Selasa, 27 Januari 2015

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAT AL-FATIHAH KAJIAN TAFSIR JALALAIN KARANGAN IMAM JALALUDDIN AL-MAHALLY DAN JALALUDDIN AS-SUYUTHI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Surat Al-Fatihah yang merupakan surat pertama dalam Al Qur’an dan terdiri dari 7 ayat adalah masuk kelompok surat Makkiyyah, yakni surat yang diturunkan saat Nabi Muhammad di kota Mekah. Dinamakan Al-Fatihah, lantaran letaknya berada pada urutan pertama dari 114 surat dalam Al Qur’an. Para ulama bersepakat bahwa surat yang diturunkan lengkap ini merupakan intisari dari seluruh kandungan Al-Qur’an yang kemudian dirinci oleh surat-surat sesudahnya. Surat Al-Fatihah adalah surat Makkiyyah, yaitu surat yang diturunkan di Mekkah sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Surat ini berada di urutan pertama dari surat-surat dalam Al-Qur’an dan terdiri dari tujuh ayat. Tema-tema besar Al Qur’an seperti masalah tauhid, keimanan, janji dan kabar gembira bagi orang beriman, ancaman dan peringatan bagi orang-orang kafir serta pelaku kejahatan, tentang ibadah, kisah orang-orang yang beruntung karena taat kepada Allah dan sengsara karena mengingkariNya, semua itu tercermin dalam surat Al Fatihah.
Hal ini menunjukan keagungan dan kehebatan kandungan isi dari surat Al- Fatihah. Dan sangat mengherankan sekali bila surat yang dibaca beribu-ribu kali bahkan berjuta-juta kali dalam hidup, tidak dipahami isi kandungannya.
(Bey Arifin, 2005:xi).
Surat Al-Fatihah memiliki kandungan nilai pendidikan yang sangat luas, seperti pada ayat-ayatnya yaitu sabagai berikut:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم “saya berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk”
بسم الله الرحمن الرحيم  Arti dari ayat tersebut “dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Pada ayat ini memberikan pendidikan agar setiap manusia memulai segala perbuatan dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang, bukan menyebut nama yang lainya
  الحمد لله رب العالمين Segala puji bagi Allah, pemelihara seluruh alam.” Ibnu abbas berkata, “ الحمدلله itu kalimat syukur, maka jika seseorang mengucapkan Alhamdulillah, Allah menjawab : Hambaku bersyukur kepadaKu
   الرحمن الرحيم Yang maha pemurah lagi maha pengasih. Pada ayat ini memberikan pelajaran atau pendidikan kepada para penguasa dan pemegang wewenang agar dapat menjalankan tugasnya senantiasa bertindak berdasakan rasa kasih sayang
ملك يوم الدين  Yang memiliki hari pembalasan. Allah SWT sebagai penguasa raja memiliki kekuasaan penuh untuk memerintah, melarang, dan memberi balasan paling adil kepada manusia
 اياك نعبد واياك نستعين Hanya kepadamu aku beribadah, dan hanya kepadamu kami memohon pertolongan. Pada ayat ini memberikan pelajaran kepada manusia agar dengan sepenuhnya selalu menyembah dan memintak pertolongan kepada Allah bukan dengan selainya Allah dan menumbuhkan keyakinan yang kuat.
اهد ناالصراط المستقيم  Tunjukanlah kami jalan yang lurus. Disini dapat diambil pendidikanya mengenai hidayah atau petunjuk.
صراط الذين انعمت عليهم غيرالمغضوب عليهم ولاالضالين Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepadanya; Bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
Tafsir Jalalain memiliki nama asli adalah Tafsil Al-Qur’anil Adzim sebagaimana yang tertera pada cover depan, dibawahnya disertakan dua pengarangnya, yakni Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi. Karena ada dua nama jalaludin pada pengarang tafsir ini, maka kata jalal di tatsniyahkan sehingga menjadi Jalalain, yang kemudian dijadikan nama populer untuk tafsir ini Tafsir Jalalain. Kitab ini dikarang oleh dua orang Imam yang agung, yakni Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin Al-Suyuthi.
Jalaluddin Al-Mahalli bernama lengkap Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad Al-Imam Al-Alamah Jalaluddin Al-Mahalli. Lahir pada tahun 791 H/1389 M diKairo Mesir. Ia lebih dikenal dengan sebutan Al-Mahally yang dinisbahkan pada kampong kelahirannya. Sedangkan Al-Suyuthi bernama lengkap Abu Al-Fadhl Abdurrahman bin Abi Bakr bin Muhammad Al-Suyuthi. Beliau di lahirkan pada bulan rajab tahun 849 H dan ayahnya meninggal saat beliau berumur lima tahun tujuh bulan. Beliau sudah hafal Al-Qur’an di luar kepala pada usia delapan tahun dan mampu menghafal banyak hadist. Beliau juga mempunyai guru yang sangat banyak.Dimana menurut perhitungan muridnya, Al-Dawudi, mencapai 51 orang. Demikian juga karangan beliau yang mencapai 500 karangan.Beliau meninggal pada malam Jum’at 19 Jumadil Awal 911 H dirumahnya.
Setiap pengkaji tafsir Al-Quran pasti mengenal kitab tafsir ringkas yang disusun dua maestro ilmu tafsir, Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuti. Jalaluddin, yang berarti orang yang mengagungkan agama, adalah gelar yang diberikan kepada seorang ulama yang dianggap sangat ahli dalam bebarapa ranah ilmu. Dalam khazanah tasawuf, misalnya, nama Jalaluddin dinisbatkan kepada sufi besar Maulana Muhammad bin Muhammad Al-Qunuwi Al-Balkhi Ar-Rumi alias Jalaluddin Rumi.Karena disusun oleh dua Jalaluddin itulah kitab tafsir berusia empat abad yang menjadi rujukan wajib di banyak pesantren ini dinamakan Tafsir Jalalain, Tafsir Dua Jalal.
Dalam lembaga pendidikan Islam kajian kitab tafsir jalalain masih aktif dilaksanakan terutama pondok pesantren, penyusun tertarik untuk mengkaji kitab tersebut karena dinilai kitab tersebut sangat popular dan memiliki informasi-informasi penting yang menjadikan kitab ini terus menjadi rujukan ulama’.
Disinilah penyusun mencoba mengkaji dan membedah isi kandungan surat al fatihah dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Al-Fatihah (Kajian Tafsir Jalalain Karangan Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi). ”Walaupun terdiri dari tujuh ayat, namun isi kadungannya bagaikan samudera luas tiada batas, semakin diselami semakin tampak muatiara-mutiara yang terkandung di dalamnya.

1.2  . Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.    Apa metode pendidikan yang terdapat dalam surat Al-Fatihah?
2.    Bagaimanakah konsep pendidikan dalam surat Al-Fatihah?
3.    Apakah nilai-nilai pendidikan dalam surat Al-Fatihah ( kajian Tafsir Jalalain   karangan Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi ).

1.3.  Tujuan Penelitian
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu  persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I ). Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:           
a.    Untuk mengetahui metode pendidikan yang terdapat dalam surat Al-Fatihah.
b.    Untuk mengetahui konsep pendidikan dalam surat Al-Fatihah.
c.    Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan dalam surat Al-Fatihah ( kajian Tafsir Jalalain karangan Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi ).


1.4.  Kegunaan Penelitian
Adapun penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memiliki manfaat, yaitu sebagai berikut:
a.    Bagi peneliti, untuk menambah keilmuan atau wawasan penulis tentang nilai-nilai pendidikan.
b.    Bagi STKIP Nurul Huda, dapat dijadikan bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai bidang kajian yang sama
c.    Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan tentang nilai-nilai pendidikan.

1.5.  Definisi Operasional Istilah
Sebagai pedoman untuk pembahasan selanjutnya dan agar tidak terjadi kesalahan pahaman terhadap pengertian judul penelitian ini maka ada beberapa kata  yang perlu didefinisikan:
a.    Nilai
Nilai adalah harga, angka kepandaian, banyak sedikitnya isi, kadar, mutu, sifat-sifat (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1987:690). Nilai disini berarti sifat-sifat yang terkandung dalam surat Al-Fatihah.
b.   PendidikanAgama Islam
Pendidikan agama Islam adalah "Usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik/murid agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai way of life (jalan kehidupan)". (Abdurahman Shaleh, 1999:19)­. Berhubungan dengan Agama Islam dapat dikatakan bahwa ada beberapa pokok ajaran dalam agama Islam yaitu yang berkenaan dengan I'tikad atau keimanan, syariah amalilah atau perbuatan manusia dan tentang akhlak.
c.    Surat Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah yang merupakan surat pertama dalam Al Qur’an dan terdiri dari 7 ayat adalah masuk kelompok surat Makkiyyah, yakni surat yang diturunkan saat Nabi Muhammad dikota Mekah.

1.6.  Tinjauan Pustaka
Terdapat banyak pembahasan yang terkait dengan surat Al-Fatihah baik berupa makalah, penelitian, skripsi dan kajian-kajian dalam bentuk yang lain. Merujuk kepada penelitian-penelitian yang telah terdahulu peneliti mencoba mengkaji penelitian tentang nilai-nilai pendidikan dalam surat Al-Fatihah, dengan tetap merujuk kepada peneliti-peneliti terdahulu.
Setelah mencari hasil-hasil penelitian yang berkaitan tentang nilai-nilai pendidikan dalam surat Al-Fatihah, maka penulis menemukan beberapa kepustakaan yang terkait dengan penelitian yang akanpenulis angkat. Skripsi ini membahas nilai-nilai pendidikan dalam Surat Al-Fatihah (Kajian Tafsir Jalalain Karangan Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi).
Dalam Al-Qur’an, surat Al-Fatihah tercatat sebagai surat ke 1, yang terdiri dari 7 ayat. Secara umum, ayat demi ayat serta surat demi surat yang ada dalam al-Qur’an memanglah penting. Ia tetap menjadi landasan spiritual yang urgen bagi setiap muslim. Keseluruhan huruf demi huruf yang ada dalam Al-Qur’an menjadi pegangan teologis kaum muslimin yang tidak bisa ditawar lagi. Namun, secara spesifik, surat Al-Fatihah memiliki banyak “kelebihan” dibanding dengan surat-surat lain. Atau, setidaknya, ia memiliki keistimewaan berbeda dibandingkan dengan keistimewaan surat lain.
Kedudukan surat Al-Fatihah di dalam Al-Qur’an adalah sebagai sumber ajaran Islam yang mencakup semua isi Al-Qur’an.
عن ابى هريرة رضى الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الحمدلله اوالفاتحة ام القرأن ام الكتب السبع المثانى والقرأن العظيم. روه ترمذى بسند صحيح                                                        
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW: “Al-Hamdulillah (Al-Fatihah) adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, As-Sab’ul Matsaani dan Al-Qur’anul Adhim.”
(HR. At-Tirmidzi dengan sanad shahih).
Dinamakan dengan Ummul Kitab atau Ummul Qur’an, yaitu induk Al-Qur’an, karena di dalamnya mencakup inti ajaran Al-Quran.Surah Al Fatihah adalah 'Mahkota Tuntunan Ilahi.'Dia adalah 'Ummul Qur'an' atau 'Induk Al Qur'an." Banyak nama yang disandangkan kepada awal surah Al Qur'an itu. Tidak kurang dari dua puluh sekian nama. Dari nama-nama itu dapat diketahui betapa besar dampak yang dapat diperoleh bagi pembacanya. Tidak heran jika doa dianjurkan agar ditutup dengan الحمدلله رب العالمين atau bahkan ditutup dengan surah ini. (Qurais Sihab, 2000: 23).
Menurut Qurais Sihab kandungan Tematik Surah Al-Fatihah terdapat uraian tentang:
1.      Tauhid, yang dikandung oleh ayat-ayatnya yang pertama dan kedua.
الحمدلله   رب العالمين. الرحمن الرحيم.
2.      Keniscayaan Hari Kemudian, yang dikandung oleh ayatnya yang keempat.
 ملك يوم الدين.
3.         Ibadah yang seharusnya hanya tertuju kepada Allah dikandung oleh ayat:
 اياك نعبد.
4.         Pengakuan tentang kelemahan manusia dan keharusan meminta pertolongan hanya kepada-Nya dalam ayat:                       واياك نستعين, dan اهدناالصراط المستقيم.
5.        Keanekaragaman manusia sepanjang sejarah menghadapi tuntunan Ilahi; Ada yang menerima, ada yang menolak setelah mengetahui, dan ada juga yang sesat jalan, yaitu yang dikandung oleh ayat:
 صراط الذين انعمت عليهم غيرالمغضوب عليهم ولاالضالين.
Kelima hal pokok tersebut, Tauhid, keniscayaan Hari Kemudian, dan keikhlasan beribadah adalah dasar-dasar pokok ajaran Al-Qur'an. Sedang uraian yang terdapat dalam surah-surah lain tentang alam, manusia, dan sejarah merupakan cara-cara yang ditempuh oleh Al-Qur'an untuk mengantar manusia meraih, menghayati, dan mengamalkan persoalan-persoalan pokok itu.
Dalam menanamkan nilai-nilai luhur agama Islam sesuai dengan yang terkandung dalam Al-Qur’an yang diajarkan bukan untuk dihafal menjadi ilmu pengetahuan kognitif, tetapi adalah untuk dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Islam adalah agama yang menuntut kepada pemeluknya untuk mengerjakannya sehingga menjadi umat yang beramal saleh.
(M. Arifin, dkk, 1991:299). Sedangkan dalam penyampai nilai-nilai pendidikan terdapat alat yang sangat efektif berupa Suri tauladan.
(Oemar Hamalik, 1999:176).
Terdapat banyak tulisan yang memuat tentang nilai pendidikan dalam Islam berikut metode dan cara penyampaiannya, akan tetapi skripsi ini secara khusus lebih memfokuskan pada metode pendidikan, konsep pendidikan, dan nilai-nilai pendidikan dalam surat Al-Fatihah (kajian Tafsir Jalalain karangan Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi).

1.7.  Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library reaserch) (Lexy J. Maleong, 2001:2-3). Dimana datanya diperoleh dari sumber kepustakaan berupa buku-buku yang berkaitan dengan pokok penelitian, maka data penelitian dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Kajian pustaka dilakukan untuk menggali konsep-konsep, teori, data-data dari berbagai sumber literature yang ada dan kemudian dipergunakan sebagai kerangka dalam melihat dan menilai terhadap kondisi obyektif berbagai persoalan yang terjadi dilapangan.

2.  Pendekatan Penelitian
                  Metode yang dipakai dalam proses penelitian ini adalah filosofis konseptual. Filosofis adalah prosedur pemegahan masalah melalui proses berfikir rasional atau perenungan dalam bentuk pemikiran yang mendalam, mendasar, dan terarah pada penemuan hakikat (konsep) tenang sesuatu yang ada dan mungkin ada (Hadari Nawawi dan Mimi Martini, 1966:211). Dalam penelitian ini, pendekatan tersebut adalah untuk menggali pemikiran atau gagasan Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi tentang metode pendidikan, konsep pendidikan, nilai-nilai pendidikan dalam surat Al-Fatihah.

3.  Sumber Data
a.    Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer ini disebut juga dengan Data Tangan Pertama. (Saifuddin Azwar, 2004:91). Sumber data primer dalam penelitian ini adalah karya dan tulisan karangan Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi tentang pada nilai-nilai pendidikan dalam surat Al-Fatihah.
b.    Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder ini disebut juga dengan Data Tangan Kedua (Saifuddin Azwar, 2004:91). Data Sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Data sekunder ini dimaksudkan untuk membantu bahan penelitian, pembahasan dan analisis yang lebih komprehensif dalam penyusunan skripsi ini tentang metode pendidikan, konsep pendidikan, dan nilai-nilai pendidikan dalam Surat Al-Fatihah (Kajian Tafsir Jalalain Karangan Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi). Data sekunder ini diantaranya; Terjemahan Al-Qur’an Departemen Agama, Samudera Al-Fatihah dan buku-buku pendukung lainnya.
4.      Tekhnik Pengumpulan Data
Di dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode dokumentasi. Dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen-dokumen dan sebagainya.(Suharsimi Arikunto, 1997:149). Adapun dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dalam Terjemahan Al-Qur’an Departemen Agama, Samudera Al-Fatihah dan buku-buku pendukung lainnya.
5.      Tehnik Analisa Data
Setelah didapat data melalui pengumpulan data, maka dalam penganalisaannya penulis menggunakan kajian pustaka, maka kajian yang dimulai dengan pelaksanaan kepustakaan. Mengenal pustaka dan pengalaman orang lain berarti mencari teori-teori, konsep-konsep yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan, agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). (Suharsimi Arikunto, 1997:78). Sedangkan tahapan analisis data dalam kajian ini dapat diuraikan antara lain:
a.          Deskriptif yaitu, penelitian non hipotesis artinya dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.
b.         Komparasi, yaitu menemukan permasalahan melalui persamaan-persamaan dan perbedaan tentang ide-ide, tentang orang, kelompok, kritik terhadap orang terhadap suatu ide atau prosedur kerja. (Suharsimi Arikunto, 1997:245-248).

1.8 . Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pemahaman dalam penulisan penelitian ini, penulis membuat sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab yaitu:
Dalam Bab I Pendahuluan ini meliputi: Tentang latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Definisi operasional istilah, Tinjauan pustaka dan Metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II Metode Pendidikan dalam Surat Al-Fatihah. Mencakup: Pengertian Surat Al-Fatihah dan Keutamaannya,  Asbabun nuzul Surat Al-Fatihah, Biografi Pengarang Kitab Tafsir Jalalain, Tafsir Surat Al-Fatihah, Metode Pendidikan dalam Surat Al-Fatihah.
Bab III Konsep Pendidikan dalam Surat Al-Fatihah. Mencakup: Konsep dasar pendidikan, Perencanaan pendidikan dalam surah Al-Fatihah, Konsep pendidikan dalam surat Al – Fatihah (Konsep pendidikan silaturahmi, Konsep pendidikan pembebasan, Konsep pendidikan kasih sayang, Konsep pendidikan edutaiment, Konsep pendidikan murah dan santun, Konsep pendidikan keadilan, Konsep pendidikan kejujuran, Konsep pendidikan tanggung jawab, Konsep pendidikan ibadah, Konsep pendidikan taukhid,  Konsep pendidikan kebersamaan, Konsep pendidikan umat satu, Konsep pendidikan persaudaraan, Konsep pendidikan cooperative learning, Konsep pendidikan ( pendekatan proses kegiatan belajar mengajar ), Konsep pendidikan kreatif, Konsep pendidikan demokratis, dan Konsep pendidikan tawakal. Tujuan pendidikan, Materi pendidikan, dan Evaluasi pendidikan.
Bab IV Nilai-nilai Pendidikan dalam Surat Al-Fatihah. Mencakup: Tafsir surat Al-Fatihah dalam kitab tafsir jalalain, Tafsir Mufrodat,  Nilai Tarbawi, Makna Ijmali, Kandungan umum surat Al-Fatihah, Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat Al – Fatihah.
Bab V Penutup terdiri dari: Kesimpulan dan Saran-saran.


BAB II
METODE PENDIDIKAN DALAM SURAT AL-FATIHAH

2.1.  Pengertian Surat Al-Fatihah dan Keutamaannya
        2.1.1. Pengertian Surat Al-Fatihah
Al-Fatihah berasal dari kata (فتح) fataha, (يفتح) yaftahu, (فتحا) fathan yang berarti pembukaan yang dapat pula berarti kemenangan. Sedangkan fatihah dalam arti kemenangan dapat dijumpai pada nama surat yang ke-48 yang berjudul Al-Fath yang berarti kemenangan. (Qurais Sihab, 2000 )

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa surat Al-Fatihah:
a. Dilihat dari segi ajarannya yang memuat pokok-pokok ajaran yang terkandung dalam surat-surat lainnya dalam Al-Qur’an sering pula disebut sebagai Ummu Al-Qur’an dan Ummu Al-kitab. Nama lainnya yang diberikan kepada surat Al-Fatihah adalah Sab’u Min Al-Matsani ( tujuh yang diulang ).
b. Kandungan Surat Al-Fatihah
Pokok-pokok ajaran yang terkandung dalam surat Al-Fatihah sebagai berikut:
1.Berisi pokok-pokok ajaran tentang keimanan, yaitu beriman kepada Allah dan hari akhir.
2.Berisi pokok-pokok ajaran tentang ibadah, kata ibadah yang pada intinya ketundukkan untuk melaksanakan segala perintah Allah.
3.     Berisi pokok-pokok ajaran tentang hukum agama atau syari’ah.
4.      Berisi pokok-pokok ajaran tentang kisah.
( Syihab, 1997)
Surah Al-Fatihah terdiri dari 7 ayat. Dinamakan surah Al Fatihah, yang berarti 'Permulaan'. Surah Al Fatihah adalah ‘Mahkota’ Tuntunan Ilahi. Dia adalah 'Ummul Qur'an' atau “Induk Al Qur'an”. Banyak nama yang disandangkan kepada awal surah Al Qur'an itu. Tidak kurang dari dua puluh sekian nama. Dari nama-nama itu dapat diketahui betapa besar dampak yang dapat diperoleh bagi pembacanya. Tidak heran jika doa dianjurkan agar ditutup dengan  الحمدلله رب العالمين atau bahkan ditutup dengan surah ini. Dari sekian banyak nama yang disandangnya, hanya tiga atau empat nama yang diperkenalkan oleh Rasul SAW atau dikenal pada masa beliau, yakni Al Fatihah, Ummul Kitab (Induk Kitab) atau Ummul Qur'an (Induk Al Qur'an) dan As-Sab' Al-Matsani (tujuh ayatnya diulang-ulang) (Syihab, 1997:6). Kata fath yang merupakan akar kata nama ini berarti menyingkirkan sesuatu yang terdapat pada suatu tempat yang akan dimasuki. Tentu saja bukan makna harfiah itu yang dimaksud. Penamaannya dengan Al-Fatihah karena ia terletak pada awal Al-Qur'an dan karena biasanya yang pertama memasuki sesuatu adalah yang membukanya, kata Fatihah di sini berarti awal Al Qur'an. (Syihab, 1997:7).
Surah ini awal dari segi penempatannya pada susunan Al- Qur'an, bukan seperti dugaan segelintir kecil ulama bahwa ia dinamai demikian karena surah ini adalah awal surah Al-Qur'an yang turun. Dapat dikatakan juga bahwa bahwa Al-Fatihah adalah Pembuka yang sangat agung bagi segala macam kebajikan. (Aziz, 2008:156).
Dapat disimpulkan bahwa, surat Al-Fatihah adalah surat awal pada kitab suci Al-Qur’an atau induk Al-Qur’an sehingga dinamakan pembuka yang sangat agung, serta mengandung pokok-pokok ajaran tentang keimanan, yaitu beriman kepada Allah dan hari akhir, ibadah, hukum agama atau syari’ah dan kisah-kisah.

2.1.2.  Keutamaan Al-Fatihah
            Terdapat beberapa keutamaan dalam surat Al-Fatihah diantaranya: Surat yang Paling Agung, Surat Terbaik dalam Al-Qur’an, Al-Fatihah adalah Al-Qur’an Al-Azhim, Surat Ruqyah, Cahaya Untuk Ummat Islam, Penentu Sholat. ( Darussalam ).

