist Shahih Bukhari, Jilid
II, Jakarta.
Al-Husaini,
1999. Pendidikan Anak Menurut Islam,
Bandung.
Amin, Ghofur Saiful , Profil Para Mufasir
Al-Qur’an, Yogyakarta, Puataka Insan
Madani, 2008
As-Shabuni, Syeh Muhammad Ali. 2001. Ikhtisar Ulumul Qur’an
Praktis. Jakarta
Pustaka Amani
Bey Arifin. 1976. Samudera Al-Fatihah. Surabaya: Bina Ilmu
Departemen Agama RI. 2003, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, Jakarta
Faishol ,
Muhammad Analisis Struktural Tafsir Jalalain
Hadari Nawawi,
1985. Organisasi Sekolah dan
Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung
Agung
Imam Jalaluddin
Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi. 2012. Tafsir Jalalain.
Bandung: Sinar
Baru Algensindo
A. Dimyathi Nazrudin Badruzzaman, MA. Kisah-Kisah
Isro’iliyat dalam
Tafsir Munir ( Sinar baru Algensindo cet. 1 : 2005)
M. Alfatis Suryadilaga, dkk. Metodologi
ilmu tafsir (Teras : 2005)
M. Arifin, dkk,
1991. Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Universitas terbuka
Muhammad Ali, 1995. Penelifian Prosedur dan Pendidikan dan
Strategi, Bandung:
Angkasa.
Mahmud
Yunus, 1989. Kamus Arab Indonesia,
Jakarta
Oemar Hamalik, 1999. Mengajar-Azas-Metode-Teknik
Jilid I, Bandung: Pustaka
Martina.
Qurais
Sihab, 2000. Tafsir Al-Misbah. Jakarta:
Lentera Hati
Saifuddin Azwar, 2004, Metode
Penelitian, Cetakan V, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sirojuddin Abbas, Sejarah dan
Keagungan Madzhab Syafi’I halaman 229, (Pustaka
Tarbiyah Baru, cetakan ke-17,
2010)
Suharsimi Arikunto, 1986. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktis,
Jakarta:
Bina Aksara
Sutrisno Hadi, 1985. Metodologi Research I, Fakultas
Psikologi UGM, Yogyakarta
Tafsir Jalalain bi Hamisy
al-Qur’an al-Karim,Muassasah Ar-Royyan.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1987
Winarno
Surahmad, 1990. Pengantar Penelitian
Ilmiah, Bandung: Tarsito.
Muhammad Anis, 2010. Kuantum Al-Fatihah, Membangun Konsep
Pendidikan Berbasis Surat Al-Fatihah, cetaka pertama Yogyakarta:(PT.Pustaka
Insan Madani, anggota IKAPI).
Dani Hidayat, 2009, Tafsir Jalalain, Jalaluddin Asy-Syuyuthi & Jalaluddin Muhammad
Ibn Ahmad Al-Mahalliy
Tasikmalaya.
http://abuayaz.blogspot.com/2010/11/mengenal-kitab-tafsir-jalalain-html http://www.pesantrenvirtual.com
http://confiusemind-mindset.blogspot.com/
20122/09/surat-yang-wajib...html
http://demiharimu1401006. blogspot.com /2008/05/html
al fatihah AYAT KE 2
BalasHapusmencerahkan
BalasHapus