Orang yang membaca Al-Fatihah akan mendapatkan balasan pahala yang besar di sisi Allah. Terlebih lagi jika membacanya dengan ikhlash, dan mentadabburi maknanya. Abu Sa’id bin Al-Mu’allaa ra, berkata:
كُنْتُ أُصَلِّيْ فَدَعَانِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ أُجِبْهُ, قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنِّيْ كُنْتُ أُصَلِّيْ, قَالَ سُوْرَةٍ مِنْ الْقُرْآنِ. قَالَ:: أَلَمْ يَقُلِ اللهُ: (اسْتَجِيْبُوْا لِلّهِ وَلِلرَّسُوْلِ إِذَا دَعَاكُمْ), ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُوْرَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ؟. فَأَخَذَ بِيَدِيْ, فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ, قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, إِنَّكَ قُلْتَ: لأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ (الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ), هِيَ السَّبعُ الْمَثَانِيْ وَاْلقُرْآنُ الْعَظِيْمُ الَّذِيْ أُوْتِيْتَه
Artinya:“Dulu aku pernah sholat. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam- memanggilku. Namun aku tak memenuhi panggilan beliau. Aku katakan, “Wahai Rasulullah, tadi aku sholat“. Beliau bersabda, “Bukankah Allah berfirman,“Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu“. (QS. Al-Anfaal: 24).
Kemudian beliau bersabda, “Maukah engkau kuajarkan surat yang paling agung dalam Al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid”?. Beliau pun memegang tanganku. Tatkala kami hendak keluar, maka aku katakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya tadi Anda bersabda, “Aku akan ajarkan kepadamu Surat yang paling agung dalam Al-Qur’an”. Beliau bersabda, “Alhamdulillahi Robbil alamin”.
Dia ( Surat Al-Fatihah)  adalah tujuh ayat yang berulang-ulang, dan Al-Qur’an Al-Azhim yang diberikan kepadaku”. (HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4720), Abu Dawud dalam Sunannya (1458), dan An-Nasa’iy dalam Sunannya (913)).
Al-Imam Ibnu At-Tiin Rahimahullah berkata saat menjelaskan makna hadits di atas, “Maknanya, bahwa pahalanya lebih agung (lebih besar) dibandingkan surat lainnya”. (Lihat Fathul Bari(8/158) karya Ibnu Hajar Al-Asqolaniy).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, Surat Al-Fatihah adalah surat yang paling agung, karena surat Al-Fatihah mempunyai pahala yang paling besar dibanding dengan surat yang lain bagi pembacanya bila membacana dengan ikhlas.

Surat Al-Fatihah merupakan surat terbaik, karena mengandung tauhid, ittiba’ (mengikuti) Sunnah, adab berdo’a, al-wala’ wal baro’, keimanan terhadap perkara gaib, dan lainnya. Ibnu Jabir radhiyallahu ‘anhu- berkata:
اِنْتَهَيْتُ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ إِهْرَاقَ الْمَاءَ فَقُلْتُ السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ فَقُلْتُ: السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ فَقُلْتُ السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ فَانْطَلَقَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْشِيْ وَأَنَا خَلْفَهُ حَتَّى دَخَلَ عَلَى رَحْلِهِ وَدَخَلْتُ أَنَا الْمَسْجِدَ فَجَلَسْتُ كَئِيْبًا حَزِيْنًا فَخَرَجَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ تَطَهَّرَ فَقَالَ : عَلَيْكَ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَ عَلَيْكَ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ و عَلَيْكَ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ ثُمَّ قَالَ اَلاَ أُخْبِرُكَ يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ جَابِرٍ بِخَيْرِ سُوْرَةٍ فِيْ الْقُرْآنِ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ                                                     : اِقْرَأْ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَتَّى تَخْتِمَهَا
Artinya:“Aku tiba kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedang beliau mengalirkan air. Aku berkata, “Assalamu alaika, wahai Rasulullah”. Maka beliau tak menjawab salamku (sebanyak 3 X). Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam- berjalan, sedang aku berada di belakangnya sampai beliau masuk ke kemahnya, dan aku masuk ke masjid sambil duduk dalam keadaan bersedih. Maka keluarlah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  menemuiku, sedang beliau telah bersuci seraya bersabda, “Alaikas salam wa rahmatullah (3 kali)”. Kemudian beliau bersabda, “Wahai Abdullah bin Jabir, maukah kukabarkan kepadamu tentang sebaik-baik surat di dalam Al-Qur’an”. Aku katakan, “Mau ya Rasulullah”. Beliau bersabda, “Bacalah surat Alhamdulillahi Robbil alamin (yakni, Surat Al-Fatihah) sampai engkau menyelesaikannya“. (HR.Ahmad dalam Al-Musnad (4/177).  Hadits ini dihasankan oleh Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (no. 17633)).
Mengenai surah Al-Fatihah dari pembahasan diatas yakni, karena surah Fatihah mencakup seluruh kandungan dari surah yang lainya sehingga menjadi sebaik-baik surat dalam Al-Qur’an yakni, tauhid, ittiba’ mengkut sunah, adab berdoa, Al-Wala’ Wal Baro’, keimanan terhadap perkara ghoib, akhlak, sejarah, hukum, nasehat, dan lain sebagainya.

3.    Al-Fatihah adalah Al-Qur’an Al-Azhim
Surat Al-Fatihah dinamai oleh Allah dengan “Al-Qur’an Al-Azhim”, padahal Al-Qur’an Al-Azim bukan hanya Al-Fatihah, masih ada surat-surat lainnya yang berjumlah 113. Namun Allah azza wa Jalla menamainya demikian karena kandungan Al-Fatihah meliputi segala perkara yang dikandung oleh Al-Qur’an Al-Azhim secara global. Wallahu A’lam bish showab. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُمُّ الْقُرْآنِ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِيْ وَالْقُرْآنُ الْعَظِيْمُ
Artinya:“Ummul Qur’an (yakni, Al-Fatihah) adalah tujuh ayat yang berulang-ulang, dan Al-Qur’an Al-Azhim“. (HR. Al-Bukhoriy dalam Shohihnya (4427), Abu Dawud dalam Sunan-nya (1457), dan At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (3124)).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa didalam surat Al-Fatihah yang terdiri dari tujuh ayat itu terdapat kandungan seluruh isi Al-Qur’an yang didalamnya terdapat berbagai macam perkara yang dapat dijadikan pedoman bagi umat islam salah satunya keagungan Allah SWT(pencipta, penguasa seluruh alam, segala puja dan puj milkNya).

4.    Surat Ruqyah
Al-Qur’an seluruhnya bisa digunakan dalam meruqyah. Namun secara khusus Al-Fatihah pernah dipergunakan oleh para sahabat dalam meruqyah sebagian orang yang tergigit kalajengking. Dengan berkat pertolongan Allah, orang yang digigit kalajengking tersebut sembuh kala itu juga. Kisahnya dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu, ketika beliau berkata:
انْطَلَقَ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ سَفْرَةٍ سَافَرُوْهَا حَتَّى نَزَلُوْا عَلَى حَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوْهُمْ فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوْهُمْ فَلُدِغَ سَيِّدُ ذَلِكَ الْحَيِّ فَسَعَوْا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ شَيْءٌ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لَوْ أَتَيْتُمْ هَؤُلاَءِ الرَّهْطَ الَّذِيْنَ نَزَلُوْا لَعَلَّهُ أَنْ يَكُوْنَ عِنْدَ بَعْضِهِمْ شَيْءٌ فَأَتَوْهُمْ فَقَالُوْا: يَا أَيُّهَا الرَّهْطُ إِنَّ سَيِّدَنَا لُدِغَ وَسَعْيُنَا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ فَهَلْ عَنْدَ أَحَدٍ مِنْكُمْ مِنْ شَيْءٍ ؟ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: نَعَمْ وَاللهِ إِنِّيْ لأَُرْقِي وَلَكِنْ وَاللهِ لَقَدْ اسْتَضَفْنَاكُمْ فَلَمْ تُضَيِّفُوْنَا فَمَا أَنَا بِرَاقٍ لَكُمْ حَتَّى تَجْعَلُوْا لَنَا جُعْلاً فَصَالَحُوْهُمْ عَلَى قَطِيْعٍ مِنَ الْغَنَمِ فَانْطَلَقَ يَتْفُلُ عَلَيْهِ وَيَقْرَأُ  الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . فَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ فَانْطَلَقَ يَمْشِي وَمَا بِهِ قَلَبَةٌ . قَالَ: فَأَوْفَوْهُمْ جُعْلَهُمُ الَّذِيْ صَالَحُوْهُمْ عَلَيْهِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: اقْسِمُوْا فَقَالَ الَّذِيْ رَقِيَ: لاَ تَفْعَلُوْا حَتَّى نَأْتِيّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَذْكُرَ لَهُ الَّذِيْ كَانَ فَنَنْظُرَ مَا يَأْمُرُنَا فَقَدِمُوْا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ فَذَكَرُوْا لَهُ فَقَالَ: وَمَا يُدْرِيْكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ . ثُمَّ قَالَ: قَدْ أَصَبْتُمْ اقْسِمُوْا وَاضْرِبُوْا لِيْ مَعَكُمْ سَهْمًا                                   . فَضَحِكَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
Artinya:”Ada beberapa orang dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam-pernah berangkat dalam suatu perjalanan yang mereka lakukan sampai mereka singgah pada suatu perkampungan Arab. Mereka pun meminta jamuan kepada mereka. Tapi mereka enggan untuk menjamu mereka (para sahabat). Akhirnya, pemimpin suku itu digigit kalajengking. Mereka (orang-orang kampung itu) telah mengusahakan segala sesuatu untuknya. Namun semua itu tidak bermanfaat baginya. Sebagian diantara mereka berkata, “Bagaimana kalau kalian mendatangi rombongan (para sahabat) yang telah singgah. Barangkali ada sesuatu (yakni, obat) diantara mereka”. Orang-orang itu pun mendatangi para sahabat seraya berkata, “Wahai para rombongan, sesungguhnya pemimpin kami tersengat, dan kami telah melakukan segala usaha, tapi tidak memberikan manfaat kepadanya. Apakah ada sesuatu (obat) pada seorang diantara kalian?”Sebagian sahabat berkata, “Ya, ada. Demi Allah, sesungguhnya aku bisa meruqyah. Tapi demi Allah, kami telah meminta jamuan kepada kalian, namun kalian tak mau menjamu kami. Maka aku pun tak mau me-ruqyah kalian sampai kalian mau memberikan gaji kepada kami”. Merekapun menyetujui para sahabat dengan gaji berupa beberapa ekor kambing. Lalu seorang sahabat pergi (untuk meruqyah mereka) sambil memercikkan ludahnya kepada pimpinan suku tersebut, dan membaca, “Alhamdulillah Robbil alamin (yakni, Al-Fatihah)”. Seakan-akan orang itu terlepas dari ikatan. Maka mulailah ia berjalan, dan sama sekali tak ada lagi penyakit padanya. Dia (Abu Sa’id) berkata, “Mereka pun memberikan kepada para sahabat gaji yang telah mereka sepakati. Sebagian sahabat berkata, “Silakan bagi (kambingnya)”. Yang me-ruqyah berkata, “Janganlah kalian lakukan hal itu sampai kita mendatangi Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu kita sebutkan kepada beliau tentang sesuatu yang terjadi.Kemudian kita lihat, apa yang beliau perintahkan kepada kita”. Mereka pun datang kepada Rasulullah-Shallallahu ‘alaihi wa sallam-seraya menyebutkan hal itu kepada beliau. Maka beliau bersabda, “Apa yang memberitahukanmu bahwa Al-Fatihah adalah ruqyah?”Kemudian beliau bersabda lagi, “Kalian telah benar, silakan (kambingnya) dibagi. Berikan aku bagian bersama kalian”.  Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa“. (HR. Al-Bukhoriy (2156), Muslim (2201))
Al-Imam Ibnu Abi Jamroh-rahimahullah berkata, “Tempat memercikkan ludah ketika meruqyah adalah usai membaca Al-Qur’an pada anggota badan yang dilalui oleh ludah”. (Tuhfah Al-Ahwadziy (9/206))
Dari uraian diatas bahwa, fadlilatul surah Al-Fatihah bisa menjadi obat untuk meruqyah  dari gigitan kala jengking.

5.    Cahaya untuk Ummat Islam
Satu lagi diantara fadhilah Al-Fatihah, disebut dengan cahaya, karena didalamnya terdapat petunjuk bagi seorang muslim dalam semua urusannya. Jika kita mengkaji Al-Fatihah secara mendalam, maka kita akan mendapat banyak faedah dan petunjuk. Oleh karena itu, sebagian ulama’ telah menulis kitab khusus menafsirkan Al-Fatihah dan mengeluarkan mutiara hikmahnya yang berisi pelita yang menerangi kehidupan kita. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata:
بَيْنَمَا جِبْرِيْلُ قَاعِدٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ نَقِيْضًا مِنْ فَوْقِهِ فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: هَذَا بَابٌ مِنَ السَّمَاءِ فُتِحَ الْيَوْمَ لَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إِلاَّ الْيَوْمَ فَنَزَلَ مِنْهُ مَلَكٌ فَقَالَ: هَذَا مَلَكٌ نَزَلَ إِلَى اْلأَرْضِ لَمْ يَنْزِلُ قَطُّ إِلاَّ الْيَوْمَ فَسَلَّمَ وَقَالَ: أَبْشِرْ بِنُوْرَيْنِ أُوْتِيْتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ: فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيْمَ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلاَّ أُعْطِيْتَهُ
Artinya:“Tatkala Jibril duduk di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka ia mendengarkan suara (seperti suara pintu saat terbuka) dari atasnya. Maka ia (Jibril) mengangkat kepalanya seraya berkata, “Ini adalah pintu dilangit yang baru dibuka pada hari ini; belum pernah terbuka sama sekali, kecuali pada hari ini”. Lalu turunlah dari pintu itu seorang malaikat seraya Jibril berkata, “Ini adalah malaikat yang turun kebumi; ia sama sekali belum pernah turun, kecuali pada hari ini”. Malaikat itu pun memberi salam seraya berkata, “Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu; belum pernah diberikan kepada seorang nabi sebelummu, yaitu Fatihatul Kitab, dan ayat-ayat penutup Surat Al-Baqoroh. Tidaklah engkau membaca sebuah huruf dari keduanya, kecuali engkau akan diberi“.(HR. Muslim dalam Shahihnya (806), dan An-Nasa’iy (912)).

Uraian dari hadist diatas mengenai surat fadlilah surah Al-Fatihah adalah menjadi sutu cahaya atau  disebut dengan sebagai petunjuk ( hidayah ) bagi pembacanya.

6.    Penentu Sholat
Al-Fatihah  adalah kewajiban bagi setiap orang yang mengerjakan sholat, baik ia imam, makmum, atau pun munfarid (sholat sendiri). Barangsiapa yang tak membacanya, maka sholatnya tak sah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيْهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ ثَلاَثًا غَيْرُ تَمَامٍ فَقِيْلَ لِأَبِيْ هُرَيْرَةَ: إِنَّا نَكُوْنُ وَرَاءَ اْلإِمَامِ فَقَالَ: اِقْرَأْ بِهَا فِيْ نَفْسِكَ فَإِنِّيْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَّمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِيْ وَبَيْنَ عَبْدِيْ نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ                                                                                         
Artinya:“Barangsiapa yang melakukan sholat, sedang ia tak membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah) di dalamnya, maka sholatnya kurang (3X), tidak sempurna”. Abu Hurairah ditanya, “Bagaimana kalau kami di belakang imam”. Beliau berkata, “Bacalah pada dirimu (yakni, secara sirr/pelan), karena sungguh aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, “Aku telah membagi Sholat (yakni, Al-Fatihah) antara Aku dengan hamba-Ku setengah, dan hamba-Ku akan mendapatkan sesuatu yang ia minta”. (HR. Muslim (395), Abu Dawud (821), At-Tirmidziy (2953), An-Nasa’iy (909), dan Ibnu Majah (838))
Abu Zakariya An-Nawawiy rahimahullah berkata, “Al-Fatihah dinamai sholat, karena sholat tak sah, kecuali bersama Al-Fatihah“. (Syarh Shohih Muslim (2/127))
Uraian di atas diantara keutamaan Al-Fatihah, diutamakan bagi para khotib, da’i, penuntut ilmu, dan seluruh kaum muslimin agar mereka tahu dan mengamalkan hadits-hadits shohih ini, dan menyebarkannya, tanpa berpegang lagi dengan hadits-hadits lemah dan palsu tentang fadhilah Al-Fatihah.

2.2. Asbabunnuzul Surat Al-Fatihah
Adapun tempat surat Al-Fatihah diturunkan  berdasarkan pendapat yang lebih kuat ialah yang menyatakan bahwa surat ini diturunkan diMekkah. Al-Wahidi menulis didalam kitabnya Asbabun Nuzul dan As-Tsa'labi didalam tafsirnya riwayat dari Ali bin Abu Thalib , dia berkata bahwa kitab ini diturunkan diMekkah, dari dalam suatu perbendaharaan di bawah 'Arsy.
(Bey Arifin 1974:23).
Menurut suatu riwayat lagi dari Abu Syaibah didalam Al-Mushan­naf dan Abu Nu'aim dan Al-Baihaqi di dalam Dalailun Nubuwwah, dan As-Tsa'labi dan Al-Wahidi dari hadits Amer bin Syurahail, bahwa setelah Rasulullah SAW mengeluhkan pengalamannya di dalam gua itu setelah menerima wahyu pertama, kepada Khadijah, lalu beliau dibawa oleh Khadijah kepada Waraqah, maka beliau ceritakan kepadanya, bahwa apabila dia telah memencil seorang diri didengarnya suara dari belakangnya: "Ya Muhammad, ya Muhammad, ya Muhamad! Mendengar suara itu akupun lari." Maka berkatalah Waraqah : "Jangan engkau berbuat begitu, tetapi jika engkau dengar suara itu, tetap tenanglah engkau, sehingga dapat engkau dengar apa lanjutan perkataannya itu ".
Selanjutnya Rasulullah SAW berkata: "Maka datang lagi dia dan terdengar lagi suara itu : "Ya Muhammad! Katakanlah : Bismillahir RahmanirRahim, Alhamdulillahirabbil­`Alamin, sehingga sampai kepada Waladh Dhaalin". Demikian Hadits itu (Bey Arifin 1974:24).
Abu Nu'aim di dalam Ad-Dalaail meriwayatkan pula tentang seorang laki-laki dari Bani Salamah, dia berkata : "Tatkala pemuda ­pemuda Bani Salamah masuk Islam , dan Islam pula anak dari Amer Jumawwah, berkatalah istri Amer itu kepadanya : "Sukakah engkau mendengarkan dari ayah engkau sesuatu yang telah diriwayatkan dari padanya ? "Anak itu lalu bertanya kepada ayahnya apakah agaknya riwayat tersebut lalu dibacanya : "Alhamdulillahi Rabbil `Alamin" (sampai ke akhir).
Sedang kejadian itu ialah di Mekkah. Ibnu Al-Anbari pun meriwayatkan bahwa dia menerirna riwayat dari Ubadah bin As-Shamit bahwa surat Fatihatul Kitab ini memang diturunkan di Mekkah. Sungguhpun demikian ada juga satu riwayat yang diterima oleh perawi-perawinya dari Mujahid, bahwa beliau ini berpendapat bahwa surat ini diturunkan di Madinah (Bey Arifin 1974:24).
Dari hadis diatas dapat disimpulkan bahwa surat Al-Fatihah turun di Mekah di bawah ‘arsy dan sebab diturukannya adalah merupakan tujuh kalimat pujian (as-sab’ul matsani) yang diberikan kepada nabi Muhammad. Terdapat pula segolongan yang menyatakan bahwa Surat diturunkan dua kali, pertama di Mekkah, kemudian diturunkan sekali lagi di Madinah.



2.3. Biografi Pengarang Tafsir Jalalain
2.3.1. Biografi Singkat Al-Mahally
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim bin Ahmad bin Hashim al-Jalal, Abu Abdillah bin Al-Syihab, Abi Al-’Abbas bin Al-Kamal Al-Ansari, Al-Mahalli, Al-Qahiri, Al-Syafii. Gelaran Al-Mahalli ini merupakan nisbahnya kepada sebuah bandar Mesir terkenal yang disebut Al-Mahallah Al-Kubra Al-Gharbiyah. Beliau dilahirkan dilahirkan di mesir pada bulan Syawal tahun 791 H, dan wafat pada tahun 864 H di mesir, dan dimakamkan disana juga (Tafsir Jalalain bi Hamisy Al-Qur’an Al-Karim, Muassasah Ar-Royyan). Jalaluddin Al-Mahalli adalah seorang mufasir (ahli tafsir) berkebangsaan Mesir. Ia lebih dikenal dengan julukan Jalaluddin Al-Mahalli yang berarti orang yang mempunyai keagungan dalam masalah agama. Sedangkan sebutan Al-Mahalli dinisbahkan pada kampung kelahirannya, Mahalla al-Kubra, yang terletak di sebelah barat Kairo, tidak jauh dari Sungai Nil.
Sejak kecil tanda-tanda kecerdasan sudah menonjol pada diri Mahalli. Ia ulet menyerap berbagai ilmu, mulai dari tafsir, ushul fikih, teologi, fikih, matematika, nahwu dan logika. Mayoritas ilmu tersebut dipelajarinya secara otodidak, hanya sebagian kecil yang diserap dari ulama-ulama salaf pada masanya, seperti Al-Badri Muhammad bin Al-Aqsari, Burhan Al-Baijuri, A’la Al-Bukhari dan Syamsuddin bin Al-Bisati.
Dalam kitab Mu’jam Al-Mufassirin, As-Sakhawi menuturkan bahwa Al-Mahalli adalah sosok imam yang sangat pandai dan berfikiran jernih. Kecerdasannya di atas rata-rata. (Amin, Ghofur Saiful,  2008:28).
Sebagaimana As-Suyuthi,  Al-Mahally juga merupakan penulis aktif, banyak sekali karya-karyanya. Diantaranya adalah :
1.    Kanzur Roghibin
2.    Syarh al Minhaj
3.    Al badrut tholi’ fi hilli jam’il jawami’
4.    Syarh Waroqot
5.    Al anwar al mudli’ah
6.    Al qoulul  mufid fi an Nailis sa’id
7.    At Thib an-nabawi
8.    Tafsir Jalalain
9.    Dan masih banyak yang lainnya.

2.3.2. Biografi Singkat As-Suyuthi
Nama lengkap beliau adalah Jalaluddin  Abdur Rahman bin Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiq Ad-Din Al-Khudlairy As-Suyuthi. Beliau dilahirhan pada bulan rojab tahun 849 H. Dan meninggal pada malam jum’at, tanggal 19 Jumadil Ula tahun 911 H. Ketika As-Suyuthi masih berumur 5 tahun, ayahnya meninggal dunia. Walaupun begitu ia tetap memiliki semangat tinggi dan kecerdasan yang luar biasa dalam menuntut ilmu. Maka tidaklah mengherankan jika ia mampu menhafal Al-Qur’an ketika usianya belum genap 8 tahun, kemudian ia juga mampu menghafal kitab Al-Umdah, Minhaj Al-Fiqih, dan Alfiyah Ibnu Malik.
Selain tekun belajar, ia juga rajin beribadah dan berdo’a. Tak sekalipun As-Suyuthi membuang waktu ketika menuntut ilmu. Suatu ketika, ia menunaikan ibadah haji dan meminum air zam-zam, lalu berdo’a agar ilmunya dalam bidang fiqih setingkat Al-Baqillani dan dalam bidang hadits sekali berdua dengan Ibnu Hajar Al-Asqalani. Dalam pengembaraannya mencari ilmu, As-Suyuthi singgah ke beberapa negeri seperti Syam, Hijaz, Yaman, India dan Maroko. (Sirojuddin Abbas, 2010 231). Ia berguru kepada sejumlah ulama besar, bahkan seorang muridnya pernah menghitung guru beliau hingga mencapai 51 guru (Adz Dzahabi, Dr. Muhammad Husain At Tafsir Wa al Mufassirun, Maktabah Syamilah juz 4:39) diantaranya:
1.    Jalaluddin Al-Mahalli
2.    Ahmad bin Ali Ayamsahi (ulama fara’id)
3.    Al-Bulqaini (ulama fiqih)
4.    As-Syamani (ulama hadits, ushul fiqih, teologi dan nahwu)
5.    Al-Izzu Hanbali (ulama hadits, bahasa Arab, sejarah)
Selain guru laki-laki, As-Suyuthi juga meresap ilmu dari sejumlah ilmuwan perempuan, diantaranya:
1.    ‘Aisyah binti Jarullah
2.    Ummu Hani binti Abul Hasan
3.    Shalihah binti Ali
4.    Niswan binti Abdullah Al-Kanani
5.    Hajar binti Muhammad Al-Mishriyyah
                            As-Suyuthi mulai menulis ketika masih berusia 17 tahun. Namun ia baru memusatkan diri dalam berkarya ketika usianya menginjak 40 tahun. Ia beruzlah di tempat tinggalnya, Raudlatul Miqyas, di tepian Sungai Nil. Ia termasuk ulama yang sangat produktif dalam berkarya. Ia memiliki ratusan kitab dalam berbagai bidang keilmuan, mulai dari tafsir, hadits, fiqih, bahasa Arab, sastra, tasawuf, hingga ilmu sejarah. Ad-Dawudy, salah seorang murid As-Suyuthi, mengatakan bahwa jumlah karya As-Suyuthi mencapai 500 buah. Karya As-Suyuti diantaranya:
1.    Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an
2.    Ad-Durr Al-Manshur fi At-Tafsir bil-Ma’tsur
3.    Tarjuman Al-Qur’an fi At-Tafsir Al-Musnad
4.    Asrar At-Tanzil
5.    Lubab An-Nuqul fi Asbab An-Nuzul
6.    At-Takhbirfi Ulum At-Tafsir
7.    Mufhamat Al-Qur’an fi Mubhamat Al-Qur’an
8.    Al-Iklil fi Istinbat At-Tanzil
9.    Al-Hasyisyah fi Tafsir Al-Baidhawi
10.  Takmilah Tafsir As-Syaikh Jalaluddin Al-Mahalli
11.  Dan masih banyak lagi lainnya, yang tidak mungkin bila disebutkan disini. (Syeikh Muhammad Ali As-Shabuni Terjemah At-Tibyan Fi- ‘Ulumil Qur’an, 2001).

2.4. Tafsir Surat Al-Fatihah
Dalam kajian tafsir surat al-Fatihah penyusun menguraikan satu persatu ayat dalam surat Al-Fatihah beserta tafsirnya. Diantaranya mencakup: Tafsir  بسم الله , Tafsirالحمد لله , Tafsir الرحمن الرحيم , Tafsir ملك يوم الدين , Tafsir اياك نعبد واياك نستعين , Tafsir اهدناالصراط المستقيم , Tafsir الصراط الذين انعمت عليهم غيرالمغضوب عليهم ولاالضالين                                                                                                              .
2.4.1   . Tafsir Basmalah
بسم الله الرحمن الرحيم
Artinya: Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang .
(1) Maksudnya: Saya memulai membaca Al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhlukNya, tapi makhluk yang membutuhkanNya.  الرحمن (Maha Pemurah): Salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karuniaNya kepada makhlukNya, sedang  الرحيم (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah Senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmatNya kepada makhluk-Nya (Bey Arifin 1976: 56).
            Menurut Bey Arifin (1976: 57) Keutamaan Basmalah (بسم الله الرحمن الرحيم) adalah di dalamnya terdapat 3 Nama yang terbesar dari nama-nama Allah yaitu: Allah, Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim, karena itu Rasulullah SAW menamakan Al-Ismul A’zham yaitu nama teragung dari Allah SWT. Dalam buku ini banyak sekali riwayat Nabi yang membahas keutamaan membaca basmalah, diataranya: Diriwayatkan oleh Imam Abdur Rahman bin Abu Hatim, berasal dari Ibnu Abbas, bahwa Usman bin Affan bertanya kepada Rasullullah tentang kalimah basmalah, lalu Rasulullah SAW menjawab: ”Ia adalah salah satu dari nama-nama Allah. Begitu dekatnya bismillah ini dengan nama Allah yang teragung seperti dekatnya biji mata hitam dengan biji mata yang putih.” Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih yang berasal dari Abu Buraidah bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Diturunkan kepadaku satu ayat yang tak pernah diturunkan kepada salah seorang Nabi, selain Nabi Sulaiman bin Dawud dan saya sendiri, yaitu ayat Bismillahir Rahmaanir Rahiim”. Dirawayatkan oleh Ibnu Hibbaan, sabda Rasulullah SAW: ”Setiap pekerjaan (urusan) yang penting yang tidak dimulai dengan menyebut: Bismillaahir Rahmaanir-Rahiim, maka pekerjaan (urusan) itu akan pincang”.
       Menurut Quraish Shihab penafsiran surat Al-Fatihah ayat 1 adalah sebagai berikut: Allah memulai kitabNya dengan basmalah, dan memerintahkan Nabi-Nya sejak dini pada wahyu pertama untuk melakukan pembacaan dan semua aktivitas dengan nama Allah. اقراء بسم ربك الذى خلق, maka tidak keliru jika dikatakan basmalah merupakan pesan pertama Allah kepada manusia; pesan agar manusia memulai setiap aktivitasnya dengan nama Allah.
       Memulai dengan nama Allah adalah adab dan bimbingan pertama yang diwahyukan Allah kepada NabiNya: Iqra bismirabbika. Permulaan itu sesuai dengan kaidah utama ajaran Islam yang menyatakan bahwa adalah (الاول والاخرواالظهروالبطن) "Dia yang pertama dan Dia pula yang terakhir", Dia yang nampak  dengan  jelas (bukti-bukti wujud-Nya) dan Dia pula yang Tersembunyi (tehadap siapapun hakikatNya). Dia yang maha suci itu merupakan wujud yang haq, yang dariNya semua wujud memperoleh wujudnya, dan dariNya bermula semua yang memilikim permulaan. Karena itu dengan namaNya segala sesuatu harus dimulai dan dengan namaNya terlaksana setiap gerak dan arah.
Terdapat makna dalam setiap huruf dalam kata basmalah, diantaranya: Makna ب  yang dibaca ب  pada بسم الله  Makna kata Allah, Ar-Rahman ar-Rahim.
a.      Makna ب (ba’) yang dibaca  ب(bi) pada بسم الله (bismilah)
Ba’ atau (dibaca bi) yang diterjemahkan dengan kata dengan mengandung satu kata atau kalimat yang tidak terucapkan tetapi harus terlintas didalam benak ketika mengucapkan Basmalah, yaitu kata “memulai”, sehingga Bismilah berarti “saya atau kami memulai apa yang kami kerjakan ini dalam konteks surah ini adalah membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan nama Allah”. Dengan demikian, kalimat tersebut menjadi semacam do’a atau pernyataan dari pengucap, bahwa ia memulai pekerjaannya atas nama Allah. Atau dapat juga diartikan sebagai perintah dari Allah (walaupun kalimat tersebut tidak berbentuk perintah yang menyatakan “Mulailah pekerjaanmu dengan nama Allah”. (Bey Arifin, 1976: 60).
Apabila seseorang memulai suatu pekerjaan dengan nama Allah atau atas namaNya, maka pekerjaan tersebut akan menjadi baik, atau paling tidak, pengucapnya akan terhindar dari godaan nafsu, dorongan ambisi atau kepentingan pribadi, sehingga apa yang dilakukannya tidak akan mengakibatkan kerugian bagi orang lain, bahkan akan membawa manfaat bagi diri pengucapnya, masyarakat, lingkungan, serta kemanusiaan seluruhnya.
Ada juga yang mengaitkan kata bi, dengan memunculkan dalam benaknya ”kekuasaan”. Pengucap “Basmalah” seakan-akan berkata: “Dengan kekuasaan Allah dan pertolonganNya pekerjaan yang saya lakukan ini dapat terlaksana”. Pengucapnya ketika itu (seharusnya) sadar bahwa tanpa kekuasaan Allah dan pertolonganNya apa yang sedang dikerjakannya itu tidak akan berhasil. Dengan demikian, ia menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya tetapi pada saat yang sama pula (Setelah menghayati arti Basmalah ini), ia memiliki kekuatan dan rasa pecaya diri karena ketika itu dia telah menyandarkan dirinya kepada Allah dan memohon bantuan Yang Maha Kuasa itu.
Ketika membaca Basmalah dan memulai suatu pekerjaan, apapun jenis pekerjaan itu, misalnya makan, minum, belajar, berperang bahkan bergerak dan diam sekalipun, kesemuanya harus disadari bahwa titik tolaknya adalah Allah SWT. Dan bahwa ia dilakukan demi karena Allah. Ia tidak mungkin dapat terlaksana kecuali atas bantuan dan kekuasaan Allah SWT.
Kata Isim terambil dari kata As-Summun yang berarti tinggi atau As-Simah yang berarti tanda. Memang nama menjadi tanda bagi sesuatu serta harus dijunjung tinggi. Kini timbul pertanyaan: “kalau kata isim demikian itu maknanya dan kata bismi seperti yang diuraikan diatas maksudnya, maka apa gunanya kata isim disebut disini. Tidak cukupkah bila langsung saja dikata Dengan Allah? Sementara Ulama secara filosofis menjawab bahwa nama menggambarkan substansi sesuatu, sehingga kalau disini dikatakan Dengan Nama Allah maksudnya adalah Dengan Allah. Kata isim menurut mereka digunakan disini sebagai penguat. Dengan demikian, makna harfiah dari kata tersebut tidak dimaksudkan disini. Memang dikenal dalam syair-syair lama penyisipan kata Isim untuk tujuan tersebut.
Az-Zamakhsyari dan banyak ulama tafsir mengemukakan bahwa orang-orang Arab, sebelum kehadiran Islam, memulai pekerjaan-pekerjaan mereka dengan menyebut nama Tuhan mereka, misalnya Bismi Al-Lata atau Bismi Al-‘Uzza’, sementara bangsa-bangsa lain memulainya dengan menyebut nama raja atau penguasa mereka. Kalau demikian, memulai pekerjaan dengan nama Allah, berarti pekerjaan itu dilakukan atas perintah dan demi karena Allah, bukan atas dorongan hawa nafsu.
Kesimpulannya adalah, setiap hal yang diharapkan darinya keberkatan Allah atau dimaksudkan demi karena Allah, maka disisipkan kata Isim, sedang bila dimaksudkan demi permohonan kemudahan dan bantuan Allah maka kata yang digunakan langsung menyebut Allah atau Tuhan tanpa menyisipkan kata Isim. Dalam hadist Nabi SAW pun demikian itu halnya. Salah satu do’a beliau adalah  Ya Allah dengan Engkau kami memasuki waktu pagi dan petang) yakni dengan kekuasaan dan iradat-Mu, kami memasukinya. Sebelum tidur beliau berdo’a (بسمك اللهم احياواموت ). Artinya : “Dengan nama-Mu Ya Allah aku tidur dan bangun”. Yakni demi karena Engkau aku hidup dan mati.
Penulisan kata “Bismi” dalam basmalah tidak menggunakan huruf “Alif”, berbeda dengan kata yang sama pada suroh Iqra’, yang tertulis dengan tata cara penulisan baku yakni menggunakan huruf alif. Persoalan ini menjadi bahasan para pakar dan Ulama. Pakar tafsir Al-Qurthubi berpendapat bahwa penulisan tanpa huruf Alif pada Basmalah adalah karena pertimbangan praktis semata-mata. Kalimat ini sering ditulis dan diucapkan, sehingga untuk mempersingkat tulisan ia ditulis tanpa Alif.
Rasyad Khalifah berpendapat bahwa ditanggalkannya huruf “Alif” pada Basmalah, agar jumlah huruf-huruf ayat ini menjadi sembilan belas huruf, tidak dua puluh. Ini karena 19 mempunyai rahasia yang berkaitan dengan Al-Qur’an.
b.      Makna kataالله  Allah
Kata Allah merupakan nama Tuhan yang paling populer. Apabila kita berkata ”Allah” maka apa yang kita ucapkan itu, telah mencakup semua nama-nama Nya yang lain. Disisi lain tidak satupun dapat dinamai Allah, baik secara hakikat maupun mazaz, sedang sifat-sifat Nya yang lain, secara umum dapat dikatakan bisa disandang oleh makhluk-makhluk Nya.
Dari segi makna dapat dikemukakan bahwa kata Allah mencakup segala sifat-sifatnya, bakhan Dia lah yang menyandang sifat-sifat tersebut.
c.       الرحمن الرحيم    ( Ar-Rahman Ar-Rahim )
Kata Ar-Rahman dan الرحيم (Ar-Rahim) berakar dari kata  رحيم(Rahim) yang berarti rahmat. Ar-rahman digambarkan bahwa Tuhan mencurahkan rahmatNya, sedang dengan ar-Rahim dinyatakan bahwa Dia memiliki sifat rahmat yang melekat pada diriNya.
Ada juga Ulama yang mehami kata Ar-Rahman sebagai sifat Allah SWT yang mencurahkan rahmat yang sementara di dunia, sedang Ar-Rahim adalah rahmatNya yang bersifat kekal.
Sementara Ulama menjelaskan makna penggabungan kata Allah, Ar-Rahman dan Ar-Rahim dalam Basmalah. Menurutnya, seseorang yang kalau bermaksud memohon pertolongan kepada Dia yang berhak disembah serta Dia yang mencurahkan aneka nikmat, kecil dan besar, maka yang bersangkutan menyebut nama teragung dari Dzat yang wajib wujudnya itu sebagai pertanda kewajaranNya untuk dimintai. Selanjutnya menyebut sifat rahmatNya (Rahman) untuk menunjukan bahwa Dia wajar melimpahkan rahmat sekaligus wajar dimintai pertolongan dalam amal-amal kebajikan karena yang demikian itu nikmat rahmat.
Ketika seseorang membaca Basmalah, seharusnya menghayati kekuatan dan kekuasaan Allah, serta rahmat dan kasih sayang-Nya yang tercurah bagi seluruh makhluk. Kalau demikian itu yang tertanam didalam jiwa, maka pasti nilai-nilai luhur terjelma keluar dalam bentuk perbuatan, karena perbuatan merupakan cerminan dari suasana kejiwaan.

2.4.2   . Tafsir  الحمد لله(Alhamdulilllah)
الحمدلله رب العالمين
Artinya: segala puji (2) bagi Allah, Tuhan semesta alam (3).
(2)  الحمدAlhamdu (segala puji). Memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berarti: menyanjungNya karena perbuatannya yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti: Mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. Kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.
(3)  رب Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki, mendidik dan Memelihara. Lafal رب (Rabb) tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (Tuan rumah).العالمين  'Alamiin (semesta alam): Semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: Alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu.
Dalam bukunya Bey Arifin (1976: 57) tafsir الحمدلله رب العالمين
Alhamdulillahir Rabbil ‘Aalamiin (ayat ke 2 dalam surah Al Fatihah) adalah sebagai berikut: Al’aalamiin (Alam Semesta), Rabbil’Aalamiin, Alhamdulillah.
1. Al-’Aalamiin العالمين  (Alam Semesta)
Sehebat apapun ilmu pengetahuan yang telah dicapai manusia saat ini, namun masih sedikit sekali dibandingkan dengan besar dan luasnya alam semesta raya. Firman Allah : ”Dan tidaklah diberikan pengetahuan kepada kamu kecuali sedikit.” (Al-Isra: 85). ”Katakanlah (hai Muhammad), bahwa sesungguhnya pengetahuan (yang sempurna) hanya pada Allah, sedang aku ini hanya pemberi peringatan yang nyata.”
(Al Mulk:26).
Begitu sedikit pengetahuan manusia tentang alam semesta ini, lebih sedikit lagi pengetahuan manusia tentang akhira. Nabi Muhammad SAW berkata kepada salah seorang sahabat: ”Bila engkau masukkan sebelah tanganmu kedalam laut, lalu engkau angkatlah tangan itu kembali, maka ari yang melekat pada tangan itulah pengetahuan dunia, dan air laut yang tertinggal di samudera ialah pengetahuan tentang akhirat”.
Didalam buku Samudera Al-Fatihah banyak diceritakan bagaimana indah dan luasnya alam semesta alam raya ini, terlebih keindahan alam dimalam yang terang dan cerah. Dijelaskan dalam surat Al Quran mengenai hal ini, seperti Al- Mulk:1-5, Al-Waqi’ah:75-76, Al-Mu’min:57 dan masih banyak lagi. Kekaguman kita terhadap kehebatan dan kebesaran alam semesta, dan kemudian akan lebih kagum lagi terhadap kehebatan dan kebesaran Allah yang menciptakannya. Dalam surat Al-Kahfi: 109: ”Sekiranya laut dijadikan tinta untuk menuliskan kalimah-kalimah Allah, sungguh akan keringlah lautan sebelum habis kalimah-kalimah Allah, sekalipun ditambah sebanyak itu lagi.”
2. Rabbil’Aalamiin رب العالمين
Firman Allah: ”Sesungguhnya di dalam pergiliran malam dan siang, dan kapal-kapal yang berlayar di atas samudera membawa apa-apa yang berguna bagi manusia dan apa-apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, sehingga dengan air itu menjadi hiduplah bumi yang mulanya mati, lalu hidup berkeliaran di atasnya segala macam binatang, berhembusnya angin dan awan antara langit dan bumi, semua itu adalah menjadi ayat-ayat atau tanda-tanda bagi orang yang berakal (berfikir).” (Al-Baqarah:164).
Jadi seluruh kejadian dibumi ini, disamping diambil manfaatnya untuk hidup, dapat pula dijadikan bukti dan tanda tentang wujud kekuasaan dan kemurahan Allah, untuk pendorong agar kita selamanya hidup di dalam mengingat Allah, mensyukuri nikmat Allah dan mentaati segala perintah Allah.

3. Alhamdulillah  الحمد لله
Ucapan atau kalimah yang menunjukkan rasa syukur terima kasih, kasih sayang, cinta, hormat, khidmat, lega dan bangga terhadap Allah. Dari segala macam bentuk susunan kalimah yang berisi pujaan dan pujian yang dihadapkan manusia kepada Allah, Allah memilih satu yang paling Allah senangi, yaitu Alhamdulillahi Rabbil ’aalamiin. Sabda Rasulullah SAW: ” Zikir paling utama ialah kalimah laa Ilaaha Illallaah, dan doa paling utama ialah kalimah Alhamdulillaahi”. Kalimah hamdalah berarti berdoa. Syaratnya ialah agar hati setiap orang yang menyebutnya harus ingat dan yakin bahwa Allah akan mengabulkan dan mendengarkannya.
Diriwayatkan oleh Imam Al-Qurthuby didalam tafsiran dan didalam kitab Nawadirul Ushul, dari Anas r.a. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: ”Sekiranya dunia dan seluruh harta kekayaan yang berada di atasnya diserahkan ketangan seorang dari umatku, lalu orang itu berkata: ”Alhamdulillah”, sungguh ucapan ”Alhamdulillah” itu lebih berharga dari seluruh harta kekayaan itu.”
   Dari uraian di atas dapat disimpulkan الحمدلله رب العالمين suatu ayat yang menjadi tanda rasa syukur seorang hamba Allah atas segala apa yang telah diberikan kepadanya dan menyadari tiada yang patut dipuji maupun dipuja selain Allah SWT didunia ini.


2.4.3   . Tafsir Ar-Rahmanir Rahiim
الرحمن الرحيم
Artinya: Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Yaitu, yang mempunyai rahmat, rahmat ialah menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya. Pada ayat dua diatas Allah SWT. Menerangkan bahwa Dia adalah Tuhan semesta alam. Maka untuk mengingatkan hamba kepada nikmat dan karunia yang berganda-ganda, yang telah dilimpahkanNya, serta sifat dan cinta kasih sayang yang abadi pada diriNya, diulangNya sekali lagi menyebut "Ar-Rahmanir Rahim". Yang demikian itu supaya lenyap dari pikiran mereka gambaran keganasan dan kezaliman seperti raja-raja yang dipertuan, yang bersifat sewenang-wenang.
Allah mengingatkan dalam ayat ini bahwa sifat ketuhanan Allah terhadap hambanya bukanlah sifat keganasan dan kedhaliman, tetapi berdasarkan cinta dan kasih sayang.
Dengan demikian manusia akan mencintai Tuhannya, dan menyembah Allah dengan hati yang aman dan tenteram bebas dari rasa takut dan gelisah. Malah dia akan mengambil pelajaran dari sifat-sifat Tuhan. Dia akan mendasarkan pergaulan dan tingkah lakunya terhadap manusia sesamanya, atau pun terhadap orang yang di bawah pimpinannya, malah terhadap binatang yang tak pandai berbicara sekalipun atas sifat cinta dan kasih sayang itu. Karena dengan jalan demikianlah manusia akan mendapat rahmat dan karunia dari Tuhannya.
    Rasulullah saw. Bersabda:
الراحمون يرحمهم الرحمن تبارك و تعالي ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء
Artinya: Orang-orang yang kasih sayang Tuhan yang Rahman Tabaraka wa Taala akan kasih sayang kepadanya. (Oleh karena itu) kasih sayanglah kamu semua kepada semua makhluk yang di bumi niscaya semua makhluk yang di langit akan kasih sayang kepada kamu semua.
(H.R Ahmad, Abu Daud At Tarmizi dan Al Hakim)
Dan sabda Rasulullah SAW: من رحم ولو ذبيحة عصفور رحمه الله يوم القيامة
Artinya: Barang siapa (orang) yang kasih sayang meskipun kepada seekor burung (pipit) yang disembelih, Allah kasih sayang kepadanya pada hari kiamat (HR. Bukhari)
Maksud hadist tersebut ialah pada waktu menyembelih burung itu dengan sopan santun umpamanya dengan pisau yang tajam. Dapat pula dipahami dari urutan kata "Ar-Rahman", "Ar-Rahim" itu, bahwa penjagaan, pemeliharaan dan asuhan Tuhan terhadap semesta alam, bukanlah lantaran mengharapkan sesuatu dari alam itu, hanya semata-mata karena rahmat dan belas kasihan daripadaNya.
Boleh jadi ada yang terlintas pada pikiran orang, mengapa Tuhan mengadakan peraturan-peraturan dan hukum-hukum, dan menghukum orang-orang yang melanggar peraturan-peraturan itu? Keragu-raguan ini akan hilang bila diketahui bahwa Allah SWT. Mengadakan peraturan-peraturan dan hukum-hukum, begitu juga menyediakan azab diakhirat atau di dunia untuk hambaNya yang melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum itu, bukanlah berlawanan dengan sifat Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, karena peraturan dan hukum itu rahmat dari Tuhan; begitu pula azab dari Allah terhadap hambaNya yang melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum itu sesuai dengan keadilan.

2.4.4   . Tafsir Maaliki Yaumiddin
ملك يوم الدين
Artinya: Yang menguasai(4) di hari Pembalasan(5).
(4) ملك Maalik (yang menguasai) dengan memanjangkan mim, ia berarti: Pemilik. dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja.
(5)  يوم الدين Yaumiddin (hari Pembalasan): Hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga yaumul qiyaamah, yaumul hisaab, yaumul jazaa' dan sebagainya.
Dalam buku Samudra Al Fatihah (Bey Arifin: 1974:167) Tafsir Maaliki Yawmiddin (ayat ke 4 dalam surah Al-Fatihah) berarti yang memiliki “Hari Pembalasan”. Dalam banyak ayat Al-Quran dan Hadist, Allah dan RasulNya menegaskan bahwa kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang amat kecil artinya, amat terbatas waktunya. Penghidupan di dunia ini adalah ibarat setetes air, sedang penghidupan Akhirat adalah ibarat samudra luas. Hal tersebut menjelaskan bahwa hal yang paling menakjubkan pada manusia, bukanlah jasmani atau tubuhnya tetapi rohaninya. Namun segala sesuatu yang gaib yang diciptakan oleh Allah hanya Allah sajalah yang mengetahuinya.”Mereka bertanya kepada engkau tentang Roh. Katakanlah: Roh itu adalah rahasia Tuhanku. Dan tidaklah diberikan ilmu pengetahuan kepadamu kecuali sedikit saja.” (Al-Isra:85). Tetapi kita sebagai orang yang ber Iman, harus percaya bahwa ada kehidupan sesudah mati, kehidupan kekal dan abadi roh manusia di alam barzah dan alam akhirat.
Pesan yang disampaikan adalah: Hindarkan dirimu dari sesal kemudian yang tak berguna. Dijelaskan dalam Kitab suci Al-Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW Diantaranya: Surah As-Sajdah 11-12 dan Surah Az-Zumar 58-59. Untuk menghindarkan diri dari sesalan yang berkepanjangan, dalam surah Az-Zumar 54-55 dijelaskan: Dan kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang kepadamu azab itu, kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi (54). Turutlah sebaik-baiknya (agama) yang diturunkan kepadamu dari Tuhan kamu, sebelum datang kepadamu azab dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak sadar (55).
Bey Arifin juga menjelaskan secara detail, tentang tahapan-tahapan kehidupan setelah mati disertai kajian yang tertuang dalam Al-Quran dan Hadist. Dan dalam singkat kata, diuraikan tentang surah Al-Waqi’ah tentang kejadian besar yaitu Kejadian Kiamat. Diterangkan pula dalam hadist, bahwa bagi siapa yang sering membaca surah ini akan mengakibatkan ketenangan hati dan jiwa menghadapi segala kemungkinan dalam hidup dan mati (Bey Arifin: 1974:211).
Berarti lafadz (ملك يوم الدين) memberikan pengertian bahwa, yang menguasai hari pembalasan adalah Allah SWT, yang memiliki dari segala hal baik dibumi maupun dilangit yakni raja dari seluruh raja  penguasa seluruh alam.

2.4.5   . Tafsir Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’iin
اياك نعبدواياك نستعين
Artinya: Hanya Engkaulah yang Kami sembah (6), dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan (7).
(6) Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
(7) Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: Mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. Tafsir اياك نعبدواياك نستعين (ayat ke 4 dalam surah Al Fatihah): Engkaulah yang kami sembah dan Engkaulah yang kami minta pertolongan, diterangkan dalam bukunya bahwa Al Fatihah terdiri dari 7 ayat. Ayat ini terletak persis ditengah. Tiga ayat sebelumnya untuk Allah, sedangkan tiga ayat sesudahnya untuk manusia (Hamba Allah). اياك نعبد artinya: Engkaulah yang kami sembah. Hanya untuk engkau sajalah kami beribadah. Tidak ada selain Engkau yang kami sembah, yang kami puja. اياك نستعين artinya: Engkaulah yang kami mintai pertolongan. Hanya kepada Engkau sajalah kami minta bantuan, perlindungan, mohon rejeki, mohon keselamatan dan lain sebagainya. Ayat ini mengandung dua persoalan pokok yaitu Ibadah dan Do’a.
Ibadah terhimpun dalam dua hal yaitu Cinta (hubb) dan Tunduk (Khudhu). Dan cinta serta tunduk ditujukan hanya kepada satu dzat yaitu Allah semata. Ini yang dinamakan Tauhid. ” Bila kamu tanyakan kepada mereka: Siapakah yang menciptakan mereka? Mereka akan menjawab: Allah” (Ad-Dukhan: 87). Berdoa (Isti’anah) terhimpun dalam dua hal yaitu: berserah diri (tsiqah) dan menggantungkan harapan (i’timad). Dua hal ini tercakup dalam satu kata yaitu Tawakal. Tawakal inilah yang menjadi pengertian yang sedalam-dalamnya dari ayat ”iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin”.  Dijelaskan tentang hal ini dalam Al-Quran surah: Hud:88, 123 dan Al-Mumtahanah:4 dan 8-9 Syarat-syarat beribadah dan berdoa kepada Allah SWT juga dijelaskan dalam buku ini, akan dikutip pada bagian lain (Bey Arifin: 1974:217).
Dari tafsiran di atas dapat diambil pelajaran inti sarinya yakni bertawakal kepada Allah dalam berbagai urusan baik urusan dunia maupun akhirat.

2.4.6 .Tafsir Ihdinas-Shiraathal-Mustaqiim
اهد ناالصراط المستقيم
Artinya: Tunjukilah (8) Kami jalan yang lurus,
(8) Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.
Tafsir اهد ناالصراط المستقيم (ayat ke 6 dalam surat Al Fatihah)
Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus. صراط المستقيم artinya jalan yang lurus, jalan yang benar, jalan yang membawa kepada kebahagiaan dan keberuntungan, didalam hidup di dunia dan lebih-lebih didalam hidup di akhirat nanti Rasulullah SAW menasehatkan kepada ummat beliau, agar sebanyak-banyaknya minta pertolongan atau berdoa kepada Allah. Mintalah kepada Allah segala perkara dari yang besar hingga yang sekecil-kecilnya. Diantara berjuta-juta perkara besar dan kecil yang kita butuhkan maka Shiraathal mustaqiim adalah yang paling penting, paling besar dan paling mahal harganya dalam hidup manusia di dunia ini. Allah berfirman dalam surat terakhir an Naba: ”Kami memperingatkan kamu akan kesengsaraan yang sudah dekat waktunya, di hari manusia akan melihat segala kesalahan yang pernah dilakukan dan orang kafir akan mengeluh: Alangkah baiknya kalau aku dahulunya menjadi tanah saja.” Sebab itu hal yang pertama kita mohon dan minta kepada Allah adalah agar kita ditunjuki jalan yang lurus, benar, kepercayaan dan agama yang benar (Bey Arifin: 1974:247).
Dari iuraian di atas bahwa اهد ناالصراط المستقيم mempunya makna petunjuk kejalan yang lurus dan benar serta bisa menjadi suatu taufiq atau pertolongan dari Allah SWT.

2.4.7. Tafsir Shiraatal Ladhiina An’amta ‘Alaihim Ghairil Maghdhuubi-‘Alaihim Walad dlaaliin
الصراط الذين انعمت عليهم غيرالمغذوب  عليهم ولاالضالين
Artinya: (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan(pula jalan) mereka  yang sesat.(9)
(9) Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.
Tafsir صراط الذين انعمت عليهم (ayat ke 7 dalam surat Al Fatihah) Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka. Ditegaskan dalam ayat ini, yang dimaksud Allah jalan yang lurus adalah jalan yang ditempuh, dijalani atau digariskan oleh orang-orang yang telah mendapat nikmat dari Allah. Orang-orang yang mendapat nikmat yang dimaksud adalah Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul, atau orang yang bukan Nabi dan Rasul, tetapi mempunyai kepercayaan yang sama dengan pendapat atau kepercayaan Nabi dan Rasul.
Manusia yang menerima dan beriman dengan risalah yang dibawa Nabi-Nabi dan Rasul adalah manusia yang paling beruntung dan paling baik.Sedangkan mereka yang tidak percaya adalah manusia yang paling celaka.
Dan pada akhir uraian diulas kembali, sabda Rasulullah SAW: ”Beruntung orang yang telah melihat akan Aku dan beriman dengan Aku, dan beruntung, beruntung, beruntung orang yang tidak melihat akan Aku tetapi beriman kepada Aku.” (Bey Arifin: 1974:259).
Tafsir  غيرالمغضوب عليهم ولاالضالين(ayat ke 7 dalam surat Al Fatihah). Bukan mereka yang dimurkai atas mereka dan bukan pula mereka yang sesat. Dalam bagian ini banyak sekali mengulas ayat-ayat Al Quran tentang golongan orang-orang yang dimurkai Allah dan golongan orang-orang yang sesat.
Dalam bukunya dikatakan, yang dimaksud golongan yang dimurkai oleh Allah (mahdhuubi ’Aalaihim) menurut adalah siapa saja yang berbuat keliru, salah dan dusta terhadap Allah dan Kitab-kitab Suci Nya. Golongan sesat (Dhaalliin) adalah siapa saja yang berbuat salah dan keliru dengan tak sadar (Bey Arifin: 1974:267).
Dapat diuraikan mengenai hal di atas, bahwa kemurkaan Allah SWT kepada orang yang mengingkari atas segala nikmat yang telah diberikan Nya dan yang sesat tidak menjalankan peraturan atau hukum dari Allah SWT.

2.5    . Metode Pendidikan dalam Surat Al-Fatihah
Sebelum membahas masalah metode pendidikan yang terkandung dalam surat Al-fatihah terlebih dulu membahas pendidikannya diantaranya adalah:
Ia termasuk rukun shalat. Shalat tidak sah kecuali dengannya. Diriwayatkan oleh Bukhari, 756 dan Muslim, 394 dari Ubadah bin Somit radhiallahu anhu sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
(لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ)
Artinya: “Tidak (sah) shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al-Fatihah).”
An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits ini (menunjukkan) kewajiban membaca Al-Fatihah dan itu merupakan keharusan. Shalat tidak sah kecuali dengan membacanya. Lain halnya, jika orang tersebut tidak mampu. Ini adalah mazhab Malik, Syafii dan mayoritas para ulama dari kalangan para shahabat, tabiin dan (generasi) setelahnya." Dia merupakan surat paling mulia dalam Al-Qur’an. Diriwayatkan oleh Tirmizi, no. 2875 dan dishahihkannya. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu sesungguhnya Rasulullah SAW berkata kepada Ubay bin Ka’b:
أَتُحِبُّ أَنْ أُعَلِّمَكَ سُورَةً لَمْ يَنْزِلْ فِي التَّوْرَاةِ وَلَا فِي الْإِنْجِيلِ وَلَا فِي الزَّبُورِ وَلَا فِي الْفُرْقَانِ مِثْلُهَا ؟ قَالَ : نَعَمْ ، يَا رَسُولَ اللَّهِ ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَيْفَ تَقْرَأُ فِي الصَّلَاةِ ؟ قَالَ : فَقَرَأَ أُمَّ الْقُرْآنِ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا أُنْزِلَتْ فِي التَّوْرَاةِ وَلَا فِي الْإِنْجِيلِ وَلَا فِي الزَّبُورِ وَلَا فِي الْفُرْقَانِ مِثْلُهَا) صححه الألباني في صحيح الترمذي
Artinya :“Apakah engkau suka aku ajarkan kepadamu surat yang belum diturunkan di Taurat, Injil, Zabur tidak juga dalam Al-Furqan sepertinya?" Dia menjawab, “Ya. Wahai Rasulullah." Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Bagaimana anda membaca dalam shalat?" Beliau menjawab, “Membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah).” Maka Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Demi jiwaku yang ada ditangan-Nya. Tidak diturunkan dalam Taurat, Injil, Zabur tidak juga dalam Al-Furqan (surat) semisalnya.” (Dishahihkan Al-Albany dalam Shahih Tirmizi).
  1. Dia adalah Assab’ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang). Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung.”
(QS. Al-Hijr: 87).
Diriwayatkan oleh Bukhari, no. 4474 dari Abu Said bin Al-Mualla, "Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda kepadanya:
لَأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِيَ أَعْظَمُ السُّوَرِ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ) ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ قُلْتُ لَهُ : أَلَمْ تَقُلْ لَأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِيَ أَعْظَمُ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ ؟ قَالَ : (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي ، وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ) .
Artinya :“Aku akan ajarkan kepadamu suatu surat yang paling utama dalam Al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid."Kemudian beliau memegang tanganku.Ketika ingin keluar (masjid) saya katakan kepada beliau, “Tidakkah engkau mengatakan kepada saya akan mengajarkan kepadaku surat yang paling agung dalam Al-Qur’an?"Beliau menjawab, “Al-Hamdulillahi rabbil’alamin (Al-Fatihah), dia adalah As-Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan Al-Qur’anul Azim yang diberikannya.”
Al-Hafidz berkata, “Ada perbedaan dalam maknanya, dikatakan ‘Al-Matsani’ karena diulang pada setiap rakaat. Ada yang mengatakan  karena memuji kepada Allah Ta’ala, atau, karena dikhususkan untuk umat ini, dimana (tidak diturunkan) pada umat sebelumnya.’
  1. Di dalamnya menggabungkan antara tawasul kepada Allah Ta’ala dengan pujian dan sanjungan kepadaNya serta memuliakanNya. Bertawasul kepadaNya dengan ubudiyah dan mentauhidkan kepadaNya. Kemudian setelah itu meminta keperluan yang paling penting dan keinginan yang paling bermanfaat yaitu petunjuk setelah dua wasilah tersebut. Maka orang yang meminta seperti lebih layak untuk dikabulkan. (‘Madarijus salikin, 1/24)
  2. Meskipun pendek, surat ini memuat tiga macam tauhid, tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah dan tauhid Asma’ was sifat. (‘Madirijus salikin, 1/24-27)
  3. Surat ini mengandung obat hati dan obat badan.
Ibnu Qoyyim rahimahulah berkata, “Adapun terkait obat bagi hati, maka sungguh surat ini memiliki kandungan tersebut. Karena penyakit hati berkisar pada dua sumber. Rusaknya ilmu dan rusaknya niat yang berdampak pada dua penyakit mematikan yaitu kesesatan dan kemarahan. Kesesatan adalah dampak dari rusaknya ilmu. Sementara kemarahan adalah dampak dari rusaknya niat. Keduanya termasuk unsur pokok semua penyakit hati. Petunjuk kejalan yang lurus mengandung obat dari penyakit kesesatan. Oleh karena itu, permohonan petunjuk termasuk doa wajib bagi setiap hamba dan harus dilakukan setiap hari pada setiap shalat. Karena kebutuhan terhadap hidayah yang diinginkan sangat urgen sekali dan tidak dapat digantikan posisinya oleh permintaan yang lain. Sehingga realisasi dari ‘Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan’ termasuk ilmu, pengetahuan, amal dan berbagai keadaan yang mengandung obat dari penyakit kerusakan hati dan niat.
Adapun bahwa surat ini mengandung obat bagi fisik, kami sebutkan apa yang ada dalam sunnah. Dan sesuai dengan kaidah kedokteran dan yang telah dibuktikan.
Dalam sunah, terdapat dalam hadits shahih dari Abu Mutawakil An-Naji dari Abu Said Al-Khuri bahwa sekelompok shahabat Nabi sallallahu alaihi wa sallam melewati sebuah perkampungan arab…. Hingga akhirnya disebutkan tentang ruqyah dengan Al-Fatihah. Kemudian beliau mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa bacaan surat Al-Fatihah mengandung kesembuhan dari sengatan binatang, maka cukup dengannya sebagai obat, bahkan bisa jadi kesembuhannya melebihi obat-obatan lainnya. Padahal penduduk di tempat (yang dibacakannya Al-Fatihah) bukan orang-orang yang dapat menerima, mungkin karena penduduk setempat non muslim atau penduduknya kikir dan sering mencela. Bagaimana halnya jika di daerah yang penduduknya dapat menerima?"  (Madarijus salikin, 1/52-55).
Kemudian beliau menambahkan, “Pernah terjadi pada diriku sakit yang mengganggu, hampir saja aku tidak dapat bergerak. Hal itu terjadi saat thawaf dan di tempat lain. Lalu aku segera bacakan Al-Fatihah dan aku usap di tempat yang sakit, maka bagaikan (ada) batu yang jatuh (sembuh). Hal itu telah aku praktekkan berulang-ulang. Aku juga mengambil segelas air zam zam, lalu aku bacakan Al-Fatihah berkali-kali kemudian aku minum. Aku merasakan manfaat dan kekuatan yang tidak aku dapatkan seperti itu pada obat lainnya." (Madarijus Salikin, 1/58)
5.     Surat Al-Fatihah mengandung bantahan untuk orang sesat dan kelompok sesat. Juga bantahan terhadap ahli bid’ah dan kesesatan umat ini. Hal ini dapat diketahui dari dua sisi, secara global dan terperinci. Penjelasannya adalah bahwa jalan yang lurus (الصراط المستقيم) mengandung kebenaran dan mendahulukan (kebenaran) dibandingkan yang lainnya. Serta mencintai, merealisasikan, mendakwakan kepadanya dan melawan musuh semampu mungkin. Kebenaran adalah apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para shahabatnya, serta apa yang beliau ajarkan, baik secara teori maupun praktek dalam masalah nama dan sifat Allah. Juga dalam masalah tauhid, perintah, larangan, janji dan ancaman-Nya. Juga dalam hakikat keimanan yang termasuk tempat bagi orang yang menuju kepada Allah Ta’ala. Kesemuanya itu diserahkan sepenuhnya bersumber dari ajaran Rasululah sallallahu alaihi wa sallam, bukan pada pendapat orang lain, atau  kondisi tertentu maupun pemikiran serta istilah dari orang lain.”
(Madarijus salikin, 1/58)
  1. Surat Al-Fatihah mengandung semua makna Kitab-kitab yang diturunkan. (Madarijus salikin, 1/74)
  2. Dalam surat Al-Fatihah terkandung doa yang paling bermanfaat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Saya renungkan doa yang paling bermanfaat adalah permintaan bantuan untuk menggapai keridhaanNya. Kemudian saya lihat ada pada surat Al-Fatihah pada ayat "Iyyakana’budu wa iyyaka nasta’in (Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)" (Madarijus Salikin, 1/78).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan kandungan metode pendidikan yang ada bahwa surat Al-fatihah merupakan kunci semua kebaikan dan kebahagian di dunia dan akhirat. Seseorang yang mendapatkan taufiq dengan cahaya pengetahuan, hingga mendapatkan rahasia surat ini dan kandungan di dalamnya berupa tauhid, mengenal Dzat, nama, sifat dan perbuatan Allah, lalu meyakini syariat agama, takdir dan kebangkitan. Juga mengkhususkan tauhid Rububiyah dan Uluhiyyah, bertawakkal secara sempurna dan berserah diri secara penuh kepada Yang mempunyai semua urusan dan mempunyai semua pujian. Meyakini bahwa di tanganNya semua kebaikan, dan semua urusan dikembalian kepadaNya. Dirinya merasa kekurangan kepadaNya untuk meminta hidayah yang menjadi pokok kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan mengetahui keterkaitan maknanya dalam mendapatkan kebaikan dan menolak keburukan dan bahwa kesudahan secara mutlak dan kenikmatan secara sempurna terkait dengan merealisasikannya, maka dengannya sudah cukup obat dan ruqyah serta tidak membutuhkan lainnya.  Padanya terbuka pintu kebaikan, dan tertolak sebab-sebab keburukan." (Zadul Ma’ad, 4/318).

2.6. Beberapa Metode Pendidikan Yang Terdapat Dalam Surat Al-Fatihah
Khusus masalah metode dalam dunia pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan  pendidikan kepada anak didik. Akhirnya model penyampaian firman Allah yang evolutif dan demikian pula risalah kenabian mengajarkan kepada kita uswah bahwa sosialisasi Islam yang dikenal dengan pendidikan dan dakwah adalah sebuah proses.
Sebenarnya  metode yang terkandung dalam surat Al-Fatihah banyak, namun dapat disimpulkan menjadi enam metode pendidikan antara lain : Metode pendidikan berbasis pembiasaan, metode pendidikan berbasis kasih sayang, metode pendidikan berbasis ibadah, metode pendidikan berbasis aqidah tauhid (iman), metode pendidikan berbasis kebersamaan, dan metode pendidikan berbasis akhlaq.

2.6.1.      Metode Pendidikan Berbasis Pembiasaan
Disini terdapat pada lafadz (بسم الله  ) yang memberikan pendidikan pembiasaan menyebut nama Allah setiap ingin melakukan kegiatan urusan duniawi maupun ukhrawi. Perintah untuk memulai segala aktifvitas dengan membaca basmalah ditinjau dari dari perspektif pendidikan mengandung ajaran agar manusia membiasakan membaca basmalah. Dia juga akan merasa bahwa dia dapat melakukan sesuatu pekerjaan lantaran diberi kekuatan lahir dan bathin oleh Allah SWT لاحولاولاقوة الابالله   ( tidak ada kekuatan kecuali dari Allah SWT ).
Maksudnya pembiasaan adalah sering atau berulang-ulang dilakukan setiap hari dalam melakukan apa yang telah didapat oleh siswa dari guru. Dengan kata lain menggunakan ilmunya.
Tuntunan “ memulai pekerjaan dengan menyebut nama Allah “ bertujuan untuk menumbuhkan religiolitas manusia, sehingga dia melakukan pekerjaan apapun didasari niat ibadah kepada Allah SWT.Selain menumbuhkan rasa religolitas, kebiasaan memulai pekerjaan dengan menyebut nama allah akan menumbuhkan kesadaran bahwa dia adalah ciptaan Allah SWT. (Anis,2010:47)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan Metode pembiasaan ini perlu diterapkan dalam dunia pendidikan, terutama dalam membentuk prilaku seperti disiplin dan istiqomah, karena disiplin dan istiqomahtidak hanya diajarkan pengertian dan manfaatnya tetapi harus disertai dengan pembiasaan.

2.6.2.      Metode Pendidikan Berbasis Kasih Sayang
Hal esensial yang dapat ditangkap dari kasih sayang adalah Allah mengajar manusia bahwa pendidikan harus selalu didasari kasih sayang, sebab Allah sebagai yang maha pendidik selalu mencurahkan rahmah (kasih sayang)Nya.
Metode ini harus dikembangkan didalam proses pendidikan, baik didalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Karena Pendidikan yang berbasis kasih sayang bermakna sebagai pendidikan yang membebaskan dan  mencerdaskan, dan harus menjadi pegangan bagi seorang pendidik.
Kasih sayang adalah kebutuhan dasar manusia, orang yang terpenuhi kebutuhan kasih sayang, hidupnya akan terasa nyaman. Pendidikan berbasis kasih sayang akan menciptakan hubungan pendidik dan peserta didik menjadi nyaman dan harmonis, sehingga proses pembelajaran akan berjalan lancar dan  menciptakan suasan belajar menjadi menyenangkan pikiran peserta didik lebih jernih, perasaan lebih pekak, dan saraf-saraf lebih refleks mudah menyerap pelajaran yang disampaikan. (Anis,2010:192)
Uraian mengenai hal di atas bahwa,    Pendidikan kasih sayang yang ditawarkan surah fatihah adalah pendidikan yang membebaskan manusia dari negative thinking terhadap orang lain, dari kebencian, dari perseruan, dan kebodohan emosional.

2.6.3.      Metode Pendidikan Berbasis Ibadah
Pendidikan berbasis ibadah adalah pendidikan yang membebaskan manusia dari kesombongan, ketidakdisiplinan, ketidakpedulian kepada orang lain, kebohongan dan ketidakadilan. ( Anis,2010:12)
Dari penjelasan diatas pendidikan berbasis ibadah menumbuhkan berbagai sifat positif, baik bagi pendidik maupun peserta didik. Karena Orientasi semua kegiatan pendidikan hanya ditunjukan kepada Allah, sehingga menumbuhkan motivasi dalam melakukan tugas dengan sebaik-baiknya dan harus diajarkan kepada peserta didik. Sebab, ibadah adalah kebutuhan dasar peserta didik dalam rangka mengembangkan fithrah ber-Tuhan mereka.
Dengan ibadah manusia akan merasa dekat dengan Allah dan merasa segala perbuatanya diketahui olehNya. Oleh sebab itu, mereka mereka akan berusaha melakukan amal perbuatan dengan sebaik-baiknya. Ibadah dilakukan untuk memelihara aqidah taukhid dan akhlaq al karimah. Ahlak dan Beribadah harus dididik sedikin mungkin sejak dalam keluarga. Rasululloh SAW bersabda ;
اكرموا اولد كم واحسن اد بكم
Artinya ; Hormatilah anak-anakmu dan baguskanlah ahlaq mereka.
            (Ibnu Majah, tt: 1211).
Mengenai uraian di atas bahwa metode ibadah memberikan rasa kebebasan dari rasa kesombongan, ketidakdisiplinan, ketidakpedulian kepada orang lain, kebohongan dan ketidakadilan serta menumbuhkan berbagai sifat positif, baik bagi pendidik maupun peserta didik. Karena Orientasi semua kegiatan pendidikan hanya ditunjukan kepada Allah,

2.6.4.      Metode Pendidikan Berbasis Aqidah Tauhid ( Iman )
Surat fatihah mengandung pendidikan berbasis aqidah tauhid          ( iman ), Allah mengajarkan kepada manusia agar setiap aktifitas dimulai dengan menyebut nama Allah yang haq ( ayat 1 ) dan memuji hanya kepada Allah semata ( ayat 2 ). Kedua ayat tersebut ( basmalah dan hamdalah ) memberi sinyal tajam tentang pendidikan aqidah tauhid             ( iman ), karena hal tersebut menjadi sentral ajaran islam yang bersifat teosentris teraktualisasikan dalam bentuk amal sholeh yang bersifat humanis.
Pendidikan berbasis aqidah tauhid adalah pendidikan yang membebaskan manusia dari syirik, pengabdian kepada Allah, seperti pengabdian kepada materi dan hawa nafsu.  ( Anis,2010:8)
Dengan demikian, iman harus diposisikan sebagai titik tolak dalam mendesain pendidikan. Aqidah tauhid harus mendapat skala prioritas untuk diajarkan kepada peserta didik sedini mungkin sejak kanak-kanak. Luqman Al-Hakim ketika memberi pendidikan kepada anak-anaknya, yang pertama kali dididikan adalah tauhid, kemudian ahlak, lalu ibadah.                
( Q.S.luqman[31]:13,14,15,16 ).
Dapat disimpulkan bahwa, Aqidah taukhid (iman) adalah dasar tertinggi dari akhlaq, karena keyakinan akan adanya Tuhan dan hari akhir merupakan dasar tertinggi dari akhlak.

2.6.5.      Metode Pendidikan Berbasis Kebersamaan
Surah Al-Fatihah memberikan tuntunan agar umat islam melakukan ibadah bersama-sama yang terkandunga dalam ayat ( ايانعبدواياك نستعين ) sinyal yang dapat ditangkap dari ayat tersebut adalah Pendidikan berbasis kebersamaan.
   Kesimpulanya bahwa, Pendidikan berbasis kebersamaan adalah pendidikan yang mengembangkan kerja sama antara pendidik dan peserta didik serta berbagai unsur yang terlibat dalam proses pendidikan, agar terjadi pembelajaran yang kooperatif dan akan menumbuhkan rasa sosial. Kemudian mereka dapat hidup bekerja sama dengan orang lain. 

2.6.6.      Metode Pendidikan Berbasis Akhlak
Jika surat Al-Fatihah  adalah pembuka yang sangat agung bagi segala macam kebajikan, maka bila ditelaah isi surat Al-Fatihah dari dimensi pendidikan sangat relevan. Kebajikan adalah esensi dari akhlak yang mulia (akhlakul karimah). Salah satu pendidikan islam adalah membentuk akhlak yang mulia. Tema sentral diutusnya Rasulullah SAW  sebagai rasul sekaligus pendidik umat untuk menyempurnakan akhlak.  Sesuai dengan hadist Rasululloh SAW:
انما بعثت لأتم صلح الاخلق
 Artinya : Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan ahlaq yang sholeh.
( HR.Bukhori dalam shaseh Bukhori kitab adab, Baihaqi, dalam kitab Syu’bil Iman dan Hakim).
Hadist lain memperkuat tentang pendidikan akhlak yang berkaitan dengan  iman yaitu :
أكمل المؤمنين ايمانااحسنهم خلقا
Artinya : Orang mukmin yang sempurna imanya adalah yang baik ahlaknya. ( HR.Tirmidzi,no.1162,Abu Daud,no.4682,dan Ad darimi,no.2792, hasan  shahih )
Dapat disimpulkan dari uraian di atas bahwa, Metode pendidikan yang berdasarkan pada nilai konstan yang dituntunkan wahyu surat Al-Fathihah dan sangat relevan untuk pendidikan. Peserta didik perlu diajarkan tentang nilai baik dan buruk, benar dan salah yang diturunkan agama, sehingga mereka dalam menjalankan segala aktifitas tidak terlepas dari nilai akhlak.





BAB III
KONSEP PENDIDIKAN DALAM SURAT AL-FATIHAH

3.1. Konsep Pendidikan Dalam Surat Al-Fatihah
Disini setelah menyimak dari penafsiran lafadz yang tedapat dalam surat fatihah pada bab 2 ada beberapa konsep pendidikan yang dapat diambil, namun sebelum membahas tentang hal tersebut terlebih dahulu membahas tentang konsep dasar pendidikan dan konsep pendidikan yang sudah ada di Indonesia.

3.1.1. Konsep Dasar Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting, strategis dan determinatif bagi masyarakat. Maju-mundurnya kualitas peradaban suatu masyarakat atau bangsa sangat bergantung pada bagaimana kualitas pendidikan diselenggarakan oleh masyarakat. Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan kita. 
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan (Ngalim Purwanto, 2002:11). Rumusan tentang pendidikan, lebih jauh termuat dalam UU. No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan Indonesia bertujuan agar masyarakat Indonesia mempunyai pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya, arah dari proses pendidikan nasional mencakup berbagai aspek kehidupan diri manusia dan masyarakat untuk survive dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berbicara masalah pendidikan meliputi cakupan yang cukup luas, bahkan dalam mendefinisikan pengertian pendidikan juga bervariasi. Ada yang mengartikan pendidikan sebagai berikut:
Pendidikan sebagai proses yang didalamnya seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dilingkungan masyarakat dimana ia berada. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses sosial, di mana seseorang dihadapkan pada kondisi dan pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (contoh paling nyata sekolah) sehingga yang bersangkutan mengalami perkembangan secara optimal (Dictionary of Education dalam T. Sulistyono, 2003).
Dari beberapa definisi tersebut menunjukkan melihat pendidikan dari sudut pandang yang berbeda.Yang pertama, melihat dari sudut pandang psikologis, dan yang kedua dari sudut pandang sosiologis. Banyak sudut pandang untuk dapat merumuskan pengertian pendidikan sehingga banyak juga definisi tentang pendidikan. Namun demikian, yang jelas bahwa pendidikan adalah proses untuk membina diri seseorang dan masyarakat agar dapat survive dalam menjalani hidupnya.
Diindonesia Ada tiga konsep pendidikan ideal yang dapat diterapkan. Pertama, tilawah (membaca), kemudian tazkiyah (membersihkan), dan Mempelajari.
Jika ingin menjadi orang yang baik sesuai dengan surah Al-Fatihah, ibarat rumah, halaman rumahnya ditanami beberapa pohon, yakni pohon kejujuran, kebersihan, kedisiplinan, ilmu, kasih sayang, keyakinan, sabar dan syukur.  "Jika itu diterapkan, maka setiap orang akan mencintai Anda," ungkap mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) itu. Beberapa karakter tersebut merupakan karakter dasar menuju sebuah kehidupan yang lebih baik. Maka, lanjutnya, sudah semestinya dapat diterapkan dalam konsep pendidikan di negeri ini. "Sebab, Jika diaplikasikan dengan benar, maka pendidikan di Indonesia akan jauh lebih baik dari saat ini. Karena karakter-karakter tersebut langsung berasal dari hukum Allah. Pendidikan  merupakan sebuah cara dari seseorang untuk menuntut ilmu. "Menuntut ilmu itu wajib, karena Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu,".

3.1.2. Konsep Pendidikan
Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam karakteristik.
Suatu konsep adalah elemen dari  proposisi  seperti  kata  adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah abstrak dimana mereka menghilangkan  perbedaan  dari segala sesuatu dalam  ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah universal dimana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya.
Konsep adalah pembawa arti.Suatu konsep tunggal bisa dinyatakan dengan bahasa apapun. Konsep bisa dinyatakan dengan 'Hund' dalam bahasa Jerman, 'chien' dalam bahasa Prancis, 'perro' dalam bahasa Spanyol.
Menurut Soedjadi (2000:14). Pengertian konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.    
        Menurut Bahri (2008:30) pengertian konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tidak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).    
Menurut Singarimbun dan Effendi (2009) pengertian konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan barbagai fenomena yang sama.” Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya.
Berbagai pengertian konsep dikemukan oleh beberapa pakar. Konsep didefinisikan sebagai suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir. Pengertian konsep yang lain adalah sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental.

3.1.3. Konsep Pendidikan Yang Terkandung Dalam Surat fatihah
Setelah memahami penjelasan diatas tentang, konsep dasar pendidikan dan konsep pendidikan. Maka,  dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan yang terdapat dalam surat Al-Fatihah diantaranya :
Konsep pendidikan silaturahmi, Konsep pendidikan pembebasan, Konsep pendidikan kasih sayang, Konsep pendidikan edutaiment, Konsep pendidikan murah dan santun, Konsep pendidikan keadilan, Konsep pendidikan kejujuran, Konsep pendidikan tanggung jawab, Konsep pendidikan ibadah, Konsep pendidikan taukhid,  Konsep pendidikan kebersamaan, Konsep pendidikan umat satu, Konsep pendidikan persaudaraan, Konsep pendidikan cooperative learning, Konsep pendidikan ( pendekatan proses kegiatan belajar mengajar ), Konsep pendidikan kreatif, Konsep pendidikan demokratis, dan Konsep pendidikan tawakal.
( Anis, 2010 )
1.      Konsep pendidikan silaturrahmi ( menjalin hubungan dengan baik )
2.      Konsep pendidikan pembebasan ( bebas berpendapat )
3.      Konsep pendidikan kasih sayang
4.      Konsep pendidikan edutaiment (menyenangkan)
5.      Konsep pendidikan murah dan santun
6.      Konsep pendidikan keadilan
7.      Konsep pendidikan kejujuran
8.      Konsep pendidikan ibadah
9.      Konsep pendidikan taukhid (iman)
10.  Konsep pendidikan kebersamaan ( kelompok atau diskusi )
11.  Konsep pendidikan umat satu ( ummatan wahidah )
12.  Konsep pendidikan persaudaraan
13.  Konsep pendidikan cooperative learning ( pendekatan proses KBM )
14.  Konsep pendidikan kreatif
15.  Konsep pendidikan demokrasi
16.  Konsep pendidikan tawakal
Mengenai hal di atas, bahwa konsep pendidikan yang diambil dari surah Al-Fatihah tersebut sangat melekat pada diri kita dan didalam kehidupan sehari-hari baik dalam bidang agama, sosial, ekonomi, budaya, dan peradapan. Juga sangat tepat digunakan untuk pendidikan baik formal maupun non formal.

3.2. Perencanaan Pendidikan dalam Surah Al-Fatihah
Sebagaimana fahami bahwa perencanaan dalam sebuah lebaga pendidikan adalah sebuah keniscayaan. Akan tetapi satu hal yang perlu dipahami dalam perumusan perencanaan tersebut tidak melepaskan tujuan dari pendidikan itu sendiri.Yang mana tujuan dari perencanaan adalah segala upaya yang dilakukan untuk tercapainya tujuan secara sestimatis, efektif dan efesien.Sedangkan tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia yang bertaqwa disisi Allah.
Modal yang terbesar diberikan Allah kepada manusia adalah wahyu. Wahyu inilah kemudian seharusnya yang menjadi pembimbing dan pedoman dasar dalam segala urusan manusia tidak terkecuali dalam model dan metode perencanaan pendidikan.  Kebenaran firman Allah ini didukung oleh argumentasi tekstual (nash). Huruf-hurufnya, kata-katanya, uslub (susunan kalimat), adalah pilihan Allah sendiri tidak ada iterpensi sedikitpun dari mahluknya.
Model dan metode perencanaan pendidikan berbasis wahyu dimaksud disini adalah kembali kepada pemahaman akan model dan metode bagaimana Allah menurunkan wahyu kepada Rasulnya Muhammad SAW. Sejak ia mulai diproses menjadi nabi pilihan di akhir zaman. Tentu rentetan-rentetan peristiwa yang terjadi pada Rasulullah dalam proses kenabiannya khususnya dalam penerimaan wahyu adalah bukan sutau hal yang “kebetulan”, dalam artian ini adalah melalui perencanaan Allah yang maha teliti dan maha tahu tentang makhluknya dan apa yang ia akan sampaikan kepada Rasulnya untuk menjadi pelajaran bagi ummat-ummat setelahnya.
Melaksanakan perencanaan pendidikan Islam idealnya mengacu kepada bagaiman Allah menurunkan Al-Qur’an ini sesuai dengan tahapannya (tartibunnuzul) kepada Muhammad. Karena dalam tartibunnuzulnya ini sebagai suatu metode dalam merencanakan pendidikan Islam. Dan ia harus diyakini mengandung nilai-nilai  dan prinsip-prinsip yang jika diserap, dianalisa dan diterapkan dengan benar dapat mengantarkan kepada terbentuknya lembaga pendidikan Islam yang  menghantarkan semua elemenya kepada ketaqwaan.
Sehingga apabila ini terjadi akan dapat diharapkan outpun pendidikan sesaui tujuannya yaitu menjadi orang yang bertaqwa. Maka Model dan Metode perencanaan Peendidikan Islam yang berbasis wahyu (Surah Al-Fatihah) tersebut adalah :
Membangun sebuah paradigma pendidikan sangat erat hubungannya Dengan adanya pandangan dasar dan nilai-nilai yang dikembangkan itulah suatu pola transpormasi atau metode pendidikan dapat dirumuskan untuk melakukan perubahan anak didik. Misalnya metode pengajarannya, pilihan materi ajaranya, pilihan kurikulum yang diterapkan. Kekuatan suatu pendidikan terletak pada seberapa jauh tingkat berubahan yang diberikan oleh pendidikan itu dalam mentransoprmasikan subyek didiknya.
Selanjutnya untuk menjaga kontinyuitas proses pendidikan itu hal yang penting untuk dilakukan adalah membentuk institusi atau perangkat organisasi lainya. Sebagimana kita ketahui bahwa suatu proses pendidikan membutuhkan lingkungan dan perangkat pendukung lainnya termasuk dalam proses aggaran. Perangkat-perangkat ini disusun dengan suatu pola pendekatan dimana dalam hal-hal yang besifat materil harus tunduk kepada hal-hal yang lebih kepada sifat-sifat spirituil.

3.2.1. Perencanaan Pedidikan dalam Surat Al-Fatihah
Sebuah model perencanaan pendidikan Islam haruslah memiliki visi yang jelas hendak dijadiakan apa subyek didik ini kedepan dan itu semua dijawab dengan tuntas dalam surat Al-Fatihah. Sebuah visi pada kenyataannya memberikan arahan gerak dan konsistensi untuk mencapai tujuan yang menjadi harapan pendidikan.
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih  lagi Maha Penyayang”;
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”;
“Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”;
“Yang menguasai hari pembalasan”;
“hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan”;
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”;
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.  (QS. Al-Fatihah: 1-7)
Dari pembahasan diatas menjadi paradigma dasar  dalam merencanakan model dan metode pendidikan Islam.  Jawaban yang dapat ditampilkan adalah bahwa konsep pendekatan atau paradigma tartibunnuzul ayat ini adalah “ijtihadi”.
Pertama, berkenaan dengan urut-urutan nuzulnya Al-Qur’an sebagaimana yang tertera dalam paradigma sistematika Nuzulnya wahyu, kenyataannya merujuk pada keterangan Ibnu Abbas dan beberapa ahli tafsir lainnya.
Kedua, secara substansial dapat dianalisis bahwa kandungan ayat-ayat, sebagaimana yang dimaksudkan dalam wahyu tersebut, adalah kerangka dasar perencanaan pendidikan yang berarti secara penuh bersifat Islami.
Ketiga, mengikuti umumnya ahli tafsir bahwa surat Al Fatihah dipandang sebagai induk  kitab(ummul kitab) yang merupakan garis-garis besar atau bahkan kesimpulan Al Qur’an sendiri, dan oleh karena itu tartib Nuzul wahyu ini  berprinsip pada batas nuzulnya surat Al Fatihah.
Keempat, adalah nyata bahwa perjuangan Rasulullah menyampaikan risalahNya sehingga berhasil membangun peradaban Islam, menerapkan  secara sempurna tahapan-tahapan turunnya wahyu ini. Sehingga wajar atau bahkan seharusnya, jika kita ingin membangun atau merencanakan pendidikan  Islam mengikuti apa yang telah dipraktekkan oleh Beliau yang ternyata juga terbukti kebenarannya. Karena itu ketika umat Islam  ingin kembali meraih kejayaannya, menjadi kiblat peradaban manusia, maka prasyarat mutlak yang harus dilakukan adalah membangun dasar-dasar orientasi, mengelaborasi dan menderivasikannya sehingga menjadi tatanan nilai,  visi ideologis dan sistem penjelas serta konsep-konsep yang diperlukan. Berarti mengikuti pola yang diterapkan oleh Rasulullah dan substansi dari wahyu-wahyu yang pertama kali diturunkan atau dengan apa yang disebut sebagai Tartibunnuzul al-wahyu. Upaya ini ditransmisikan secara luas dan mendalam ke dalam umat manusia, secara terus menerus dan akseleratif, sehingga tercapailah cita-cita sebagai masyarakat yang diridlai Allah SWT.

Ø  KESIMPULAN
Dari uraian dan pembahasan tentang model dan metode perencanaan pendidikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.    Model dan metode perencanaan dalam lingkup pendidikan, diartikan sebagai pola atau acuan, dan cara yang ditempuh dalam penyusunan rencana pendidikan secara umum. Tetapi model dan metode perencanaan pendidikan tentunya berbeda dengan model dan metode perencanaan pengajaran, perencanaan pendidikan cakupannya lebih luas dan lebih umum menyangkut rencana dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pengambil kebijakan tertinggi dalam instansi pendidikan.
2.    Macam-macam model perencanaan pendidikan menurut Nanang Fattah yang perlu diketahui diantaranya:
1.      Model perencanaan komprehensif;
2.      Model target setting;
3.      Model costing dan keefektifan biaya
4.      Model  PPBS (planning, programming, budgeting sistem)
3. Macam-macam metode perencanaan pendididikan menurut Husaini Usman adalah:
1.    Metode input-output analisis (analisis masukan-keluaran)
2.    Metode analysis econometrik (analisa ekonometrik)
3.    Metode cause-effect diagram (diagram sebab-akibat)
4.    Metode Delphi
5.    Metode heuristic
6.    Metode life sycle analysis (analisa siklus kehidupan)
7.    Metode value added analysis (analisa nilai tambah)
8.    Metode proyeksi
9.    Metode proyeksi dipecah menjadi beberapa metode diantaranya :
a.       Proyeksi pemecahan penduduk usia lima tahunan menjadi tahunan
b.      Proyeksi penduduk dan penduduk usia sekolah
c.       Proyeksi kebutuhan ruang kelas
d.      Proyeksi Kebutuhan Guru
4. Metode means-ways-goals analysis (analisis sumber, cara, dan tujuan)
Agama Islam dengan ajarannya adalah sebuah konsep yang komprehensif yang mengatur semua lini kehidupan manusia.perencanaan dalam Islam adalah sebuah keniscayaan dan harus dipersiapakan segala sesuatu untuk tercapainya tujuan. Al-Qur’an dalam surat Al-Hasyar ayat 18 Allah SWT menjelaskan tentang keharusan dalam perencanaan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”(Qs.Al-Hasyr:18).
Jadi ayat tersebut dapat dipahami bahwa  perlunya perencanaan untuk masa depan, apakah untuk diri sendiri, pemimpin keluarga, lembaga, masyarakat maupun sebagai pemimpin Negara.

3.3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
3.3.1.      Dasar Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya adalah Alquran dan Hadist Nabi Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para intelektual muslim kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam dua bagian yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan; kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata (Muhammad Syaltut).
Oleh karena pendidikan termasuk amal nyata, maka pendidikan tercakup dalam bidang syariah. Bila diklasifikasikan lebih lanjut, termasuk dalam sub bidang muamalah.
Dalam Al-Quran Banyak ayat yang berkenaan dengan pendidikan.Tim penyusun buku Ilmu Pendidikan Islam memberikan contoh dengan menggunakan kisah Lukman ketika mendidik anak-anaknya (Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, 1982/1983:20).
Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan.Sebagai bantahan pendapat yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Alquran. Abdul Rahman Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal dari kata “Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Alquran; demikian pula kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Alquran menunjukkan bahwa dalam Alquran tidak mengabaikan konsep-konsep yang menunjukkan kepada pendidikan. (Departemen P & K, 1990:291).

Hadist, juga banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan Islam. Hadist sebagai pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal Nabi Muhammad SAW., merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Alquran. Di samping Al-Quran dan hadist sebagai sumber atau dasar pendidikan Islam, tentu saja masih memberikan penafsiran dan penjabaran lebih lanjut terhadap Al-Quran dan hadist, berupa ijma’, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang sering pula dianggap sebagai dasar pendidikan Islam. (Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama: 21). Akan tetapi, kita konsekuen bahwa dasar adalah tempat berpijak yang paling mendasar, maka dasar pendidikan Islam hanyalah Al-Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW.

3.3.2.       Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan sebagai usaha normatif, maka tujuannya pun normatif (Abdurrahman Getteng, 1996:14). Oleh karena itu berbicara tentang tujuan pendidikan, baik pendidikan Islam maupun pendidikan lainnya, para ahli membagi dengan pembagian yang berbeda. Langevel misalnya, sebagaimana yang dikutip oleh Mappanganro, bahwa tujuan pendidikan diklasifikasikan kedalam enam bagian yaitu: 1) Tujuan umum, 2) tujuan khusus, 3) tujuan seketika, 4) tujuan sementara, 5) tujuan tidak lengkap, dan 6) tujuan perantara. (Mappanganro, 1987 : 107).
Dilihat dari ilmu pendidikan teoretis, tujuan pendidikan ditempuh secara bertingkat, misalnya tujuan intermediair (sementara atau antara), yang dijadikan batas sasaran kemampuan yang harus dicapai dalam proses pendidikan pada tingkat tertentu, untuk mencapai tujuan akhir.
Adapun tujuan akhir pendidikan Islam adalah pada hakikatnya merupakan realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah Swt., lahir dan batin, dunia dan akhirat. Tujuan akhir pendidikan Islam telah disusun oleh para ulama dan ahli pendidikan Islam dari semua golongan dan mazhab dalam Islam.
Pendidikan Islam berlangsung seumur hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula.Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya.Karena itulah pendidikan Islam berlaku seumur hidup untuk menumbuhkan, memupuk dan mengembangkan, serta memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan Islam yang telah dicapai.Orang yang sudah takwa dalam bentuk Insan Kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaannya supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bahkan pendidikan dalam bentuk formal.
Sebagaimana Rumusan Hasil Keputusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7-11 Mei 1960 di Cipayung Bogor.Pada saat itu berkumpullah ulama ahli pendidikan Islam dari semua lapisan masyarakat Islam dan telah berhasil merumuskan tujuan pendidikan Islam yakni tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berkepribadian dan berbudi pekerti luhur menurut ajaran Islam. Tujuan tersebut ditetapkan berdasarkan atas pengertian bahwa “Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan ruhani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam (M. Arifin, 1994 : 41).
Rumusan lain tentang tujuan pendidikan Islam oleh Oemar al-Toumy al-Syaibany sebagai berikut: “Tujuan pendidikan Islam adalah perubahan yang diinginkan dan diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik tingkah laku individu dari kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar di mana individu itu hidup atau pada proses pendidikan itu sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu tindakan kegiatan asasi dan sebagai proporsi di antara profesi asasi dalam masyarakat” (Arifin : 42).
Tujuan-tujuan tersebut dapat paralel dan dapat pula pada urutan satu garis (linier) dalam hal ini, terdapat tujuan yang dekat, lebih jauh atau dalam istilah lain terdapat beberapa tujuan sementara atau tujuan akhir pendidikan Islam. Fungsi dari pendidikan Islam adalah memelihara arah usaha itu dan mengakhiri setelah tujuan itu tercapai.Fungsi tujuan sementara ialah membantu memelihara arah usaha dan menjadikan titik berpijak untuk mencapai tujuan-tujuan lebih lanjut dari tujuan akhir. Pendidikan Islam ialah usaha yang bertujuan banyak dalam urutan satu garis (linier), sebelum mencapai tujuan akhir, pendidikan Islam lebih dahulu mencapai beberapa tujuan sementara (Ahmad D. Marimba, 1981 : 46).
Tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan hidup seorang muslim. Bila pendidikan dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akanberakhir pada tercapainya tujuan pendidikan. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan. Nilai-nilai ideal itu mempengaruhi dan mewarnai pola kehidupan manusia, sehingga menggejala dalam perilaku lahiriahnya, dengan kata lain perilaku lahiriah adalah cermin yang memproyeksikan nilai-nilai ideal memacu di dalam jiwa manusia sebagai produk dari proses pendidikan.
Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan yang sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup yang digariskan Alquran.Ibnu Khaldun mengatakan sebagaimana dikatakan oleh Ramayulis bahwa tujuan pendidikan Islam mempunyai dua tujuan. Pertama tujuan keagamaan, maksudnya beramal untuk akhirat, sehingga ia menemui Tuhannya dan telah menunaikan hak-hak Allah yang diwajibkan ke atasnya. Kedua, tujuan ilmiah yang bersifat keduniaan, yaitu apa yang diungkapkan oleh pendidikan modern dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup (Ramayulis, 1994:25-26). Demikian pula Abdullah Fayad menyatakan bahwa pendidikan Islam mengarah pada dua tujuan. Pertama, persiapan untuk hidup akhirat; kedua, membentuk perorangan dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk menunjang kesuksesan hidup di dunia (Ramayulis: 26-27). Semua rumusan tujuan yang dikemukakan di atas sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Tujuan pendidikan Islam adalah mengandung tentang nilai-nilai ideal yang bercorak Islami. Hal ini mengandung bahwa tujuan pendidikan Islam tidak lain adalah: Tujuan merealisasikan idealitas Islami. Sedangkan idealitas Islami itu sendiri pada hakikatnya mengandung nilai perilaku manusia yang disadari atau dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan yang ditaati. (Arifin, 1994 : 119).
 Selanjutnya Al-Gazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah Swt., dari kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia dan akhirat (Ramayulis : 26). Selain dari pandangan yang dikemukakan oleh al-Gazali tentang tujuan pendidikan Islam. Al-Gazali merumuskan tujuan umum pendidikan Islam kedalam lima pokok: 1. Membentuk akhlak yang mulia (al-fadhilah); 2. Persiapan untuk dunia dan akhirat; 3.Persiapan untuk mencari rezki dan pemeliharaan segi-segi pemanfaatannya. Keterpaduan antara agama dan ilmu akan dapat membawa manusia kepada kesempurnaan; 4. Menumbuhkan ruh ilmiah para pelajar dan memenuhi keinginan untuk mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu; 5. Mempersiapkan para pelajar untuk suatu profesi tertentu sehingga ia mudah mencari rezki (Ramayulis)
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pendidikan adalah salah satu faktor determinan dalam pendidikan pada umumnya. Secara khusus dalam pendidikan Islam, yang menjadi tujuan utama adalah terbentuknya akhlak yang mulia (akhlak al-karimah). Berbagai aspek yang harus dilihat dalam rangka penetapan dan pemantapan tujuan pendidikan tersebut termasuk pendidikan Islam.Aspek-aspek yang dimaksud adalah berkaitan dengan berbagai hal yang harus diperhatikan dalam hubungannya dengan subjek dan objek didik.
Sebagai titik akhir yang ingin dicapai adalah kesempurnaan jiwa manusia. Kesempurnaan jiwa diasumsikan sebagai suatu capaian yang harus diraih oleh segenap usaha manusia. Oleh karenanya perangkat pendidikan yang direkayasa senantiasa mencerminkan daya dukungnya terhadap tujuan itu.
Dengan kondisi ideal seperti itu menurut para ahli pendidikan Islam, manusia harus diarahkan ke arah pencapaian kualitas tertentu yang dapat digunakannya dalam kehidupan ini.Berbagai penelitian yang telah dikemukakan untuk mengkaji sekitar tujuan umum pendidikan Islam yang bersumber dari kenyataan-kenyataan serta pemikiran-pemikiran yang berkembang sekitar pendidikan Islam.
AR. Nahlawi, menyatakan bahwa tujuan umum pendidikan Islam adalah:
1( Meningkatkan kemampuan akal dan menumbuhkan pikiran,
2) Menumbuhkan potensi-potensi bakat yang dibawa sejak lahir,             
3) Mengembangkan potensi generasi muda, dan
4) Menjaga keseimbangan potensi dan bakat manusia.
Akal merupakan anugrah pemberian Tuhan yang dikhususkan kepada manusia sebagai jenis makhluk yang mengembang tugas berat dan mulia. Oleh karena pengembangan akal manusia harus menjadi prioritas dalam tujuan pendidikan.
(AR. Nahlawi, 1865 : 67).
Hal tersebut dapat dikomentari bahwa pakar tersebut menekankan lebih banyak kepada peranan akal dalam kehidupan manusia.Fungsi akal yang dimanifestasikan lewat kemampuan berpikir dapat menjadi sarana untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan.Demikian juga dapat mengembangkan potensi berupa bakat yang ada dalam diri setiap orang.
Lain halnya dengan al-Jamali mengemukakan bahwa tujuan-tujuan pendidikan Islam hendaknya diambil dari Al-Qur’an sebagaimana telah disebutkan beberapa tujuan dimaksud adalah: 1) Menyadarkan manusia tentang posisinya di antara makhluk yang lain,  2) Memperkenalkan tanggung jawab yang diemban oleh manusia dalam kehidupan diri dan sosialnya, 3) Mendalami hikmah penciptaan makhluk lain berupa alam dan segala isinya yang digunakan oleh dan untuk kepentingan manusia, 4) Memperkenalkan keagungan pencipta alam raya ini (Nahlawi : 62
Dari gambaran tujuan yang dirumuskan oleh Nahlawi tersebut tampaknya dapat didekati dengan pemahaman yang berdimensi internal. Bahwa dalam diri manusia harus ditumbuhkan keadaan yang mendalam tentang berbagai hal, baik yang menyangkut eksistensinya maupun tanggung jawabnya secara hakiki.Bahkan sebagai makhluk Tuhan, manusia perlu memiliki suatu pandangan yang benar tentang akidah dan keyakinan kepada Allah Sang Maha Pencipta yang dapat didekati lewat atribut-atribut alamiah yang mudah dipahami.
Jika dipelajari karya-karya al-Gazali tentang pendidikan dan pengajaran, akan ditemukan dua tujuan pendidikan yang hendak dicapai, yakni; 1) Kesempurnaan manusia, yang puncaknya adalah kedekatan dengan Allah, dan 2) Kesempatan manusia yang puncaknya adalah kebahagiaan dunia dan akhirat (Fathiyah Hasan Sulaiman, 1964 : 12).
Berdasarkan tujuan tersebut tampaknya al-Gazali melakukan upaya dan menjabarkannya dalam berbagai bentuk pengajaran yang menurutnya dapat dan mampu mendekati puncak pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
Dari pandangan di atas dapat dipahami sebagaisuatu kebulatan yang pada dasarnya tidak bertentangan satu sama lain. Mereka saling melengkapi guna mendapatkan rumusan tujuan ideal yang hendak dicapai oleh segenap usaha dan proses pendidikan Islam. Rumusan tersebut bila dicermati, berakar dari petunjuk-petunjuk Alquran serta berakar pada pengalaman historis dalam pelaksanaan pendidikan Islam hingga kini.
Dengan memperhatikan kerangka tujuan yang dikutip di atas, juga tergambar secara umum bahwa sistem pendidikan Islam memiliki ciri khas yakni dengan warna religius serta dilengkapi dengankerangka etis tanpa mengenyampingkan kepentingan-kepentingan duniawi. Apabila ditelusuri lebih jauh tentang kecenderungan Al-Gazali dalam praktek dan proses pendidikan yang dilakukannya, tampak dengan jelas adanya aksentuasi ke arah bidang ruhani sebagai konsekuensi dari pandangan dalam bidang filsafat dan sufistik. Penjelasan Fathiyah Hasan tersebut menyimpulkan bahwa Al-Gazali sebenarnya memiliki tujuan hakiki yakni mencapai kesempurnaan manusia dunia dan akhirat. (Hasan Sulaiman : 20).
Dari berbagai macam tujuan pendidikan dikemukakan di atas kita dapat mengambil kesimpulan kepada dua macamkesimpulan yang prinsipil yaitu:
1. Tujuan Keagamaan
Yang dimaksud dengan tujuan keagamaan ini adalah bahwa setiap pribadi orang muslim beramal untuk akhirat atas petunjuk dan ilham keagamaan yang benar, yang tumbuh dan dikembangkan dari ajaran-ajaran Islam yang bersih dan suci. Tujuan keagamaan mempertemukan diri pribadi terhadap Tuhannya melalui kitab-kitab suci yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban, sunat dan yang fardlu bagi seorang mukallaf.
Tujuan ini menurut pandangan pendidikan Islam dan para pendidik muslim mengandung esensi yang sangat penting dalam kaitannya dengan pembinaan kepribadian individual; diibaratkan sebagai anggota masyarakat yang harus hidup di dalamnya dengan banyak berbuat dan bekerja untuk membina sebuah gedung yang kokoh dan kuat. Di sini tampak jelas tentang pentingnya tujuan pendidikan ini, karena sebenarnya agama itu sendiri mempunyai hubungan yang erat dengan berbagai aspek pendidikan kejiwaan dan pendidikan kebudayaan secara ilmiyah dan falsafiyah. Maka dari itu agama mengarahkan tujuannya pada pencapaian makrifat tentang kebenaran yang haq, yaitu Allah SWT.
Di samping itu tujuan keagamaan juga mengandung makna yang lebih luas yakni suatu petunjuk jalan yang benar di mana setiap pribadi muslim mengikutinya dengan ikhlas sepanjang hayatnya, dan juga masyarakat manusia berjalan secara manusiawi.
(Ali Al-Jumbulati, 2002 : 37)
Dengan demikian agama sebenarnya memberikan berbagai topik pembahasan, di antaranya yang paling essensial ialah pembahasan dari sudut falsafah, misalnya agama berusaha memberikan analisis yang benar terhadap permasalahan wujud alam semesta dan tujuannya, dan agama menetapkan garis dan menjelaskan kepada kita jalan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Tentang kehidupan di akhirat filsafat juga berusaha menganalisis problem-problemnya.

2. Tujuan Keduniaan
Tujuan ini seperti yang dinyatakan dalam tujuan pendidikan modern saat ini yang diarahklan kepada pekerjaan yang berguna (pragmatis) atau untuk mempersiapkan anak menghadapi kehidupan masa depan. Tujuan ini diperkuat oleh aliran paham pragmatisme yang dipelopori oleh ahli filsafat John Dewey dan William Kilpatrick.Para ahli filsafat pendidikan pragmatisme lebih mengarahkan pendidikan anak kepada gerakan amaliah (keterampilan) yang bermanfaat dalam pendidikan.
Dari ungkapan tersebut dapat dipahami bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah kesempurnaan ruh (jiwa) manusia yang pada hakikatnya menjadi inti keberadaan manusia dalam perjuangan hidupnya mencari keridhaan Allah. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam pada dasarnya memperoleh tujuan ideal guna mengantarkan dan mengarahkan manusia dalam upaya memantapkan dan menjaga kesucian jiwanya. Dapat pula dikatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim seutuhnya adalah pribadi yang ideal menurut ajaran Islam yakni, meliputi aspek-aspek individual, sosial dan aspek intelektual. Semua aspek itu adalah sesuai dengan hakikatnya sebagai seorang muslim yang mengabdikan seluruh hidupnya kepada Allah SWT.
Penulis menyimpulkan, bahwa, Tujuan Pendidikan Dalam Islam  sesuai tuntunan dengan Surat Al-Fatihah yaitu ada tiga:
1.      Untuk melahirkan insan yang berjiwa beriman dan bertaqwa
2.      Untuk melahirkan insan-insan yang sanggup bekerja sebagai khalifah (duta) Allah.
3.      Membentuk  akhlaq mulia
Pertama menegaskan yaitu tujuan Allah menjadikan manusia ialah untuk menjadi seorang hamba Allah yang hidupnya hanya untuk menyembah dan mengabdikan seluruh hidup kepada Allah semata. Melaksanakan seluruh perintah (hukum-hakam) Allah dalam semua aspek kehidupan manusia, dan menghindari diri dari semua laranganNya.
Kedua sebagai khalifah Allah bermaksud, untuk melahirkan insan-insan yang sanggup bekerja sepenuh masa dengan kerajaan Allah untuk membangunkan syariat Allah dan melaksanakan tugas yang diamanahkan oleh Allah.
‘Combination’ antara dua maksud tersebut maka lahirlah ungkapan yang masyhur yaitu, “Menjadi Abid di malam hari, dan menjadi singa Allah di siang hari”.
Abid berperanan sebagai hamba Allah yang sebaik-baiknya. Singa berperanan sebagai khalifah Allah yang sebaik-baiknya.Maka, dalam usaha memproses manusia menjadi hamba dan khalifah Allah sekaligus, maka dapat tidak Sistem Pendidikan hendaklah menjurus ke arah itu.
( Anis,2010 )
Sabda Rasulullah SAW :
انمابعثت لاتم مكرم الاخلق
Artinya : sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan ahlak
Sedangkan menurut hadist tersebut bahwansanya akhlaq adalah suatu pokok dari segala kunci keberhasilan karean ahlak mencakup dua kaitan yaitu ahlaq yang berkaitan dengan Allah dan ahlak yang berkaitan dengan manusia ( habluminallah wahabluminannas ).( Anis,2010 )
Mengenai tujuan pendidikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa : pendidikan itu harus dilandasi dengan keimanan yang kuat sehingga akan terciptanya insan yang bertaqwa dan berjiwa besar serta menjadi insan yang bertanggung jawab semua itu harus diiringi dengan ahlaq yang mulia, dengan demikian menjadi insan yang bermanfaat bahagia baik didunia maupun akhirat.
3.4.      Materi
Al-Fatihah adalah Ummul Qur’an; dikarenakan seluruh maksud ajaran Al-Qur’an terkandung didalamnya banyak materi diantaranta, Ia telah mencakup tiga macam tauhid. Ia juga mencakup penetapan risalah, hari akhir, jalan para rasul dan jalan orang-orang yang menyelisihi mereka. Segala perkara yang terkait dengan pokok-pokok syari’at telah terkandung di dalam surat ini.  
Di dalam Al-Hamdu Lillahi Rabbil ‘Alamin’ terkandung tauhid rububiyah. Di dalam Ar-Rahmanir Rahim, Maaliki yaumid diin’ terkandung tauhid asma’ wa shifat. Di dalam ‘Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in’ terkandung tauhid ibadah.  
Di dalamnya juga terkandung bantahan bagi kaum mulhid/atheis yang menganggap alam semesta ini tidak memiliki pencipta. Di dalam surat ini terkandung bantahan bagi mereka tatkala ia menetapkan bahwa alam memiliki Rabb yang menciptakannya, sebagaimana ditegaskan dalam kata رب العالمين. Sebab kata Rabb bermakna yang mencipta dan memelihara seluruh makhluk.Sehingga di dalamnya telah terkandung bantahan bagi kaum mulhid atau atheis.  
Di dalam Surat Al-Fatihah juga terkandung bantahan bagi orang-orang musyrik yang beribadah kepada selain Allah SWT. اياك نعبد mengandung pemurnian ibadah untuk Allah semata; sehingga di dalamnya terkandung bantahan bagi orang-orang musyrik yang menyertakan selain Allah dalam beribadah kepadaNya. Di dalamnya juga terkandung bantahan bagi berbagai kelompok umat ini yang melenceng dari jalan kebenaran semacam Jahm’iyah, Mu’tazilah, dan Asya’irah; yang mereka tersesat dalam masalah takdir.Ia juga mengandung bantahan bagi orang-orang yang menolak sifat-sifat Allah; yaitu kaum Mu’aththilah yang menolak nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana halnya kaum Jahmiyah, Mu’tazilah, Asy’ariah, Maturidiyah, dan lain sebagainya. Setiap kelompok yang menolak semua atau sebagian sifat Allah, maka surat ini telah membantah mereka.  
Imam Ibnu Katsir ra berkata: “Sebagaimana dikatakan oleh sebagian salaf bahwa Al-Fatihah menyimpan rahasia Al-Qur’an, sedangkan rahasia surat ini adalah kalimat ‘Iyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’in’. Bagian yang pertama (Iyyaka na'budu) adalah pernyataan sikap berlepas diri dari syirik. Adapun bagian yang kedua (Iyyaka nasta'in) adalah pernyataan sikap berlepas diri dari (kemandirian) daya dan kekuatan, serta menyerahkan (segalanya) kepada Allah ‘azza wa jalla”  
Secara global materi dalam surat al-fatihah adalah Segala perkara yang terkait dengan pokok-pokok syari’at telah terkandung didalam surat ini, tauhid rububiyah, tauhid asma’ wa shifat, tauhid ibadah, mencipta dan memelihara, berlepas diri dari (kemandirian) daya dan kekuatan.

3.5.      Evaluasi Pendidikan
Bentuk evaluasi ini di buat dalam bentuk instrumen penilaian yaitu Tes Lisan. Dalam bentuk tes lisan gurubertanya jawab dengan siswa tentang golongan surat Al-Fatihah, nama-nama lain surat Al-Fatihah dan jumlah ayat surat  Al-Fatihah  serta siswa kembalimendemonstrasikan bacaan surat A-Fatihah secara sempurna.
Strategi yang dipakai dalam instrumen ini yaitu guru menampilkan soal lewat slide power point yang telah disiapkan dan siswa ditunjuk untuk menjawabnya dengan benar.
Instrumen penilaian           :
Soal :
  1. Lafadzkan Bacaan Surah Al Fatihah dengan makhraj, harakat dan hukum bacaan yang benar!
  2. Sebutkan Arti dari Umul Kitab
  3. Berapa jumlah ayat dalam Surat Al-Fatihah ?
  4. Mengapa Surat Al-Fatihah di sebut dengan golongan Surat-surat makiyyah ?
  5. Urutlah panggalan ayat di bawah ini menjadi ayat yang sempurna !
Jawaban :
  1. Jawaban Lisan Siswa
  2. Induk Al-Qur’an/induk Kitab
  3. 7 ayat
  4. Karena Surat Al-Fatihah diturunkan di kota Mekkah
  5. صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِم غَيْرِالْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضّــَآ لِّيْنَ ْ
Memberikan motifasi terhadap materi yang telah dipelajari.Sebelum mengakhiri proses belajar mengajar guru memberikan sedikit motifasi kepada siswa untuk selalu tekun belajar membaca Al-Qur’an di rumah terutama pengucapan Surat al-Fatihah yang merupakan induk dari al-Qur’an.



TANGGAPAN PESERTA DIDIK
Berikut ini adalah beberapa Tanggapan Peserta didik Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Model Active Learning Melalui
strategi Demonstrasi pada Materi Surah Al-Fatihah

NO
NAMA SISWA
TANGGAPAN
1
ARYA
Saya cepat mengerti apa yang pak guru sampaikan.
2
SAMSIA BACKHTIAR
Asyik, karna pak guru memutar vidio dan kita menonton, bisa menghilangangkan rasa ngantuk
3
JAMAL RAHMAT
Nilai Pendidikan Agama saya Meningkat karna saya bisa menjawab soal-soal yang pakguru berikan
4
JABALI SANUSI
Setelah belajar, Saya mampu mengucapkan Surah Al-Fatihah Dengan Benar
5
AULIA AHMAD
Ternyata model belajar seperti ini lebih baik dari pada saya harus mendengar pak guru bicara terus menerus sampai habis belajar.
6
ABDUL KHALIK
Saya cepat mengerti membaca Surah Al-Fatihah.

BAB IV
NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAT AL-FATIHAH

4.1.  Tafsir Surat Al-Fatihah dalam Tafsir Jalalain
Dibawah ini adalah tafsir surat Al-Fatihah dalam Tafsir Jalalain Karangan Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Jalaluddi As-Suyuthi menggunakan bentuk Bi Al-Ra'y. Karena dalam menafsirkan ayat demi ayat menggunakan hasil pemikiran atau ijtihad para mufasir (meskipun tidak menafikan riwayat). Sebagai contoh ketika Al-Jalalain menafsirkan penggalan ayat berikut ini:
(ولا تتبدلواالخبيث) الحرام (بالطيب) الحلال أى تأخذوه بدله كما تفعلون من أخذ الجيد من مال اليتيم وجعل الردئ من مالكم مكانه.
Di sini kelihatan dengan jelas bahwa ketika menafsirkan penggalan ayat tersebut Al-Suyuthi murni menggunakan pemikirannya tanpa menyebut riwayat, jadi tafsir Surat Al-Fatihah dengan tafsiranya sebagai berikut:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
01.    (Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)

 الحمد لله جملة خبرية قصد بها الثناء على الله بمضمونها على أنه تعالى : مالك لجميع الحمد من الخلق آو مستحق لأن يحمدوه والله علم على المعبود بحق رب العالمين أي مالك جميع الخلق من الإنس والجن والملائكة والدواب وغيرهم وكل منها يطلق عليه عالم يقال عالم الإنس وعالم الجن إلى غير ذلك وغلب في جمعه بالياء والنون أولي العلم على غيرهم وهو من العلامة لأنه علامة على موجده         002. (Segala puji bagi Allah) Lafal ayat ini merupakan kalimat berita, dimaksud sebagai ungkapan pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Taala adalah yang memiliki semua pujian yang diungkapkan oleh semua hambaNya. Atau makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Taala itu adalah Zat yang harus mereka puji. Lafal Allah merupakan nama bagi dzat yang berhak untuk disembah. (Tuhan semesta alam) artinya Allah adalah yang memiliki pujian semua makhlukNya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing  mereka disebut alam. Oleh karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafal 'al-`aalamiin' merupakan bentuk jamak dari lafal '`aalam', yaitu dengan memakai huruf ya dan huruf nun untuk menekankan makhluk berakal atau berilmu atas yang lainnya. Kata 'aalam berasal dari kata `alaamah (tanda) mengingat ia adalah tanda bagi adanya yang menciptakannya.

الرحمن الرحيم أي ذي الرحمة وهي إرادة الخير لأهله
003. (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) yaitu yang mempunyai rahmat. Rahmat ialah menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya.

مالك يوم الدين أي الجزاء وهو يوم القيامة وخص بالذكر لأنه لا ملك ظاهرا فيه لأحد إلا لله تعالى بدليل  لمن الملك اليوم ؟ لله  ومن قرأ مالك فمعناه مالك الأمر كله في يوم القيامة أو هو موصوف بذلك دائما كغافر الذنب فصح وقوعه صفة لمعرفة
004. (Yang menguasai hari pembalasan) di hari kiamat kelak. Lafal 'yaumuddiin' disebutkan secara khusus, karena di hari itu tiada seorang pun yang mempunyai kekuasaan, kecuali hanya Allah Taala semata, sesuai dengan firman Allah Taala yang menyatakan, "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan." (Q.S. Al-Mukmin 16) Bagi orang yang membacanya 'maaliki' maknanya menjadi "Dia Yang memiliki semua perkara di hari kiamat". Atau Dia adalah Zat yang memiliki sifat ini secara kekal, perihalnya sama dengan sifat-sifat-Nya yang lain, yaitu seperti 'ghaafiruz dzanbi' (Yang mengampuni dosa-dosa). Dengan demikian maka lafal 'maaliki yaumiddiin' ini sah menjadi sifat bagi Allah, karena sudah ma`rifah (dikenal).

إياك نعبد وإياك نستعين أي نخصك بالعبادة من توحيد وغيره ونطلب المعونة على العبادة وغيرها
005. (Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan) Artinya kami beribadah hanya kepada-Mu, seperti mengesakan dan lain-lainnya, dan kami memohon pertolongan hanya kepadaMu dalam menghadapi semua hambaMu dan lain-lainnya.

اهدنا الصراط المستقيم أي أرشدنا إليه ويبدل منه
006. (Tunjukilah kami ke jalan yang lurus) Artinya bimbinglah kami kejalan yang lurus, kemudian dijelaskan pada ayat berikutnya, yaitu:

صِرَاطَ الذين أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ بالهداية ويبدل من الذين بصلته غَيْرِ المغضوب عَلَيْهِمْ وهم اليهود وَلاَ وغير الضالين وهم النصارى ونكتة البدل إفادة أن المهتدين ليسوا يهوداً ولا نصارى والله أعلم بالصواب، وإليه المرجع والمآب وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا دائما أبدا، وحسبنا الله ونعم الوكيل، ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
007. (Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka), yaitu melalui petunjuk dan hidayahMu. Kemudian diperjelas lagi maknanya oleh ayat berikut: (Bukan (jalan) mereka yang dimurkai) Yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi. (Dan bukan pula) dan selain (mereka yang sesat.) Yang dimaksud adalah orang-orang Kristen. Faedah adanya penjelasan tersebut tadi mempunyai pengertian bahwa orang-orang yang mendapat hidayah itu bukanlah orang-orang Yahudi dan bukan pula orang-orang Kristen. Hanya Allah lah Yang Maha Mengetahui dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan segala sesuatu. Semoga selawat dan salamNya dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabatnya, shalawat dan salam yang banyak untuk selamanya. Cukuplah bagi kita Allah sebagai penolong dan Dialah sebaik-baik penolong. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya berkat pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. ( Hidayat, 2009 ).

Setiap kita mau melakukan aktifitas haruslah dimulai Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, karena Segala puji hanya milik allah SWT. Dimaksud sebagai ungkapan pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Taala adalah yang memiliki semua pujian yang diungkapkan oleh semua hambaNya, artinya Allah adalah yang memiliki pujian semua makhlukNya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya, yaitu yang mempunyai rahmat. Rahmat ialah menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya, karena di hari itu tiada seorang pun yang mempunyai kekuasaan, kecuali hanya Allah SWT semata, maka  beribadah hanya kepadaNya, seperti mengesakan dan lain-lainnya dan memohon pertolongan hanya kepadaNya, yakni kejalan yang lurus, yaitu melalui petunjuk dan hidayah Allah, Cukuplah bagi kita Allah sebagai penolong karena Allah adalah sebaik-baik penolong. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya berkat pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

4.2. Nilai Tarbawi
Menurut Al-Hijazi (Rosyidin, 2003: 23)  rabb adalah raja dan tuan, pada kata tersebut mengandung makna ketuhanan, pendidikan, dan bimbingan atau bantuan. Kata al-‘Âlamîn jamak dari ‘alam, artinya alam itu banyak macamnya, selain alam Allah, ada juga alam manusia, binatang dan tumbuhan.

Kata rabb dalam surat Al-Fatihah ayat ke-2 semakna juga dengan kata rabb dalam surat Ash-Shâffat180
“Mahasuci Tuhanmu  yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan”. Menurut Al-Hijazi, kata rabb mengandung makna bahwa rububiyyah Allah mengarahkan pendidikan supaya bersifat sejuk, penuh kasih sayang, perhatian, inspiratif dan menyenangkan atau tidak membosankan. (Rosyidin, 2003: 24)
Al-Maraghi menjelaskan bahwa konsep pendidikan yang terkandung dalam kata rabb pada dua ayat tersebut adalah bahwa cakupan pendidikan itu meliputi fisik, perasaan, akal (intelektual), bakat (potensi) dan jiwa, sehingga mencapai kesempurnaan kemanusiaannya menurut pandangan Allah SWT. kemudian dia menjelaskan bahwa tujuan pendidikan itu adalah untuk memberikan kesenangan dan kemuliaan antara guru dan murid tanpa ada batas. (Rosyidin, 2003:25)

Sedangkan Ar-Raghib (Zakaria, 2008: 110) mendefinisikan rabb sebagai berikut;
إنشاء الشيئ حالا فحالا إلى حدّ التّمام
Menjadikan sesuatu setahap demi setahap, sampai batas yang sempurna.
Dengan demikian dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, nilai tarbawi yang terkandung dalam ayat ini, yaitu:
a.       Allah SWT. Dialah maha guru, yang pertama kali mengajarkan ilmu pada manusia pertama, yaitu Adam as., maka segala ungkapan puji dan syukur hanya untuk Allah yang maha suci, atas segala sifat-sifat-Nya yang agung.
b.       Seorang pelajar, murid ataupun peserta didik harus berterimakasih kepada guru atas budi baiknya mendidik kita. Mendidik disini dalam artian tarbiyah, bukan sekedar mendidik tapi juga membimbing, mengawasi, menjaga dan mengajarkan.
c.       Proses tarbiyah bukan hanya sekedar mengajarkan saja, tapi juga membimbing, menuntun dan mendidik sampai peserta didik memahami dan mempraktekan ilmunya.
Nilai tarbawi ialah suatu nilai yang mendidik atau pendidikan. Pendidikan itu meliputi fisik, perasaan, akal (intelektual), bakat (potensi) dan jiwa, sehingga mencapai kesempurnaan kemanusiaannya menurut pandangan Allah SWT. Dialah maha guru, yang pertama kali mengajarkan ilmu pada manusia, maka segala ungkapan puji dan syukur hanya untuk Allah yang maha suci, atas segala sifat-sifatNya yang agungmurid ataupun peserta didik harus berterimakasih kepada guru atas budi baiknya mendidik kitatapi juga membimbing, menuntun dan mendidik sampai peserta didik memahami dan mempraktekan ilmunya.

4.3. Makna Ijmali
  Surat Al-Fatihah ayat ke-2 merupakan salah satu ayat yang sering dibaca, baik ketika shalat maupun di luar shalat. Kalimat  الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ  juga sering kali diucapkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala bentuk nikmat yang Allah amanatkan kepada manusia.
Makna ربّ العالمين  menurut Imam Asy-Suyuti dan Al-Mahalli mengemukakan bahwa: (Tuhan semesta alam) artinya Allah adalah yang memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing mereka disebut alam. Oleh karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafadz 'Al-`Aalamiin' merupakan bentuk jamak dari lafadz '`Aalam', yaitu dengan memakai huruf ya’ dan huruf nun untuk menunjukan makhluk berakal. Kata 'aalam berasal dari kata `Alaamah (tanda) mengingat bahwa alam merupakan tanda bagi adanya yang menciptakannya. (Hidayat, 2010: 1)

Adapun Imam Abul Fida Ibnu Katsir Ad-Dimasqy (1986, 1: 23-26) menafsirkan ayat ini dengan terlebih dahulu mengemukakan perbedaan membaca diantara ahlul quraa,
القراءالسبعة على ضم الدال في قوله الحمد لله هومبتدأ و خبر وروي عن صفيان بن عيينه رؤبة العجاج انّهما قال (الحمدَ لله) باالنصب و هو على إضمار فعل وقرأ ابن عبلة (الحمدُ لله) بضم الدال واللام إتباعا للثاني الأول وله شواهد لكنّه شاذ وعن الحسن وزيد بن علي (الحمدُ لله) بكسر الدال إتباعا للاوّل الثاني
Al-qurra’ as-Sab’ah (tujuh ahli qira’ah) membacanya dengan memberi harakat dhammah pada huruf dal  الحمدُ لله, yang merupakan mubtada (subjek) dan khobar (predikat). Diriwayatkan dari Sufyan ibn Uyainah dan Ru’bah al-‘Ajaj, bahwa mereka berpendapat الحمدَ لله dinasabkan karena menyembunyikan fi’il. Adapun Ibn Ablah membacanya dengan mendomahkan dal   الحمدُ لله karena mengikuti kepada kata kedua pertama, ia juga memiliki beberapa saksi akan tetapi syad, dan Al-Hasan serta Zaid ibn Ali membacanya dengan mengkasrahkan dal   الحمدِ لله karena mengikuti kata pertama kedua.
قال أبو جعفربن جرير معنى (الحمد لله) الشكر لله خالصا دون سائرما يعبد من دونه , ودون كل ما برأ من خلقه بما انعم على عباده من انعم اللتي لا يحصيها العدد , ولا يحيط بعددها غيرأحد
Abu Ja’far bin Jarir mengatakan Alhamdulillah berarti syukur kepada Allah semata dan bukan kepada sesembahan selainNya, bukan pula pada makhluk yang telah diciptakanNya, atas segala nikmat yang telah Dia anugrahkan kepada hamba-hambaNya yang tak terhingga jumlahnya, dan tak ada seorangpun selain Dia yang tahu jumlahnya.
Lebih lanjut Ibnu Jarir (Ibnu Katsir, 1986:1:25) menyebutkan: Dikalangan para ulama Mutaa’khirin, Alhamdu adalah pujian melalui ucapan kepada yang berhak mendapatkan pujian disertai penyebutan segala sifat- sifat baik yang berkenaan dengan dirinya maupun berkenaan dengan pihak lain. Adapun Asy-Syukru dilakukan terhadap sifat-sifat yang berkenaan dengan selainnya, yang disampaikan melalui hati, lisan, dan anggota badan.
          Akan tetapi mereka berbeda pendapat mengenai mana yang lebih umum, Al-Hamdu ataukah Asy-Syukru. Mengenai hal ini terdapat dua pendapat.Dan setelah diteliti antara keduanya terdapat keumuman dan kekhususan.                 Al-Hamdu lebih umum daripada Asy-Syukru, karena terjadi pada sifat-sifat yang berkenaan dengan diri sendiri dan juga pihak lain, misalnya anda katakan: “Aku memujinya (Al-Hamdu) karena sifatnya yang ksatria dan kedermawanannya.” Tetapi juga lebih khusus karena hanya bisa diungkapkan melalui ucapan. Sedangkan Asy-Syukru lebih umum daripada Al-Hamdu, karena ia dapat diungkapkan melalui ucapan, perbuatan, dan juga niat. Tetapi lebih khusus, karena tidak bisa dikatakan bahwa aku berterimakasih kepadanya atas sifatnya yang ksatria, namun bisa dikatakan aku berterima kasih kepadanya atas kedermawanan dan kebaikannya kepadaku.
          Dengan demikin dapat ditarik garis besarnya bahwa   الحمدُ لله merupakan segala pujian yang dihaturkan hanya untuk Allah semata karena sifat-sifatNya yang agung, diungkapkan melalui lisan. Berbeda halnya dengan الشكر yang berarti pujian karena kebaikan yang berupa nikmat atau pemberian, lafadz ini bisa digunakan kepada Allah ataupun manusia, dan diungkapkan bisa berbentuk lisan, perbuatan ataupun hati.
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ rabb memiliki beberapa arti; berarti tuan yang ditaati, yang membereskan, raja, seorang penguasa yang wajib mengishlahkan, Rabb adalah Tuan, pengurus yang menguasai orang yang diurusnya dan yang mengatur semua kebutuhannya. kata ربّ- يرب- ربّ  yang semakna dengan نمّ- ينمّ- نمّ (tumbuh), lafadz ini merupakan sifat Musabbahah, mashdarnya semakna dengan lafadz  التربية, yang berarti: Menyampaikan sesuatu sampai sempurna sesuatu tersebut. Rabb tidak bisa digunakan untuk menyebut manusia atau makhluk, kecuali jika didafatkan dengan kata lain seperti: Rabb Al-Bait (pemilik rumah). (Ibnu Katsir, 1986:1:26).

الْعَالَمِيْنَ bentuk jama’ dari الْعَالَم, yang berarti alam: Alam manusia, alam hewan, alam tumbuhan dan sebagainya. Kata tersebut diatas merupakan isim jinsi yang tidak ada bentuk mufradnya, karena baik الْعَالَمِيْنَ  ataupun  الْعَالَمِ  bermakna jama, seperti halnya kata  قوم  dan  رهط yang berarti kelompok atau golongan.
(Ibnu Katsir, 1986:1:26)

Setiap pujian yang indah hanya milik Allah SWT. Karena Dialah sumber semua kehidupan. yakni Dialah yang menguasai seluruh alam, mengatur mereka dari penciptaan hingga akhir dan memberi sesuatu yang baik dan islah bagi mereka. Maka, hanya bagiNya lah segala puji yang baik dan ungkapan syukur atas kebaikanNya.
Umar Yusuf Hamzah (Rosyidin, 2009:19) Mengemukakan, bahwa secara umum kata tarbiyah dapat dikembalikan pada tiga akar kata yang berbeda: يربو   ربا  yang semakna dengan ينمو  نما  berkembang,  ربي- يربي  yang berarti tumbuh, dan  ربّ- يربّ  yang bermakna memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga, memelihara dan mendidik.
Dalam litelatur bahasa arab, selain kata tarbiyah terdapat empat kata lain yang sering kali diartikan pendidikan atau pengajaran; Ta’lim, Tadris, Tahdzib, dan Ta’dib. Tarbiyah merupakan pendidikan menyeluruh terhadap manusia yang meliputi; jasmani, akal, akhlak, sosial, emosional, estetika dan lain sebagainya, tarbiyah juga berlangsung secara kontinu. (Rosyidin, 2009:20)
Ta’lim lebih menekankan pada aspek kognitif dan keterampilan, secara bahasa ta’lim semakna dengan Al-I’lam, yakni pemberitahuan informasi. Proses ta’lim dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat diingat. Ta’lim tidak menuntut lebih dari guru yang melaksanakan pengajaran, peserta didik hanya harus memperhatikan dan mendengarkan materi yang disampaikan guru. (Rosyidin, 2009: 20-21)
Tadris merupakan bentuk masdar dari (درس) darasa (يدرس) yadrusu, yang berarti membaca dengan terus-menerus, berulang-ulang agar dihapal. Selanjutnya tadris diartikan mengajar. Proses tad’ris memiliki beberapa tahapan; membacakan, membicarakan, menjelaskan, mengimlakan, menulis, membandingkan, menganalisis, menilai dan menyimpulkan. (Rosyidin, 2009: 22)
Tahdzib bermakna membersihkan, membetulkan, memperbaiki agar terhindar dari hal-hal yang tidak perlu, dan membersihkan yang sudah ada. Aziz Salim mendefinisikan tahdzib dengan pembinaan akhlak, perbaikan prilaku, pembangkitan nurani, penajaman cita-cita dan pendidikan kemauan atas asas-asas keislaman, hingga akan terbentuk insan muslim yang sebenarnya.
(Rosyidin, 2009: 23)
Ta’dib berarti budi pekerti yang baik, prilaku terpuji, sopan santun, melatih jiwa dan memperbagus akhlak. Dengan kata lain ta’dib berarti pendidikan adab, akhlak, etika, prilaku. (Rosyidin, 2009: 24)

Al-Maragi (1974, 1: 30) membagi tarbiyah dalam dua kategori;
Tarbiyah Allah terhadap manusia terdapat dua;
(1) Tarbiyah Khalqiyyah, yang berupa pertumbuhan anggota badan, hingga mencapai kematangan, juga berupa bertambah kuat psikis dan akal.
(2) Tarbiyah Diniyyah Tahdzibiyyah, berupa sesuatu yang di ilhamkan kepada beberapa individu, untuk menyampaikan kepada setiap manusia sesuatu yang dapat menyempurnakan akal pikiran dan membersihkan diri-diri mereka. Manusia tidak bisa mensyariatkan suatu beribadah, tidak pula menghalalkan sesuatu dan mengharamkan yang lainnya kecuali atas izin Allah SWT.
Sependapat dengan ungkapan Al-Maragi diatas, dengan istilah yang berbeda As-Sa’adi (1: 39) juga membagi Tarbiyah Allah SWT. Kepada makhlukNya kepada dua bagian;
a. Umum, yakni berupa penciptaan Makhluk, memberi rizki, memberi hidayah untuk kemaslahatan mereka, yang hidayah itu didalamnya terdapat kekekalan di dunia. 
b. Khusus, tarbiyah Allah terhadap para peminpin mereka, Allah memelihara mereka dengan keimanan, memberi taufik kepada mereka, menyempurnakan mereka, membayar dari mereka perubahan-perubahan dan sesuatu yang menyibukan hubungan diantara Dia dan mereka. Hakikatnya: Memelihara keberhasilan untuk setiap kebaikan, menjaga dari setiap kejelekan. Barangkali inilah makna rahasia dibalik banyaknya seruan para nabi dengan menggunakan lafadz rabb, karena sungguh setiap permintaan mereka berada dibawah pemeliharaan Allah SWT. Kandungan nilai pendidikan terdapat pada setiap kata dalam surat Al-Fatihah diantaranya:
(1) Bismilla, maksudnya: saya memulai membaca Al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama dzat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhlukNya, tapi makhluk yang membutuhkanNya. Ar-Rahmaan (Maha Pemurah): Salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karuniaNya kepada makhlukNya, sedang Ar-Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah Senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmatNya kepada makhlukNya. Sebagai manusia yang baik, selalu melakukan sesuatu yang baik, dalam ayat ini kita disuruh untuk menjadi orang yang selalu ingat Allah dimanapun kapanpun dan dalam situasi apapun, termasuk setiap akan melakukan sesuatu. hal ini memberi kesan bahwa ayat ini mengajak kita untuk menjadi orang yang selalu terdidik dan terbimbing oleh Allah SWT.
(2) Alhamdu (segala puji). Memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berrati: MenyanjungNya karena perbuatannya yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti: Mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. Kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji. dalam ayat ini kita didik untukselalu bersyukur atas semua nikmat yang kiat terima. dengan demikian pendidikan dan pembentukan karakter manusia yang selalu muda berterima kasih, pribadi yang murah dan suka mengucapkan rasa syukur, baik dengan ucapan maupun perbuatan. ayat ini mendidik kitauntuk menjadi mausia yang selalu menerima segala sesuatu dengan lapang dada, dengan rasa terima kasih dan hormat atas semua yang diberikan kepada kita baik yang kita rasakan enak maupun tidak enak.
(3) Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki, Mendidik dan Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (Tuan Rumah). 'Alamiin (Semesta Alam): Semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: Alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu. kita diajarkan untuk menjadi pendidik di alam ini, pendidik bagi semua tanpa pandang siapa yang akan kita didik, yang jelas mengarah kepada pembentukan anak didik yang baik dimata manusia dan di mata Allah SWT.
(4) Maalik (Yang Menguasai) dengan memanjangkan mim, ia berarti: Pemilik dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja. Allah sebagai raja didunia dan akherat. Untuk meneladani hal oini kita dianjurkan untuk menjadi raja bagi diri sendiri. Kita di didik untuk menjadi sosok manusia yang mampau menjadi penguasa atas diri sendiri. dengan menguasai diri sendiri, maka kita telah didik oleh diri sendiri menjadi pribadi yang kuat, pantang menyerah dan tangguh. Dengan pribadi seperti itu kita akan makin dekat dengan Allah, karena kita telah mampu menguasai diri dari penjajahan hawa nafsu kita sendiri dan berusaha mengarahkannya kejalan yang di sukai oleh Allah SWT.
(5) Yaumiddin (Hari Pembalasan): Hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga Yaumulqiyaamah, Yaumulhisaab, Yaumuljazaa' dan sebagainya. Kita didik untuk selalu menerima orang lain apa adanya, pakah ia baik maupun buruk. Dengan menerima keadaan mereka apa adanya kita akan sadar bahwa Allah menciptakan manusia beragam, sehingga kita tidak ada pilih kasih, akan tetapi kita menerima orang apa adanya, sesuai dengan keadaan mereka, buka diukur oleh keadaan kita.
(6) Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: Kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah SWT, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
(7) Nasta'iin (Minta Pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: Mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. Kita didik oleh Allah untuk menjadi generasi yang suka ibadah, generasi yag suka berdoa, generasi yang dekat dengan Allah. Generasi yang mencintai shalat, dan generasi yang menyukai dan memakmurkan rumah Allah.
(8) Ihdina (Tunjukilah Kami), dari kata hidayaat: Memberi petunjuk kesuatu jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik. Kita dididik oleh Allah SWT untuk selalu menjadi pribadi yang selalu menunjukkan kebenaran kepada orang lain, kiat juga dituntut untuk enjadi generasi yang jujur, lurus dan benar. intinya kita didik oleh Allah untuk menjadi generasi, menjadi manusia yang lurus jalan hidupnya, lurus dalam arti sikap dan perbuatannya disukai oleh manusia dan Allah SWT.
(9) Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam. Kita didik oleh Allah untuk menghindari jlan yag dimurkaioeh Allah. hal ini memberi kesan bahwa Allah mendidik manusia untuk menjauhisegala sesuatuyang dimurkai oleh Allah.
Makna ijmali berarti mempunyai arti yang sangat besar dan agung, karena Surat Al-Fatihah salah satu surah yang sering dibaca, baik ketika shalat maupun di luar shalat, juga sering kali diucapkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala bentuk nikmat yang Allah. Allah adalah yang memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing mereka disebut alam, Oleh karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Berarti syukur kepada Allah semata dan bukan kepada sesembahan selainNya, bukan pula pada makhluk yang telah diciptakanNya, atas segala nikmat yang telah Dia anugrahkan kepada hamba-hambaNya yang tak terhingga jumlahnya, dan tak ada seorangpun selain Dia yang tahu jumlahnya. yang disampaikan melalui hati, lisan, dan anggota badan, Tetapi lebih khusus, karena tidak bisa dikatakan bahwa aku berterimakasih kepadanya atas sifatnya yang ksatria, namun bisa dikatakan aku berterima kasih kepadanya atas kedermawanan dan kebaikannya kepadaku, Karena Dialah sumber semua kehidupan.

4.4. Kandungan Umum Surat Al-Fatihah
Menurut bey Arifin terdapat beberapa kandungan dalam surat Al-Fatihah yang kesemuanya memiliki nilai-nilai pendidikan diantaranya: Kandungan umum surat Al-Fatihah, Kandungan tauhid atau aqidah, Kandungan hukum, dan Kandungan nasihat.
Ketika membahas nama-nama surat Al-Fatihah, telah disampaikan secara singkat bahwa surat Al-Fatihah mengandung seluruh ilmu Al-Quran, yang biasa diistilahkan para ulama dengan Maqâshid As-Sûrah. Dengan memahami kandungan global suatu surat dalam Al-Qur’an, seorang hamba akan sangat terbantu dalam menghayati makna rinci ayat-ayat surat tersebut. Dengan kandungan tauhid atau aqidah, kandungan hukum, dan kandungan nasehat.

4.4.1.   Kandungan Tauhid atau Akidah
Pelajaran tauhid dalam surat mulia ini amat beragam. Di antaranya: pujian terhadap Allah Jalla wa ‘Ala, sebagaimana dalam ayat kedua, ketiga dan keempat: (Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Yang Maha pengasih lagi Maha penyayang.Penguasa hari pembalasan). Kemudian, pengenalan tentang Allah ( تبرك وتعالى )Tabaraka wa Ta’ala melalui penjelasan beberapa namanya; (  رب العالمين) Rabbul ‘Âlamîn, (  الرحمن) Ar-Rahmaan, (الرحيم  ) Ar-Rahîm dan (الملك  ) Al-Malik. Juga penegasan tentang keberhakkan Allah akan peribadatan dan penyembahan para hambaNya, sebagaimana dalam ayat kelima: (Hanya kepadaMu lah kami beribadah dan hanya kepadaMu lah kami memohon pertolongan)”.
Kandungan tauhid yakni: sesuai dengan yang terdapat pada الحمد لله رب العالمين Terkandung Tauhid Rububiyah (ketuhanan). Di dalam الرحمن الرحيم, ملك يوم الدين terkandung tauhid Asma’ Wa Shifat (nama dan sifat). Di dalam اياك نعبد واياك نستعين terkandung tauhid ibadah. Di dalamnya juga terkandung bantahan bagi kaum yang menganggap alam semesta ini tidak memiliki pencipta. Di dalam surat ini terkandung bantahan bagi mereka tatkala ia menetapkan bahwa alam memiliki Rabb yang menciptakannya, sebagaimana ditegaskan dalam kata رب العالمين. Sebab kata Rabb bermakna yang mencipta dan memelihara seluruh makhluk. Di dalam Surat Al-Fatihah juga terkandung bantahan bagi orang-orang musyrik yang beribadah kepada selain Allah SWT. اياك نعبد mengandung pemurnian ibadah untuk Allah semata; sehingga di dalamnya terkandung bantahan bagi orang-orang musyrik yang menyertakan selain Allah dalam beribadah kepadaNya. Di dalamnya juga terkandung bantahan bagi berbagai kelompok umat ini yang melenceng dari jalan kebenaran, mereka tersesat dalam masalah takdir. Juga mengandung bantahan bagi orang-orang yang menolak sifat-sifat Allah.

4.4.2.   Kandungan Hukum
Hukum yang dikandung Al-Fatihah antara lain: Kewajiban untuk mengikhlaskan niat seluruh ibadah hanya untuk Allah SWT semata, sebagaimana terkandung dalam ayat kelima: (Hanya kepada-Mu lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan)”.
Kandungan hukum ialah peraturan Allah SWT yang telah ditetapkan oleh Allah kepada hambaNya, seperti tentang hukumnya orang shalat, hukumnya ibadah haji, hukumnya puasa, hukumnya zakat, hukumnya menikah, dan masih banyak lagi tentang hukum yang ditetapkan oleh Allah. Tapi kesemuanya tentang hukum yang telah ditetapkanNya bila dilaksanakan harus berdasarkan niat yang baik dengan kata lain mengikhlaskan dan diserahkan semuanya hanya kepada Allah SWT, karena segala sesuatu itu yang menentukan adalah Allah, manusia hanya berusaha dan berdoa dan segala sesuatu itu tergantung pada niatnya sesuai hadist Nabi ( انما اعمل باالنية ) artinya segala sesuatu tergantung pada niatnya.  
4.4.3.      Kandungan Nasehat
Banyak nasehat yang dikandung surat agung ini. Di antaranya: Peringatan akan adanya hari pertanggung jawaban amalan kita semua, sebagaimana diisyaratkan dalam ayat keempat: (Penguasa hari pembalasan). Motivasi untuk meniti jalan yang lurus; Yakni jalannya orang-orang yang Allah karuniai kenikmatan, sebagaimana dalam ayat keenam dan ketujuh: (Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan). Juga peringatan dari jalan kaum yang menyimpang, sebagaimana dalam ayat ketujuh: (Bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat).
Nasehat adalah suatu kata yang mempunyai pengarahan kearah yang lebih baik kedepanya. NasehatNya kepada hamba-hambanya adalah agar selalu melaksanakan perintah Allah dengan penuh rasa tanggung jawab dan mempunyai rasa adil terhadap orang lain terutama adil pada diri sendiri. Karena pada hari pembalasan nanti Allah akan memintai pertanggung jawaban atas apa yang telah diperbuat semasa hidup didunia. Maka kita harus beriman pada hari akhir atau adanya hari pembalasan. 
Motivasi untuk meniti jalan yang lurus maksudnya orang harus selalu mecari dan memintak petunjuk dari Allah dalam berbagai kegiatan atau urusan baik dunia maupun akhirat. Bila tidak mau atas petunjuk Nya kemungkinan akan menjadi kafir ataupun musysrik dan akan mendustakan kebenaran, berbuat dosa, akan mudah putus asa. Karena tidak memiliki tempat bersandar dan berserah diri yang kokoh.  Yakni jalannya orang-orang yang Allah karuniai kenikmatan, yang dimaksud adalah orang mukmin, orang yang beriman terhadap yang ghaib, mendirikan shalat, mendermakan sebagian hartanya, beriman kepada apa yang diturunkan sebelum atau sesudah nabi Muhammad SAW, dan beriman kepada hari akhir.

4.5.      Nilai – Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Surat Al-Fatihah
Nilai pendidikan yang terdapat dalam surah Al-fatiha terbagi menjadi dua: Pertama Tarbiyah Khalqiyyah, yang berupa pertumbuhan anggota badan, hingga mencapai kematangan, juga berupa bertambah kuat psikis dan akal. Kedua Tarbiyah Diniyyah Tahdzibiyyah, berupa sesuatu yang di ilhamkan kepada beberapa individu, untuk menyampaikan kepada setiap manusia sesuatu yang dapat menyempurnakan akal pikiran dan membersihkan diri-diri mereka. Dengan rincian Nilai Pendidikan Pada Lafadz  بسم الله الرحمن الرحيم Nilai Pendidikan Pada Lafadz  الحمد لله رب العالمين Nilai Pendidikan pada Lafadz   الرحمن الرحيم Nilai Pendidikan pada Lafadz  ملك يوم الدين Nilai Pendidikan pada Lafadz  اياك نعبد واياك نستعينNilai Pendidikan Pada Lafadz اهد ناالصراط المستقيم  Nilai Pendidikan Pada Lafadzصراط الذين انعمت عليهم غيرالمغضوب عليهم ولاالضالين                                                                                     

 
4.5.1.       Nilai Pendidikan Pada Lafadz بسم الله الرحمن الرحيم
Arti dari ayat tersebut “dengan menyebut nama allah yang maha pengasih lagi maha penyayang”. Pada ayat ini memberikan pendidikan agar setiap manusia memulai segala perbuatan dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang, bukan menyebut nama yang lainya. Dengan tujuan untuk menumbuhkan relegiolitas manusia, sehingga dia melakukan pekerjaan apapun didasari niat ibadah dan keikhlasan serta optimis akan pertolongan Allah SWT, disebut dengan nilai transendental ilahiyah. (Anis,2010:47)
Setiap kita mau melakukan aktifitas dalam bidang apapun baik politil, ekonomi, social, budaya, pendidikan, dan lain-lain haruslah dimulai Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, karena semua hal tersebut yang menentukan adalah Allah SWT kita hanya berusaha dan berdoa.

4.5.2.  Nilai Pendidikan Pada Lafadz  الحمد لله رب العالمين
Segala uji bagi Allah, pemelihara seluruh alam.” Ibnu abbas berkata, “ الحمدلله itu kalimat syukur, maka jika seseorang mengucapkan Alhamdulillah, Allah menjawab : Hambaku bersyukur kepadaKu. Para musafir membedakan pujian dengan syukur yakni, syukur itu pengakuan sepenuh hati atas nikmat yang telah diberikan oleh yang disyukurinya dan syukur itu berawal dari hati yang tulus, memancar dalam wujud pekataan dan perbuatan.( Ansi,2010:73 )
Hal tersebut mengandung pendidikan pembebasan, maksudnya manusia terbebas dari mengkultuskan mahluk, membebaskan dari syirik, kedholiman, sifat putus asa, dan kesombongan. Karena semua sifat-sifat tersebut bisa membuat kita lupa kepada Allah dan akan membuat hati kita tertutup akan hidayah dan penjuknya.

4.5.3.      Nilai Pendidikan pada Lafadz   الرحمن الرحيم
Yang maha pemurah lagi maha pengasih. Pada ayat ini memberikan pelajaran atau pendidikan kepada para penguasa dan pemegang wewenang agar dapat menjalankan tugasnya senantiasa bertindak berdasakan rasa kasih sayang. Demikian pula Allah maha pendidik, maka bila mendidik juga harus berdasarkan kasih sayang.
Pendidikan berdasarkan rasa kasih sayang akan menghindarkan peserta didik dari rasa cemas. Salah satu penyebab rasa cemas adalah kurangnya rasa kasih sayang. Rasa cemas akan mengakibatkan pada anak sulit tidur, takut, kurang percaya diri, dan menderita. Sehingga menghambat pertumbuhan psikisnya.
Menunjukan bahwa kasih sayang adalah nilai yang sangat penting dalam pendidikan, maka harus menjadi pegangan oleh para pendidikdalam mengembanngkan potensi peserta didik.

4.5.4.      Nilai Pendidikan pada Lafadz  ملك يوم الدين
Yang memiliki hari pembalasan. Allah SWT sebagai penguasa raja memiliki kekuasaan penuh untuk memerintah, melarang, dan memberi balasan paling adil kepada manusia. Tergambar dalam benak adalah raja yang baik, yang kasih sayang, kepada rakyat, raja yang sekaligus pemelihara dan pendidik, raja yang menegakan keadilan, memberikan balasan pahala kepada yang berbuat baik dan memberi hukuman kepada mereka yang melanggar peraturanNya.
Jadi nilai pendidikan yang diambil keadilan sesuatu yang harus digunakan sebagai acuan dalam proses pendidikan. Orang tua harus adil kepada anak-anaknya, guru harus adil kepada murid-muridnya, kyai harus adil kepada santri-santrinya, dan lainya.

4.5.5.      Nilai Pendidikan pada Lafadz  اياك نعبد واياك نستعين
Hanya kepadamu aku beribadah, dan hanya kepadamu kami memohon pertolongan. Pada ayat ini memberikan pelajaran kepada manusia agar dengan sepenuhnya selalu menyembah dan memintak pertolongan kepada Allah bukan dengan selainya Allah dan menumbuhkan keyakinan yang kuat. Bahwa segala sesuatu itu sudah diatur oleh Allah SWT. Dan yang pantas untuk dimintai pertolongan adalah Allah dan Dia tempat sebaik-baik untuk dimintai pertolongan.

4.5.6.      Nilai Pendidikan Pada Lafadz اهد ناالصراط المستقيم
Tunjukanlah kami jalan yang lurus. Disini dapat diambil pendidikanya mengenai hidayah atau petunjuk ada empat yaitu: naluri, indra, akal, dan agama.(Al-Maraghi,tt:35)
Bahwa kita harus menjalankan segala apa yang diberikan Allah kepada kita dijalankan dengan sebaik-baiknya. Naluri kita harus berdasarkan syari’at yang telah allah tentukan didalam hukum-hkumnya, indra dipergunakan sesuai dengan manfaatnya masing-masing sesuai dengan petunjuka Allah, akal dipergunakan untuk mencari solusi dan ide yang bertujuan untuk kemaslahatan umat, sedangkan agama selalu menjaga dan melestarikan agamanya Allah dengan tulus dan ikhlas.

4.5.7.      Nilai Pendidikan Pada Lafadzصراط الذين انعمت عليهم غيرالمغضوب عليهم ولاالضالين                                                                                                        
Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat kepadanya; Bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Ayat ini memeberikan jalan kebahagian dan kenikmatan yang sesungguhnya.
Selain itu, memberikan pengajaran kepada manusia agar mereka mempelajari sejarah umat terdahulu sebagai iktibar. Diantara mereka ada yang hidup bahagia karena ketaatan kepada Allah SWT, tapi ada juga yang mengalami penderitaan dan kehancuran lantaran kekafiran.
Setelah mempelajari dari tafsiran surat Al-Fatihah dan isi kandungan surat Al-Fatihah maka dapat diketahui nilai-nilai pendidikan dengan materi-materi diantaranya ialah tentang materi: Ketauhidan, iman, saling menghargai, kemandirian, etos kerja, cinta dan kasih sayang, adil, ikhlas, syukur, tawakal, kebersamaan/kerja sama ( persatuan, hidayah, teguh pendirian, kreatif, demokratis, disiplin, istiqomah, berdoa dan silaturahmi.
1.        Ketauhidan
2.        Iman
3.        Saling menghargai
4.        Kemandirian
5.        Etos kerja, optimis, dan tidak putus asa
6.        Cinta dan kasing sayang
7.        Adil
8.        Ikhlas
9.        Syukur
10.    Tawakal
11.    Kebersamaa, kerja sama ( persatuan )
12.    Hidayah
13.    Teguh pendirian ( istiqomah )
14.    Kreatif dan demokratis
15.    Disiplin
16.    Berdoa
17.    Silaturahmi
18.    Jujur
19.    Tanggung jawab
20.    Ibadah
Mengurai hal tersebut mengenai nilai-nlai pendidikan dalam surat Al-Fatihah sangat luas mungkin hanya inilah yang dapat terurai, berdasarkan beberapa sumber yang ada. Tapi nilai-nilai pendidikan tersebut sudah cukup baik bila dilaksanakan didalam kehidupan sehari-hari.  والله اعلم











BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Setelah membahas dasar teori dan mengadakan pengolahan data, maka penulis dapat menyimpulkan:
5.1.Metode pendidikan dalam surat Al-Fatihah setidaknya ada 6 metode yaitu: Metode pendidikan berbasis pembiasaan, metode pendidikan berbasis kasih sayang, metode pendidikan berbasis ibadah, metode pendidikan berbasis aqidah tauhid (iman), metode pendidikan berbasis kebersamaan, dan metode pendidikan berbasis ahlaq dilihat dari metode penafsiran surat Al – Fatihah tahlily, ijmaly, muqoron, dan maudlu’iy.
5.2.Konsep pendidikan dalam surat Al-Fatihah dapat diteladani dengan memahaminya Surat Al-Fatihah dalam tafsir Jalalain karangan Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Jalaluddin As-Shuyuty, nilai tarbawi dan makna ijmali antara lain: Konsep pendidikan silaturahmi, Konsep pendidikan pembebasan, Konsep pendidikan kasih sayang, Konsep pendidikan edutaiment, Konsep pendidikan murah dan santun, Konsep pendidikan keadilan, Konsep pendidikan kejujuran, Konsep pendidikan tanggung jawab, Konsep pendidikan ibadah, Konsep pendidikan taukhid,  Konsep pendidikan kebersamaan, Konsep pendidikan umat satu, Konsep pendidikan persaudaraan, Konsep pendidikan cooperative learning, Konsep pendidikan    ( pendekatan proses kegiatan belajar mengajar ), Konsep pendidikan kreatif, Konsep pendidikan demokratis, dan Konsep pendidikan tawakal.
5.3.Terdapat beberapa kandungan dalam surat Al-Fatihah yang kesemuanya memiliki nilai-nilai pendidikan diantaranya: Ketauhidan, iman, saling menghargai, kemandirian, etos kerja, cinta dan kasih sayang, adil, ikhlas, syukur, tawakal, kebersamaan/kerja sama ( persatuan, hidayah, teguh pendirian, kreatif, demokratis, disiplin, istiqomah, berdoa dan silaturahmi. Juga Kandungan umum surat Al-Fatihah yaitu: Kandungan tauhid atau akidah, Kandungan hukum, dan Kandungan nasihat.
...... 5.3.1. Kandungan Tauhid atau Aqidah
Pelajaran tauhid dalam surat mulia ini amat beragam. Di antaranya: Pujian terhadap Allah Jalla wa ‘Ala, Kemudian, pengenalan tentang Allah, penegasan tentang keberhakkan Allah akan peribadatan dan penyembahan para hambaNya.
...... 5.3.2. Kandungan Hukum
Hukum yang dikandung Al-Fatihah antara lain: Kewajiban untuk mengikhlaskan niat seluruh ibadah hanya untuk Allah SWT semata.
...... 5.3.3. Kandungan Nasehat
Banyak nasehat yang dikandung surat agung ini. Di antaranya: Peringatan akan adanya hari pertanggung jawaban amalan kita semua, Motivasi untuk meniti jalan yang lurus (Yakni jalannya orang-orang yang Allah karuniai kenikmatan), dan peringatan dari jalan kaum yang menyimpang.

5.2. Saran
Peneliti mengharapkan karya tulis ini bisa berguna untuk:
5.2.1.Untuk memberikan sumbangsih pemikiran penulis tentang konsep, metode, dan nilai-nilai pendidikan dalam Surat Al-Fatihah.
5.2.2.Dalam penyampaian materi pendidikan Agama Islam hendaknya guru menerapkan metode pendidikan yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an terutama dalam surat Al-Fatihah.
5.2.3.Didalam merencanakan suatu konsep pendidikan hendaknya guru atau seorang pendidik menggunakan konsep dan perencanaan pendidikan yang terkandung dalam surat Al-Fatihah.
5.2.4.Seorang pendidik hendaknya mengajarkan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat Al-Fatihah.   





































































































DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman Shaleh, 1995. Didaktik Pendidikan Agama, Jakarta: Bulan Bintang
Abdulloh Taufiq, Ambari hasan Muarif, Dahlan Abdul Aziz, Ensilkopedi Islam cetakan ke-7, Jakarta : PT. Ichtiar Baru, 2001.

Adz Dzahabi, Dr.Muhammad Husain At-Tafsir Wa Al-Mufassirun,Maktabah Syamilah

Al-bukhari, 1992. Terjemah Hadist Shahih Bukhari, Jilid II, Jakarta.
Al-Husaini, 1999. Pendidikan Anak Menurut Islam, Bandung.
Amin, Ghofur Saiful , Profil Para Mufasir Al-Qur’an, Yogyakarta, Puataka Insan
Madani, 2008

As-Shabuni, Syeh Muhammad Ali. 2001. Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis. Jakarta
Pustaka Amani

Bey Arifin. 1976. Samudera Al-Fatihah. Surabaya: Bina Ilmu
Departemen Agama RI. 2003, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta
Faishol , Muhammad Analisis Struktural Tafsir Jalalain
Hadari Nawawi, 1985. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung
Agung

Imam Jalaluddin Al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi. 2012. Tafsir Jalalain.
Bandung: Sinar Baru Algensindo

A. Dimyathi Nazrudin Badruzzaman, MA. Kisah-Kisah Isro’iliyat dalam
Tafsir Munir ( Sinar baru Algensindo cet. 1 : 2005)

M. Alfatis Suryadilaga, dkk. Metodologi ilmu tafsir (Teras : 2005)
M. Arifin, dkk, 1991. Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Universitas terbuka
Muhammad Ali, 1995. Penelifian Prosedur dan Pendidikan dan Strategi,  Bandung:
Angkasa.
Mahmud Yunus, 1989. Kamus Arab Indonesia, Jakarta
Oemar Hamalik, 1999. Mengajar-Azas-Metode-Teknik Jilid I, Bandung: Pustaka
Martina.

Qurais Sihab, 2000. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati
Saifuddin Azwar, 2004, Metode Penelitian, Cetakan V, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sirojuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafi’I  halaman 229, (Pustaka
Tarbiyah Baru, cetakan ke-17, 2010)

Suharsimi Arikunto, 1986. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktis, Jakarta:
Bina Aksara

Sutrisno Hadi, 1985. Metodologi Research I, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta
Tafsir Jalalain bi Hamisy al-Qur’an al-Karim,Muassasah Ar-Royyan.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1987
Winarno Surahmad, 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito.
Muhammad Anis, 2010. Kuantum Al-Fatihah, Membangun Konsep Pendidikan Berbasis Surat Al-Fatihah, cetaka pertama Yogyakarta:(PT.Pustaka Insan Madani, anggota IKAPI).

Dani Hidayat, 2009, Tafsir Jalalain, Jalaluddin Asy-Syuyuthi & Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy Tasikmalaya.
  

http://demiharimu1401006. blogspot.com /2008/05/html

2 komentar: